FF/ I’M RICH/ BTS-BANGTAN/ pt.1


Cast:

-YoonEunsung (OC)

-Min Yoon gi (BTS)

-Jung Hoseok (BTS)

-Kang Choko (OC)

-Kim seok jin (BTS)

-Wendy (SM rookies)

-Kim Taehyung (BTS)

-Lee Yunhee (OC)

-Park Jimin (BTS)

-Do Haera (OC)

-Kim Namjoon (BTS)

-Lee Yuna (OC)

-Jeon Jungkook (BTS)

-Shin Hyesung (OC)

Othercast: Jessica Jung, Park Min Young, Yoon Eunhye, Jeon Jihyun, dll find

Genre: tentukan sendiri

photo cover i'm rich pt 1

semoga kalian suka ya.. ff ini menceritakan tentang kehidupan orang2 kaya yang ga se indah yang kita pikirkan dengan dibumbui sama romance gitu. Ada sentuhan sad nya juga sih nanti.. selamat membaca~ ^^

Seorang gadis mengayuh sepedanya dipagi hari ini. Kabut masih memenuhi udara. Namun gadis itu sudah memulai aktifitasnya sehari-hari. Mengelilingi setiap blok rumah, melemparkan koran dan mengantar susu segar. Ini adalah bagian dari pekerjaan gadis 17 tahun ini. Berprofesi sebagai loper koran dan pengantar susu di pagi hari, dan di sore hari menjadi pelayan paruh waktu di sebuah caffe demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Yoon Eunsung adalah nama gadis itu. Gadis yang pantang menyerah, selalu berusaha, mandiri, namun terkadang sifat kekanak-kanakannya masih ia tunjukan.

Sehabis mengantar susu dan koran ke setiap rumah, ia langsung bergegas mandi dan menuju sekolahnya dengan berjalan kaki. Eunsung selalu berangkat ke sekolah bersama dengan sahabatnya, Do Haera. Do Haera adalah gadis yang manja, kekanak-kanakan, sombong, boros, dan bodoh, ia juga termasuk dalam golongan orang kaya, maka dari itu ia selalu menggunakan mobil pribadi saat pergi ke sekolah.

Selama perjalanan ke sekolah, Haera asik dengan kukunya. Ia memoleskan kuku kuku cantiknya itu dengan kutex dan beberapa hiasan.

“yak, Eunsung-ah, kau tidak mau aku poleskan ini?” ia menunjukan koleksi kutexnya pada Eunsung. “ini adalah dari brand terkenal. Ini sangat mahal. Mereka akan terkejut saat kau memakai ini dan langsung merilis artikel ‘Yoon Eunsung si miskin memakai kutex brand terkenal. Apa dia menjadi orang kaya?’ itu akan menjadi hebat” Haera kembali fokus memoleskan kutexnya.

“ani. Aku tak ingin artikel itu tersebar di sekolah” jawab Eunsung. “ayolah Haera, jangan selalu memikirkan kau harus memakai brand dari mana tapi kau harus berpikir kedepan. Aku akan masuk universitas mana, itu yang harus kau pikirkan” Eunsung mulai mengomel.

“yak Yoon Eunsung, aku ini kaya, aku bisa menunjuk universitas yang aku inginkan. Berhentilah mengomel tentang masa depanku!”

“universitas di korea mengadakan ujian. Modal mu apa?”

“uang” jawab Haera santai.

“terserah kau saja” Eunsung pun menyerah.

Sesampainya di sekolah,

Haera dan Eunsung menuju ke arah yang sama. Mereka memang berada di satu kelas yang sama. Mereka disambut hangat oleh warga kelas, terutama Jimin, ia menyambut hangat kedatangan Haera, kekasihnya.

“Haera-yaaaa..” Jimin merentangkan tangannya dan langsung menarik Haera kedalam pelukannya. “bogosipo” ujarnya.

“aku juga merindukanmu, Park Jimin” jawab Haera.

“menjijikan” kata Yunhee. Si gadis dingin.

**

Pelajaran pun dimulai. Pelajaran pertama adalah pelajaran matematika, ini adalah ke ahlian Min Yoongi, teman sebangku Eunsung. Walaupun mereka teman sebangku, tapi mereka tidak dekat. Mengobrol saja tidak pernah.

“kali ini aku menyeraaaahh” gumam Eunsung dalam hati. Ia mengacak-acak rambutnya, ia semacam frustasi dengan soal yang ada di hadapannya. “aku tidak bisa. Tak ada cara lain selain bertanya dengan seseorang disampingku ini” katanya dalam hati.

“ekhm.. uhm, Min Yoongi, apa aku boleh bertanya padamu?”

“kau mau bertanya apa?” jawab Yoongi dingin.

“uhm, itu.. kenapa kau tak pernah –”

Sret, Yoongi mengambil buku Eunsung tiba-tiba. Membuat Eunsung terkejut dibuatnya, perkataannya pun terhenti.

