FF/ THE PART OF SIXTH SENSE/ BTS-bangtan/ pt. 6


OLu_NvO0

Title                       : THE PART OF SIXTH SENSE / Part 6 /
Author                  :
SonDaenaPark97
Main Cast
            :

  • Baek Naera (OC/YOU)
  • Kim Taehyung/V (BTS)
  • Kim Seok Jin (BTS)

Other Cast          :

  • Han Yoonmi (OC)
  • Jeon Jungkook (BTS)
  • Jung Daehyun (BAP)
  • Byun Baekhyun (EXO)
  • Other member of Bangtan

Length                  : Chaptered
Genre                   : Supranatural, School-life, Fantasy, Romance, Friendship, Family, etc.
Rating                   : PG-16

.

.

“Bolehkah aku memasuki hidupmu lebih jauh?”

.

ps : Tulisan yang bercetak miring merupakan unsur flashback dan maaf sebelumnya karena keterlambatan ff ini yang cukup lama. And sorry for the typo(s)

.

 

Preview part 5

Pertemuan Daehyun dengan cenayang Jaewon membuat dirinya kembali teringat akan sosok Seohwa. Ia jadi terkenang bagaimana masa lalunya saat memasuki kehidupan gadis itu. Dan saat itu pula rasa amarahnya kembali memuncak terlebih saat cenayang Jaewon menggariskan jikalau kekuatan Naera sudah semakin kuat.

Berbeda dengan adiknya, Taehyung justru merasa perubahan besar dalam dirinya. Ia jadi merasa senang berada di bumi. Kehidupan barunya yang bisa membaur bersama Namjoon, Jimin, Hoseok, Jungkook, Jin, serta yang lain, jadi membuatnya mendapatkan hal yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. Terlebih segala perhatian orang-orang itu terhadapnya. Walaupun ia menampik keras rasa nyamannya, tapi ia tetap tak bisa memungkiri kalau ternyata bumi tak seburuk yang disangkanya dulu.

Saat itu pula, ia kembali bertemu dengan Yoonmi. Gadis licik yang sudah semakin memperburuk keadaan Naera dan tega merebut kebahagiannya. Ia pun sempat bercekcok ringan dengannya. Lantaran menahan emosi yang hendak mencuat, Taehyung pun berlalu pergi agar tak sampai membunuh gadis itu dengan kekuatannya.

Sedangkan di tempat lain, Jin dan Naera sedang bersama di pantai kala senja. Kala itu pula Jin mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya kepada Naera.Tapi sayangnya, gadis itu menolaknya dengan tegas. Mungkin Naera masih membutuhkan waktu atas kenyataan mengejutkan ini dan memilih tawaran lelaki itu untuk mengunjungi toko cupcakes. Tapi setelah berada disana, hal tak disangka kembali terjadi. Karena pada saat itu, ia melihat Taehyung yang juga menatapnya dengan tatapan sakit.

.

Part 6

.

-Enjoy and Happy reading-

.

Malam ini Taehyung sama sekali tak bisa memejamkan matanya barang sebentar. Ia terjaga hingga pukul tengah malam. Yang di lakukannya sedari tadi hanyalah meringkuk gelisah di atas ranjang dengan perasaan berkecamuk.

Tak lama kemudian ia terperanjak lalu terduduk. Dari wajahnya yang nampak muram dengan dahi yang berkeringat itu dapat dipastikan bahwa ia benar-benar terlibat oleh perasaan batinnya sendiri.

“Ada apa denganku?”

“Kenapa aku harus memperdulikan gadis itu? Kenapa aku harus memikirkannya sampai seperti ini? sial!”

“Memangnya kenapa kalau Naera bersama dengan Jin? apa urusanku? untuk apa aku harus merasa tak terima, huh?! ” rancaunya frustasi sembari mengacak kasar rambutnya.