“jangan bertele-tele” kata Yoongi singkat. Ia mulai fokus pada soal-soal yang tertulis di buku itu.

“jadi kau mengetahui maksudku ya..”

Yoongi mengangguk. “temanmu, si manja itu, kenapa dia sangat menjijikan? Duduk bersebelahan dengan pacarnya dan bermesraan di depan murid-murid kelas” ujarnya.

“aku juga berpikiran yang sama. Sayangnya dia orang kaya, itu membuat kupingku panas jika aku menegurnya”

“dia gila”

“YAK!” Eunsung menginjak kaki Yoongi.

“ahw” ringis Yoongi. “kenapa kau sembarangan menginjak kaki orang eoh”

“dia tetap sahabatku! Kau akan mati jika kau berbicara tentangnya seperti itu!”

Mereka pun beradu cocot tanpa memikirkan bagaimana Lim saem akan menghukum mereka. Kelas hening seketika, saat suara mereka mulai terdengar kencang dan membuat Lim saem marah besar.

“Min Yoongi! Yoon Eunsung! Keluar dari kelasku sekarang!” Lim saem menatap tajam ke arah mereka.

“songsaengnim, tapi aku.. ah, baiklah” Eunsung menyerah.

Yoongi sudah keluar kelas duluan, sementara Eunsung menyusul. Ia berjalan malas ke arah lapangan basket. Namun kaki Eunsung berhenti ketika melihat Yoongi juga berada di tempat yang sama dengannya. Lapangan basket. Lelaki itu sedang asik mendribble bola basket itu ke menuju ring, melakukan shooting dengan sangat baik. bola basket itu masuk tepat pada sasarannya. Namun raut wajah Yoongi berubah seketika. Ia melempar bola itu, kemudian menangkapnya lagi. Itu aneh. Terkadang juga ia berteriak tidak jelas. Apa dia gila?

 

“Yoongi-ya, ada saat nya kau bukan pangeran di dalam rumah ini. Inilah saatnya. Ketika ayahmu sudah memiliki wanita lain dan memiliki seorang anak yang lain juga. Dia wanita, jadi kemungkinannya kau yang menjadi penerus ayahmu. Kau pewarisnya. Jangan khawatir”

 

Kata-kata itu sukses membuat Yoongi stres. Perkataan yang sampai detik ini ia ingat. Perkataan mendiang ibunya yang 2 tahun lalu meninggal dunia karna penyakit yang di deritanya. “WAEEE!!” ia berteriak lagi.

“yak Min Yoongi! Apa kau gila?! Kenapa kau berteriak tak jelas?” sahut Eunsung.

Yoongi menoleh ke arah Eunsung. Ia berkacak pinggang. ia mengelap keringatnya yang mulai bercucuran membasahi seragam nya. “Eungsung-ssi, apa kau menyewakan kamar? Atau kau tau tempat menyewa kamar? Selain hotel. Atau apertement kecil, semacam itu”

“wae? Kenapa kau bertanya seperti itu?”

“aku akan menyewa kamar itu. Cepat jawab!”

“kau berani bayar berapa?”

“500 ribu perbulan”

“aku punya kamar satu. Itu bisa disewakan”

“oke. Aku akan mengisi kamar itu mulai pulang sekolah ini. Kita pulang sekolah bersama”

“oke” Eunsung mengangguk.

 

**

Bel istirahat pun berbunyi. Semua murid pun berhamburan menuju kantin dan memesan beberapa makanan. Namun tidak untuk Eunsung. Ia lebih memilih membawa bekal dan memakannya di kantin.

“Eunsung-ah, kenapa kau selalu membawa bekal? Makanan disini enak enak” tanya Haera.

“makanan disini mahal-mahal. Aku ingin mengirit pengeluaran”

“cobalah ini. Ini sushi. Harganya mahal” Haera menaruh sushi itu di tempat makan Eunsung.

“aku muak dengan sushi. Aku sering memakannya”

“mwo? Kau bisa membeli sushi ini? Kau kan hanya pekerja paruh waktu” Haera terlihat heran.

Eunsung pun baru menyadari perkataannya. Ia bingung harus menjawab apa. “ahhahaa, kau ini. Tentu saja aku bercanda” Eunsung tertawa. Padahal itu sama sekali tidak lucu.

“kau ini aneh” Haera kembali memakan makanannya.

 

 

 

Hawa yang terpancar dari raut wajahnya berbeda dari murid perempuan yang lain. Rambutnya panjang digerai, sehingga seringkali menutupi sebagian wajahnya. Wajahnya datar, selalu memakai headseat dan tidak pernah ikut pembelajaran namun nilainya selalu diatas rata-rata. Itulah Lee Yunhee. Gadis dingin, cuek, berwajah datar tanpa ekspresi dan terlihat sangat menyeramkan.

“Lee Yunhee!” panggil seseorang. Yunhee masih saja berjalan tanpa menghiraukan pria itu. “berhentilah..” kata pria itu lagi. Yunhee tak menyahut. Pria itu pun menarik tangan Yunhee agar ia berhenti.

“lepaskan” kata Yunhee datar.

“aku ingin bertanya sebentar” ujar Kim Taehyung, pria itu.

Yunhee menatap tajam Taehyung. Wajahnya masih datar tanpa ekspresi.

“matamu sangat menggoda” kata Taehyung sambi menampilkan smirk nya. Yunhee masih saja memperlihatkan wajah tanpa ekspresi itu. “apa kabarmu hari ini?” tanya Taehyung.

Yunhee melepas genggaman Taehyung kasar. “apa peduli mu?” tanyanya datar.

“tch. Lee Yunhee, kau semakin membuatku penasaran”

Yunhee pun berbalik badan. Melangkahkan kakinya agar menjauh dari Taehyung. Namun Taehyung dengan cepat menarik badan Yunhee ke dalam pelukannya. Mengunci badan Yunhee dengan tangannya. Yunhee berusaha membrontak namun Taehyung semakin mengeratkan pelukannya.

“kau mau mencampakan pacarmu sendiri eoh?” kata Taehyung.

Aneh memang. 4D-man dan gadis dingin disatukan akan menjadi apa?! tentu saja sebuah kisah cinta unik dan menarik. Mereka sebenarnya di jodohkan oleh orangtua mereka sejak 1 tahun yang lalu, orang tua mereka adalah partner bisnis.

“hubungan kita tidak lebih dari ini. Kita hanya terikat karna perjodohan atas nama perusahaan” ujar Yunhee dingin. Ia langsung mendorong tubuh Taehyung dan segera pergi. Sedangkan Taehyung melihat pasrah punggung Yunhee yang mulai menjauh.

Dari kejauhan, sepasang mata melihat kejadian itu. Ia berdecak kesal, cemburu, dan mungkin pasrah. Kang Choko. gadis berkulit putih, manis, dan imut. Putri dari pemilik salah satu rumah sakit terkenal di Korea. Ia sudah lama menyukai Kim Taehyung, namun sepertinya ia di dului oleh Yunhee.

“eoh, Kang Choko!” Taehyung yang menyadari kehadiran Choko pun melambaikan tangannya.

Choko pun menjadi salah tingkah. Ia kelabakan saat Taehyung mulai berlari kecil menuju ke arahnya. GREB. Tiba tiba saja Hoseok datang dan menggandeng tangan Choko menjauh dari Taehyung. Choko hanya mengikuti kaki Hoseok yang melangkah entah menuju mana. Taehyung terheran.

“lepaskan!” Choko mulai memberontak ketika Hoseok membawanya sampai taman belakang sekolah. “aku terlihat seperti orang bodoh di depannya” gumam Choko.

“Kang Choko!” Hoseok memanggil nama Choko dengan nada yang tegas dan lantang, membuat Choko heran dan terkejut. “Choko-ya, dia sudah mempunyai Yunhee. Kau itu bodoh! Ini semua bukan mimpi, Choko-ya” Hoseok menegur Choko. seperti ingin mengingatkannya bahwa semua yang ia lihat tadi bukan mimpi.

“ini hanya mimpi, Hoseok-ah. Taehyung akan menjadi milikku suatu hari nanti”

“sadarlah! Kau bukan siapa-siapa nya, kau hanya sekedar sahabatnya. Tidak lebih” Hoseok menggenggam pergelangan tangan Choko.

“Jung Hoseok! Kenapa kau selalu ikut campur?! Urus saja masalahmu! Kau bahkan tidak memiliki orangtua. Pantas saja kau selalu ingin ikut campur urusan orang lain! Kau hidup sendiri di rumah yang mewah, mereka semua bertanya tanya kau tinggal dengan siapa, kau siapa. Mereka semua bertanya. Harusnya aku menjawab Jung Hoseok tidak memiliki orang tua ketika mereka bertanya dimana orangtua Hoseok saat pembagian raport” Choko menatap tajam mata Hoseok.

Hoseok pun melepas perlahan genggamannya di tangan Choko. emosi Choko menjadi reda saat merasakan tangan Hoseok terlepas perlahan, ia melirik sebentar tangan Hoseok dan segera menatap Hoseok. Wajahnya terlihat agak sedih dan murung.

Hoseok tersenyum, “mianhae” ujarnya. “a-aku harus menghadap guru matematika, jadi aku, a-aku pergi dulu” ia menjadi agak gagu. Kemudian ia meninggalkan Choko dengan wajah yang agak murung. Choko hanya bisa menunduk, ia menjadi merasa bersalah.