Apa yang dilihatnya saat di toko cupcakes tadi membuatnya sulit tidur. Segala spekulasi atau kemungkinan pun langsung tergiang di otaknya. Ia sungguh ingat bagaimana raut bahagia Naera saat bersama dengan Jin. Gadis itu bisa tertawa riang hanya dengan berada di sisi lelaki itu. Bahkan Naera tak pernah seperti itu kalau sedang bersamanya.

“Lalu rasa sesak apa ini?”

Walaupun Taehyung terus saja menggumam sendiri atau mungkin berusaha keras menemukan jawaban atas kekalutannya, sepertinya itu akan jadi sia-sia. Karena sekeras apapun ia mencari jawabannya, ia masih belum menemukannya sampai saat bola matanya yang nampak lelah mulai terpejam perlahan.

.

.

Koridor kali ini terasa begitu bising dan sesak untuk dilalui. Saat ini adalah jam istirahat pertama dan Taehyung merasa menyesal dibuatnya. Bagaimana tidak? ini adalah saat dimana semua murid akan berhamburan keluar kelas dengan leluasa. Huh, ditambah lagi sekarang perasaan Taehyung sedang buruk. Melihat keramaian yang mengganggu ini malah semakin membuat moodnya hancur.

Awalnya, ia berniat menuju taman sepi yang pernah menjadikan dirinya sebagai sandaran Naera. Tempat yang membuat dirinya jadi tahu bagaimana kisah kelam di masa lalu gadis itu.

Dan kenapa Taehyung ingin menghampiri taman usang itu sekarang?

Tanpa sadar, langkahnya sudah berpijak di atas dedaunan kering dan aroma tanah basah pun langsung tercium olehnya. Ya, ia sudah sampai. Pandangannya pun langsung tertuju pada kursi panjang berkarat yang sudah dirambati tanaman liar. Seketika memorinya berputar. Di tempat itu, Naera menangis dihadapannya bahkan sampai memeluknya. Ah, mengingat itu, hati Taehyung tiba-tiba terasa memanas.

Seketika itu juga kepalanya menggeleng keras. Untuk apa dia kemari? lagi-lagi yang tergiang dibenaknya malah wajah Naera. Awalnya ia ingin menenangkan perasaannya yang terasa membingungkan dan sejenak untuk melupakan kegelisahannya memikirkan Naera. Tapi rupanya ia salah. Justru di tempat ini ia malah teringat akan perasaan nyaman saat berada di sisi gadis itu.

Baru saja Taehyung hendak berbalik untuk meninggalkan tempat ini,

“Kau dari mana saja?” seseorang tengah berdiri tepat di hadapannya dengan raut datar.

Orang itu adalah Naera.

“Kau menghindariku?”

Seketika itu juga, jantung Taehyung langsung berdetak sangat keras. Entah ini akibat keterkejutannya atas kehadiran gadis itu secara tiba-tiba atau karena ada alasan lain.

“Untuk apa kau ke tempat ini sendirian?”

Naera semakin mendekatinya namun Taehyung tetap tak bergeming.

“Kau ini bodoh atau apa sih? kenapa hanya diam? jahat sekali kau meninggalkanku di kelas sendirian.”

“Eh?” sontak Taehyung menolehnya dengan terkejut.

“Kau sakit?” Tanyanya setelah ia memperhatikan wajah lelaki itu yang nampak tak seperti biasanya. “Wajahmu pucat. Mau kuantar ke UKS?”

Tindakan Naera yang tanpa disangka ini membuat Taehyung binggung. Naera terus saja melontarkan banyak pertanyaan sementara Taehyung tak menjawab satupun diantaranya. Mendadak Taehyung jadi khawatir kalau kemarin malam saat di toko cup cakes Naera sudah memergokinya dan menemukan kejanggalan atas perbuatannya kala itu. Ia ingat kalau Naera sempat melihatnya. Tapi dalam hati kecil Taehyung berharap kalau Naera tidak benar-benar melihatnya. Melihat Naera yang langsung menggandeng tangannya dan menuntun untuk berjalan beriringan, membuat Taehyung jadi menampik prasangkanya.