 

Perkataan Choko tadi masih terngiang jelas di telinga Hoseok. Kecelakaan mobil 10 tahun lalu yang merenggut nyawa kedua orangtua Hoseok tergambar lagi dipikiran nya.

 

“kau sudah tidak punya orangtua, jadi belajarlah mandiri! Jangan manja!”

“semuanya karna kau! Jika mereka tidak pergi untuk melihat performance mu di sekolahmu, mereka tidak akan meninggal!”

 

Kata kata itu juga ikut terngiang, perkataan kakak perempuannya yang membencinya sehabis kejadian itu. 10 tahun yang lalu, adalah hari dimana semuanya meninggalkannya. Itulah kenapa dia sedih.

**

Di taman kota…

Gadis itu asik menggambar sketsa seorang pria yang berada dihadapannya, tanpa pria itu ketahui. Ia menggambarkan hidung mancung pria itu, wajahnya yang tampan, dan raut wajahnya yang tenang. Pria itu sedang membaca sebuah buku, ia sedang duduk di bangku taman tersebut dengan tenang. Wendy adalah nama gadis itu. Gadis kanada yang mempunyai darah korea dari sang ibu. tangan gadis itu masih terampil menggambar sketsa si pria tampan di depannya ini. Namun tiba-tiba ia menjadi kelabakan saat melihat pria itu sudah tidak ada di depan matanya. Kursi itu kosong.

“dimana dia? Aku belum selesai menggambar sketsanya..” gumam Wendy.

“nona, ini sudah mulai larut. Apa kau ingin pulang? Sajangnim sudah menelponku untuk membawamu pulang” tanya seorang ahjussi.

Wendy tak menghiraukan perkataan pelayannya itu. Ia terus sibuk mencari-cari pria yang sudah dikaguminya 5 hari belakangan ini. Pria itu selalu ke taman kota untuk membaca sebuah buku dan memasang headset di telinganya.

“nona..” tegur sang pelayan.

“ahjussi, antar aku pulang” kata Wendy yang mulai berjalan pelan menuju mobilnya. Dengan cepat ia langsung memutar kakinya, ia berlari kencang meninggalkan ahjussi itu.

 

 

Suara bising dari mobil-mobil di jalan raya tidak membuat Jin menjadi kehilangan konsentrasi. Dia asik membaca buku yang ada di genggamannya sambil berjalan di trotoar. Ia memakai headsetnya. Ia sangat terlihat keren dengan itu.

BRUK!

Tiba-tiba saja seorang gadis menabrak Jin hingga gadis itu jatuh kepelukan Jin, dan barang bawaannya terjatuh ke bawah. Gadis itu langsung berlari lagi dengan diikuti beberapa orang yang berpakaian hitam yang sepertinya mengejarnya.

Jin melirik sebuah buku gambar yang lumayan besar yang berada di depan kakinya. Ia pun berjongkok untuk mengambil buku tersebut. di halaman pertama terlihat gambar yang cukup familiar untuk Jin. Gambar sketsa dirinya. Ia membuka lembar per lembar buku gambar itu. Semuanya adalah sketsa dirinya. Jin yang penasaran pun segera berlari mencari gadis itu.

 

 

Wendy terus berlari tanpa henti. Darah sudah bercucuran dari hidungnya. Ia tak menghiraukan darah yang mulai menetes ke bibirnya. Jalan buntu. Ia tak tahu harus kemana lagi, kini di depannya hanya ada tembok yang menjulang tinggi.

GREB

Seseorang menarik tubuh Wendy ke sebuah lorong yang gelap. “sstt” pria itu menaruh jari telunjuk nya di bibirnya, mengisyaratkan Wendy untuk tidak bersuara.

Wendy berada di pelukannya sekarang. Pria itu mendekap Wendy karna memang lorong itu cukup sempit untuk 2 orang. Setelah orang orang yang berjas hitam itu pergi, Jin, pria itu pun mulai mengechek keadaan Wendy. Betapa terkejutnya Jin ketika mendapati seragam putihnya penuh dengan darah. Ia menatap Wendy heran.

“kau tidak apa-apa?” tanya Jin yang mulai khawatir.

Wendy mengusap darah yang masih tersisa di hidungnya. “maafkan aku. Aku akan bertanggung jawab” jawab Wendy.

“tidak apa-apa. ini bisa ku cuci sendiri. Yang terpenting sekarang adalah dirimu. kenapa ada –”

“ini bukan apa-apa” Wendy memotong perkataan Jin dan langsung keluar dari lorong itu. Wendy sibuk mengelap darah di hidungnya yang mulai mengering.

Jin tidak bisa diam melihat gadis yang mimisan itu. Dia mengeluarkan tisu basahnya dari tasnya, dan kemudian membantu Wendy membersihkan darah yang mulai mengering yang ada di hidungnya. “kau yakin kau tidak apa-apa?” tanya Jin. ia mengangkat dagu Wendy agar wajahnya bisa terlihat jelas, karna memang Jin lebih tinggi dari Wendy.

Wajah Wendy menjadi merah. Ia merasa malu. Pria yang akhir-akhir ini ia kagumi itu sedang membantunya membersihkan darah yang ada di hidungnya.  “ya, aku baik-baik saja. Kau tidak usah khawatir” jawab Wendy tenang, berusaha menutupi gejolak hatinya yang seakan ingin berteriak/?

“sudah selesai” kata Jin setelah ia selesai membersihkan darah itu. “kau mau aku antar pulang? Apa kau punya tempat tujuan? Sepertinya orang-orang tadi mengejarmu”

“oh itu.. tidak usah khawatir. Aku memang tidak punya tempat tujuan, tapi aku bisa tidur di taman kota malam ini”

“aku masih punya tempat untuk menampungmu malam ini. Apa kau berminat?”

Wendy tercengang. Detak jantungnya semakin cepat, ia pikir ia benar benar jatuh cinta pada pria yang bahkan belum ia kenal dengan baik ini. “tidak usah. Aku bisa mencari hotel”

“apa kau punya uang? Tadi aku lihat orang-orang berjas hitam itu membawa sebuah tas. Pasti itu tas mu kan? Buktinya kau tidak membawa apapun”

Wendy mengechek tasnya. Pria ini benar, tas nya sudah raib di bawa oleh orang-orang berjas hitam yang mengejarnya tadi. “bahkan buku gambarku pun hilang” ujarnya.

“kau suka menggambar sketsa?”

Wendy mengangguk. “aku punya bakat seni menggambar dan melukis”

“gambarkan sketsaku. Anggap saja untuk balas budi karna menyelamatkanmu dan membantu membersihkan darahmu” kemudian Jin memberikan barang yang ia temukan di trotoar saat Wendy tak sengaja menabraknya tadi. “gambarmu bagus” Jin terkekeh pelan. Sedangkan Wendy tersipu malu.

“sudahlah. Untuk malam ini kau tinggal dirumahku. Walaupun kita belum terlalu kenal satu sama lain, kau bisa percaya aku. Kau sudah tahu aku kan? Di bukumu ada sekitar 4 gambar sketsaku, dan 1 yang belum selesai”

Wendy tak berkutik. Jin sudah melihat semua hasil sketsanya.

“namaku Kim Seok Jin, panggil saja Jin. siapa namamu?” Jin menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.

Wendy melirik tangan Jin. ia terdiam. Baru pertama kali ini ia mempunyai teman, dan berjabat tangan dengan teman. “namaku Wendy” Wendy tersenyum dan menerima tangan Jin. mereka berjabat tangan untuk yang pertama kalinya.

 

**

 

Matahari pun terbenam. Hoseok pun turun dari motor ninja putihnya yang ia parkiri di dekat rumahnya. Rumah yang besar dan mewah, namun hanya satu orang yang menghuninya.

Baru saja ia menaruh helm nya, sosok wanita cantik pun datang dengan menaiki mobil sedan mewah. Jessica Jung, kakak kandung Hoseok. Suasana hati dan ekspresi wajah Hoseok berubah seketika.

“nuna..” tegurnya.

“kebetulan sekali. Kau sudah pulang?” tanya wanita cantik itu.

Hoseok mengangguk pelan. “ada apa nuna kemari?” tanya Hosoek.

Jessica tersenyum. Ia mulai membuka tasnya dan mencari suatu barang. Sebuah amplop coklat yang terlihat tebal. Sangat tebal. “ini” Jessica menyodorkan amplop itu kepada Hoseok.

“bayaran sekolahmu belum dibayar kan bulan ini? Itu juga aku lebihkan untuk uang peganganmu. Cepat-cepat lulus ya, agar kau bisa ku kirim ke amerika sesegera mungkin” Jessica tersenyum puas. Namun senyuman itu seperti pedang yang menusuk hati Hoseok.

“kenapa kau ingin mengirimku ke amerika?” Hoseok membuka mulutnya.

“karna kau tidak diinginkan disini. Kau bilang kau ingin menyelesaikan sekolah mu disini, jadi aku menunda nya sampai kau lulus SMA”

“kenapa aku tidak diinginkan?” suasana mulai menegang karna pertanyaan Hoseok ini.

“karna kau sudah membunuh ayah dan ibu. aku membencimu. Dan untuk masalah kedudukan wakil presiden perusahaan, aku yang ambil alih. Dan juga kau masih akan mendapat bagian dari perusahaan. Aku sedang berusaha agar identitas mu tidak diketahui publik. Ini aib keluarga”

“aku tidak membunuhnya. Itu tragedi yang mengerikan”

“itu karna mereka memaksakan hadir dalam perform mu disekolah. Itu tidak bisa aku lupakan”

“sudah cukup aku dihukum karna itu. Tolong jangan kirim aku ke amerika nuna”

“keputusan ku sudah bulat. Ingat jangan sampai publik tahu bahwa kau putra kedua dari mendiang wakil presiden Empire grup. Publik hanya mengetahui aku, satu-satunya anak ayah” Jessica berlalu begitu saja menuju mobilnya dan segera melaju kencang.