Mungkin Naera memang tak melihatku, batinnya.

“Aku tak sakit. Bagaimana kalau kita kembali ke kelas saja?” jawab Taehyung akhirnya sambil menyunggingkan senyum tipis.

Sementara itu, Naera malah mempererat genggamannya sambil berkata, “Jangan pernah mencoba untuk menghindariku, Kim Taehyung”

.

“Kau sedang ada masalah ya?” Jin meletakkan sendoknya kemudian menopang dagunya dengan sebelah tangan sembari memperhatikan Naera.

“Ne?”

“Kau dari tadi hanya mengaduk-aduk makananmu. Steaknya tak enak ya? mau kupesankan spaghetti saja?”

Naera pun langsung segera tersadar. Jin sebenarnya sudah peka bahwa sedari tadi gadis ini sama sekali tak fokus. Tubuh gadis itu memang sedang duduk disini. Tapi pikirannya mungkin sedang menjelajah kesana-kemari.

“Ah, tidak usah sunbae. Dari tadi aku sudah merepotkanmu hehe” jawabnya seraya mengaduk vanilla latte dingin di hadapannya hingga menyebabkan suara gemerisik dari es di dalam gelas itu.

“Ini sudah sangat enak kok sunbae” lanjutnya lagi sambil kembali melahap sepotong daging yang baru saya diirisnya.

Hari ini, sepulang sekolah Jin mengajaknya makan di salah satu restaurant mewah. Kalau diingat, sebelumnya Jin jarang sekali melakukan ini. Jin hanya tak ingin gadis itu lepas darinya terlebih ia tahu bahwa ia sudah ditolak. Tapi bagi Jin, tak ada kata terlambat. Bukannya Jin memaksakan egonya, ia hanya ingin terus bisa menemani gadis itu dan melindunginya seperti janjinya terhadap Yoon Gi dulu. Dan juga, Ia sudah terlanjur mencintai Naera terlalu dalam.

“Benarkah?” Tanya Jin kemudian. Ia tahu kalau ada yang disembunyikan Naera., “Kalau ada masalah ceritakan saja padaku.”

Begitu mendengar kalimat Jin yang seakan peka terhadap dirinya membuat Naera tersenyum. Jin memang sangat peduli padanya. Sebenarnya ia sendiri ingin berbagi cerita dengannya. Namun di sisi lain, ia merasa tak enak hati. Bagaimanapun juga, masalahnya kali ini tak boleh sampai diketahui oleh siapapun tak terkecuali Jin. Lantaran sudah berfikir panjang atas tawaran Jin, ia pun menggeleng sebagai jawaban.

“Tidak sunbae. Aku sedang tak ada masalah. Oh iya, ngomong-ngomong bagaimana keadaan ibu sunbae? apa sudah membaik?”

Akhirnya kalimat itulah yang terlontar dari bibir ranumnya. Dan beruntungnya pembicaraan ini jadi teralihkan. Jin menceritakan kepada Naera bagaimana keadaan ibunya yang sedang terbaring sakit. Awalnya Naera menyimak baik-baik sambil sesekali menyeruput vanilla lattenya dan ikut berbicara. Tapi kelamaan, pikiran gadis itu kembali melayang meskipun Jin masih berceloteh panjang lebar.

Pikiran Naera kembali berputar pada kejadian kemarin malam saat di toko cup cakes. Mungkin awalnya ia berusaha untuk meyakinkan diri bahwa ia salah lihat. Namun, apa yang dilihatnya malam itu begitu nyata.

Ia berani bersumpah kalau ia melihat Taehyung berada disana dan mereka saling bertatapan cukup lama. Dan hal yang membuat Naera tak bisa tidur semalaman adalah hilangnya Taehyung bak kepulan asap bewarna hitam. Bagaimana bisa Taehyung tiba-tiba menghilang padahal jelas-jelas mereka saling bertemu pandang? Taehyung juga tak berpindah tempat. Tak ada orang lain yang menutupi pandangan Naera. Kalaupun lelaki itu memang berniat pergi, Naera pasti melihat ia bergerak menjauh. Tapi Naera ingat kalau ia tak ada berkedip. Jadi,

Apa Naera hanya berhalusinasi?