Hoseok menyerah, pasrah, atau apalah itu. Ia benar-benar tidak diinginkan disini. Ia pun segera masuk ke dalam rumahnya dan melempar tas sekolahnya dengan kasar ke sofa. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa.

Ddrrrttt drrtttt

Ponselnya bergetar. Telfon masuk dari Jeon Jungkook. Nama itu tertera di layar ponsel nya. Hoseok mengangkat telponnya malas.

“hyung!” sapa Jungkook lewat telpon.

“iya? Ada apa?”

“hyerin..”

Hoseok segera bangun dari sofa ketika nama Hyerin disebut. “ada apa dengan dia?” tanya Hoseok penuh khawatir.

“Hyerin.. dia.. dia sakit lagi. aku baru saja dapat telpon dari rumah sakit. aku sekarang berada di rumah sakit. cepatlah kesini” kata Jungkook.

Tit. Hoseok langsung menutup telponnya dan langsung bergegas menuju bagasi dan menancap gas motornya dengan sangat cepat. Kim Hyerin, gadis yang sangat ia sayangi. Gadis berusia 12 tahun yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Dia mengidap penyakit leukimia stadium 3.

Dengan nafas terengah-engah, Hoseok sampai di tempat yang dimaksud. Ia menatap Jungkook yang sedang duduk dengan wajah yang penuh khawatir di depan sebuah pintu ruang rawat vvip.

“jungkook-ah, dimana Hyerin?” tanya Hoseok dengan nafas yang masih ia atur.

Jungkook menunjuk ruangan di depannya dengan dagunya.

Hoseok pun jalan perlahan menuju depan pintu itu. Ia membuka pintu itu perlahan dan mendapati seseorang terbaring lemah diatas kasur dengan alat-alat rumah sakit yang menempel di tubuhnya. Ia semakin mendekat, dan duduk disebelah Hyerin.

“Hyerin-ya, oppa datang. Maaf terlambat” ujarnya. Tentusaja ia tahu Hyerin takkan merespon perkataannya. Ia terus menggenggam tangan Hyerin dan berharap-harap cemas tentang keadaan Hyerin yang lemah sekarang.

 

Sementara itu Jungkook masih duduk di luar ruangan. Ia terheran ketika melihat seorang gadis yang sedang menangis-nangis dikaki seorang dokter. Jungkook pun berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi.

“dokter, tolong ibu saya. Saya akan lakukan apapun. Saya akan membayar biaya rumah sakitnya”

“tapi anda belum melunasi biaya administrasinya, jadi saya tidak bisa mengambil tindakan operasi sekarang. Bagaimana bisa saya percaya pada anda?”

“dokter, tolong saya. Ibu saya adalah satu-satunya yang saya punya sekarang. Tolong selamatkan nyawanya”

“gadis itu..” gumam Jungkook dalam hati.

 

 

Flashback

Di bar,

Gadis itu bekerja sebagai pelayan di bar itu. Dengan pakaian yang terbilang minim. Tentu saja pekerjaan ini penuh resiko. Terkadang gadis 17 tahun itu harus menerima perlakuan yang tidak senonoh dari pengunjung bar itu.

Bruk,

Tak sengaja gadis itu menabrak tubuh Jungkook sehingga baju yangdikenakan Jungkook basah karna tumpahan vodka yang gadis itu bawa.

“maafkan aku, tuan” ujar gadis bername tag Shin Hyesung itu sembari membersihkan baju Jungkook.

“tidak apa-apa, tidak usah repot-repot” jawab Jungkook.

“tidak, tidak. Aku tidak ingin kau ‘menyentuhku’ karna aku tidak membersihkan bajumu yang terkena vodka ini”

Menyentuh, kata itu membuat  Jungkook heran. “aku..”

“maafkan aku, sekali lagi maafkan aku. Aku bisa mencuci baju ini”

“tidak usah. Harganya terbilang murah, aku bisa membuangnya jika aku mau”

“kalau begitu, aku pergi dulu. Maafkan aku” gadis itu membungkukan badannya tanda meminta maaf pada Jungkook dan kemudian pergi.

“Shin Hyesung?” gumam Jungkook, dan kemudian tersenyum. “dia cantik juga” ujarnya.

Flashback off

 

“gadis bar itu..” kata Jungkook. Jungkook pun mendekat.

“biar aku yang bayar biaya administrasinya. Anda bisa menjamin bahwa saya akan membayar semua biaya rumah sakitnya, termasuk operasinya. Silahkan lakukan, dokter” kata Jungkook.