Meski ingin rasanya ia bertanya pada Taehyung apa memang benar ia sempat kesana atau tidak, nyatanya Naera tak kunjung melakukannya. Ia merasa aneh. Ia ragu. Karena kalau boleh jujur, ia sempat memikirkan Taehyung kala itu. Apa mungkin karena terus saja memikirkan anak itu ia jadi berhalusinasi aneh?

Bahkan seharian tadi Taehyung terkesan menghindarinya. Saat di kelas saja, mereka sama sekali tak terlibat pembicaraan. Ia juga merasa kalau sikap Taehyung jadi canggung terhadapnya.

“Naera?”

“Eh, iya sunbae? Ah, maafkan aku karena melamun lagi.” Naera tersenyum malu sambil merutuki dirinya sendiri karena baru saja Jin menjentikkan jari di hadapannya. Ia jadi merasa bersalah karena sudah mengabaikan cerita panjang lebar Jin dan lagi-lagi ia ketangkap basah karena melamun.

Gwaenchana, aku mengerti. Hmm, bagaimana kalau sebaiknya kita ke tempat ibuku?”

.

.

“Hey Songyu, ayo habiskan makananmu dan setelah ini aku akan menjakmu jalan-jalan.”

“Songyu, kau sudah mengantuk? kalau begitu tidurlah di pangkuanku.”

“Songyu, aku mencintaimu. Jangan pernah pergi lagi, ya?”

Untaian kalimat itulah yang dilantunkan Seohwa pada Daehyun. Tanpa sadar, hari-hari mulai berganti dengan cepat. Keberadaan Daehyun berada di Bumi pun sudah cukup lama.

Alasannya memutuskan untuk tetap tinggal di Bumi adalah karena kehadiran gadis itu, Han Seohwa. Han Seohwa yang mengalami gangguan jiwa mengira kalau Daehyun adalah suaminya yang telah meninggal dunia. Seohwa memang tak pernah merelakan kepergian suaminya. Ia terpuruk, keadaannya memburuk, dan ia jadi mengalami tekanan batin yang besar.

Wajah Daehyun memang begitu mirip dengan Songyu, suaminya. Maka dari itu, Seohwa yang mengalami tekanan besar mengganggap bahwa Daehyun adalah Songyu. Ia tak akan membiarkan Daehyun untuk pergi meninggalkannya.

Awalnya Daehyun merasa keberatan. Tapi melihat keadaan Seohwa yang menyedihkan membuatnya tak tega dan tak enak hati. Bahkan lambat laun, Seohwa berubah menjadi gadis manis yang selalu perhatian padanya. Ia selalu mengatakan jika ia mencintainya dan tak akan membiarkannya pergi.

Tanpa disadari, perasaan Daehyun menjadi luluh bak lelehan es. Ia jatuh cinta pada Seohwa. perasaannya begitu nyata dan hangat. Ia tahu kalau hal ini adalah sebuah dosa besar. Ia tahu kalau makhluk seperti dirinya tak boleh menaruh kasih pada seorang manusia. Tapi apa mau dikata? semuanya sudah terlanjur terjadi bagai dedaunan kering yang terbawa angin, begitu ringan dan menyejukkan.

Pada kenyataannya, mereka dapat hidup bahagia . Saling mengasihi dan memberi cinta satu sama lain. Kehidupan mereka berjalan normal-normal saja layaknya sepasang kekasih.

Daehyun sendiri jadi lupa kalau sebenarnya hal ini akan jadi bencana yang besar.

Kebahagiannya bersama Seohwa hanya berlangsung di awal saja seakan Daehyun kembali diingatkan kalau pilihannya salah.