Hal itu membuat Hyesung berhenti menangis dan mulai berdiri. Ia menatap Jungkook heran. Ayolah, biaya operasi nya sangat besar, apa dia orang kaya? Batin Hyesung.

Jungkook memasukan tangannya ke kantung celana jins nya dan tersenyum lega.

“tuan, sepertinya kita pernah bertemu” Hyesung mendekati Jungkook.

“ya, memang. Kau masih mengingatku?”

Hyesung mengangguk. “sudah kubilang, aku akan mencuci baju itu. Aku tidak ingin membayar untuk itu. Lalu sekarang kau membayar semua biaya rumah sakit ibuku? Apa motifmu dibalik semua ini? Kau menginginkan tubuhku? Seperti pengunjung bar yang lain?”

“ma-maaf, maksudmu? Aku tidak—”

“baiklah. Aku akan membayarmu nanti. Antar aku ke rumah mu sekarang” Belum sempat Jungkook menuturkan maksud baiknya itu, gadis ini sudah memotong perkataannya.

“ke rumah ku?”

“iya..”

Entah apa yang dipikirkan oleh gadis ini, batin Jungkook. Entahlah tapi ini agak janggal. Dia gadis yang terlihat dingin dan sepertinya punya banyak masalah dalam hidupnya.

Sesampainya di rumah Jungkook,

Jungkook membukakan pintu rumahnya. Lebih tepat apertement nya. Karna Jungkook tinggal sendiri, Jungkook lebih memilih tinggal di apertement mewah.

“ini rumahku. Lebih tepatnya apertement” ujarnya.

“duduklah” kata Jungkook mempersilahkan gadis itu untuk duduk di sofa empuk yang berada di ruang tamunya. “jadi, kenapa kau ingin ke rumahku?” tanya Jungkook sambil menyodorkan secangkir minuman hangat.

“berapa usiamu?” tanya gadis itu.

“hah? Oh itu, usiaku baru 17 tahun” jawab Jungkook.

“kau menginginkan tubuhku kan? Kenapa kau tidak membuka bajuku sekarang?”

“ma-maaf? Aku sungguh tidak mengerti apa maksudmu”

“jangan sok polos. Anak 17 tahun pun sudah melakukannya. Kau haus akan sex ya kan? Kau membayar biaya rumah sakit ibuku karna kau akan menjadikan aku budakmu”

Jungkook terkekeh. “kau tahu itu? Itu memang rencana awalku. Aku memang anak kecil yg berusia 17 tahun, aku haus sex. Kenapa?”

Hyesung berdiri dari tempat duduknya. Ia membulatkan matanya.

“kenapa kau berdiri?” Jungkook pun ikut berdiri. “kau tidak akan kabur kan? Aku ingin ‘menyentuhmu’ sekarang” kata Jungkook mendekat ke arah gadis itu.

Hyesung mundur sedikit demi sedikit. Tapi ia memberhentikan kakinya. Ini takdirku, batinnya.

Jungkook mulai meraba pipi Hyesung dan berakhir di dagu. Di dengakkannya dagu Hyesung hingga bisa sepenuhnya ia melihat wajah Hyesung. Bibirnya semakin dekat, semakin dekat, tapi,

“hahahaaa” Jungkook tertawa. Ia melepaskan tangannya dari dagu Hyesung. “aku tidak menginginkan ‘itu’. untuk ‘melakukan’ nya saja aku merasa… aneh. Aku membantumu bukan karna menginginkan tubuhmu, tapi aku tulus membantumu”

“kenapa kau membantuku? Kau sebut itu tulus? Bagaimana jika di akhir cerita kau benar benar menginginkan ku?” kata gadis itu dingin.

Jungkook terkekeh. “aku tidak akan melakukan itu sebelum aku menikah. Apa karna kehidupanmu yang selalu berurusan dengan bar dan dunia malam, sehingga kau selalu berpikiran bahwa setiap laki-laki haus sex?”

“setiap laki-laki menginginkannya. Apalagi jika tubuh gadis incarannya bagus dan molek”

“kau pikir tubuhmu bagus?” Jungkook tertawa.

Hyesung hanya tertawa kecil dengan menarik sedikit sudut bibirnya.

 

 

 

“itu yang kau sebut kamar untuk tidur? Kenapa itu begitu kecil? Aku membayar 500ribu untuk menyewa kamar yang baik” kata Yoongi penuh kekesalan.

“aish, jaman sekarang penyewaan kamar sangat mahal, Yoongi-ssi. Kau tau, kamar bisa saja disewa dengan harga 1juta! Dan itu pun fasilitasnya tidak sebanding” Eunsung menyolot.

“yak, Yoon Eunsung, jika kau pergi ke hotel, fasilitas disana jauh lebih baik. dan menurutku tidak mahal untuk fasilitas yang sebagus itu. kau akan tahu bahwa itu harga yang mahal untuk sebuah kamar yang… ehm, apa yang harus aku gambarkan untuk kamar yang bahkan tidak bernilai sewa(?) ini”

Eunsung terdiam. Ia pun melihat keadaan kamar yang ia tunjukan pada Yoongi. Kotor, bau, penuh barang-barang yang tidak berguna, dan gelap. Itu sama sekali belum di beresi oleh Eunsung.

“kau benar..” kata Eunsung pasrah.

Yoongi tersenyum bangga.

“tidur saja dikamarku. Aku akan tidur di sofa ruang tamu”

Yoongi melirik Eunsung.

“sudah seharusnya kan aku memperlakukan tamuku dengan baik? apa aku salah? Jika kau tidak mau tidur di kamarku juga tidak papa, berarti kau yang tidur di sofa”

“baiklah baiklah.. aku tidur dikamarmu. Lalu seterusnya aku tidur dikamarmu?”

“tentu saja tidak. Aku akan membereskan kamarmu besok. Besok kan libur”

“baiklah. Aku tidur duluan ya”

“tidurlah yang nyenyak”

Yoongi mengangguk.

 

 

 

Yunhee berjalan menelusuri jalan kota seoul di tengah malam ini. Ia masih memakai seragam sekolah, lengkap dengan tas gendongnya dan sepatunya. Ia menuju salah satu bar di kota seoul ini. Banyak yang berlalu lalang, terutama gadis gadis nakal.

“hey, nak, pulanglah dulu dan ganti seragam mu. Bagaimana bisa kau menjual tubuhmu dengan kostum sekolahan itu” ujar salah satu pelacur disana.

“diam kau wanita murahan! Wanita bayaran!” gumam Yunhee dingin, namun itu masih bisa terdengar oleh pelacur itu.

“Yunhee-ya!” Taehyung menarik tangan Yunhee. “apa kau gila? Kau mau menjual dirimu?”

Yunhee melirik tangan Taehyung yang masih melekat di pergelangan tangannya. Dan kemudian melepaskannya kasar. “bukan urusanmu! Sedang apa kau disini?”

“aku mengikutimu dari tadi”

“aku ingin bertemu seseorang di dalam, kau pergilah” Yunhee langsung meninggalkan Taehyung kedalam bar.

Yunhee melirik lirik sekitar. Ia mencari seseorang.

“permisi, dimana Yuna?” tanya Yunhee kepada salah seorang pelayan bar di sana.

“Lee Yuna? Dia ada di sana” pelayan bar itu menunjuk beberapa deret ruangan di sudut bar.

Tanpa basa basi Yunhee mendatangi sederet ruangan itu. Ia melihat lihat lewat jendela kecil yang ada di detiap pintu. Ruang 1, tidak ada. Ruang 2, juga tidak ada. Dan lagi lagi ruang 3 tidak ada orang yang ia cari. Ruang 4,

Brak!

To be continued…

About fanfictionside

just me

19 thoughts on “FF/ I’M RICH/ BTS-BANGTAN/ pt.1

  1. Aku pertama kah ?? Daebakk !! Ini ff keren banget thor sumpah . Ini smecam cerita is miskin dan is kaya /eh? #abaikan_- Jessica jahat banget yakk ? Itu kan udah takdir klo ortu mereka meninggal !! KENAPA JADI URI HOSEOK YANG DI SALAHIN HUH ? #mianEMOSI. Next chap jangan lama2 ne thor ? Fighting !!

  2. daebak ceritanya thorr ini mengisahkan si kaya dan si miskin ini bisa menginspirasikan jika kaya jan terlalu mengandalkan uang org tua *curhat* keren ceritanya tpi lbh ke yoongi ya hehehe #abaikan
    next chap saya tunggu loh thorr, nice ff 🙂
    keep writing thorr ^^ 😉

  3. ceritanya bagus, ada pesan moral juga yg bisa di ambil,,
    aku paling nunggu crita hoseok sama jin, kyaknya mreka bkal bersedih ria,
    kalo yoongi sih pasti seru, keke
    di tunggu thor next partnya, ^^

  4. Itu apaan yak jessica nyalah-nyalahin hoseok. Kasian thor uri hoseok (T.T)
    thor, kalo ganti cerita di kasih tanda thor biar gak bingung. Lanjutkan ceritanya thor!^^

  5. Minn tema ffnya keren… tapi ff ini durasinya terlalu cepat dan terburu” hehe cepetan lanjutin chapternyaa min:’)

  6. hmmm terinspirasi sm The Heirs yaa.. tp sepertinya cerita ff ini akan lbh rumit drpd The Heirs. hihi. author nim jjang! 😀 semangat nglanjutin ff-nya! 😀

Leave a comment