Karena di hari itu, Daehyun mendengar kabar kalau Seohwa mati secara mengenaskan.

 

“Anda kembali mengenang putri saya, ya?” Suara serak-serak basah Jaewon menggumam di sela-sela lantunan music klasik yang tengah melantun lembut.

Di tempatnya Daehyun tersenyum ringan. “Hahaha. Apa kelihatannya begitu?”

Jaewon menyeruput kopi panasnya sebelum akhirnya kembali berbicara, “Hahaha. Tentu saja, aku sudah hapal betul dirimu.”

Ini adalah pertemuan Daehyun dan Jaewon untuk kedua kalinya setelah kepulangannya dari Jepang. Entah kenapa Daehyun ingin bercerita banyak dengan lelaki renta itu. Namun setelah bertemu, ia malah hanya melamun dan kembali teringat akan Seohwa.

“Aku terlalu mencintaimu putrimu. Bahkan sampai sekarang aku benar-benar tak bisa melupakannya. Semakin mengingatnya, dendamku pada Naera semakin besar.”

“Tapi kau kan sekarang sudah punya istri. Apa dia tak bisa membantumu melupakan Seohwa? aku jadi kasian terhadap istrimu karena kau sama sekali tak mencintainya.” Balas Jaewon disertai candaan kecil karena sorot mata Daehyun terkesan terlalu serius. Ia berniat mencairkan suasa.

“Kau ‘kan tahu sendiri kalau dari awal aku memang tak terlalu menyukainya. Perasaanku hanya untuk Seohwa. Aku menikahinya hanya sebagai pendamping biasa agar aku terlihat seperti manusia normal.”

Jaewon mengangguk-angguk sebagai jawaban. Sebenarnya ia sudah tahu. Ia hanya sedang mencari bahan pembicaraan karena Daehyun tak membahas apapun semenjak kedatangan mereka berdua di tempat ini.

“Ngomong-ngomong apa yang kau lakukan pada istrimu itu sehingga Naera tak dapat membaca pikirannya? Bukankah istrimu sendiri tahu kalau kau adalah maklhuk supranatural dan Naera bukan manusia sembarangan? Bahkan istrimu tahu asal usul kedatangan Naera memasuki keluargamu itu karena apa.”

Daehyun membasahi bibir bawahnya sejenak seraya menyandarkan punggungnya di kursi dengan kedua jemari saling ditautkan.

“Aku menutup batinnya agar Naera tak dapat membacanya. Pikiran istriku begitu gamblang. Maka dari itu aku menutupinya agar Naera tak mengetahui identitasku melalui pikiran istriku.”

Percakapan mereka tiba-tiba kembali terhenti hingga hening kembali menyapa. Yang terdengar hanya derapan langkah pengunjung lain yang keluar masuk kafe ini dan tentunya alunan musik yang dari tadi memang sudah mengisi ruangan ini.

“Daehyun….” akhirnya Jaweon membuka bibirnya kembali.

“Hm?”

Melihat respon Daehyun, Jaewon jadi mengurungkan niatnya untuk mengatakan hal yang sejak tadi dipikirkannya. Tapi karena tak mau menunda lagi, ia pun berkata, “Bisa tidak kau jangan membenci Naera sampai seperti ini? pikirkan baik-baik kalau kau memang ingin menghancurkannya. Bagaimanapun, dia juga—“

“Bagaimanapun juga apa? kau tak bisa melarangku untuk mengehentikan ini semua. Aku sudah setengah jalan. Aku tak akan membiarkan usaku selama ini sia-sia.” potongnya menuntaskan kalimat Jaweon. Ia tak ingin mendengar lanjutan kalimat lelaki itu karena takut membuatnya berubah pikiran.

“Tapi—“

“Tak peduli sebesar apa kekuatan Naera, aku akan tetap melakukannya. Sekali lagi, maafkan aku karena aku akan melenyapkan cucumu, Haewon-ssi.”

.

.

“Naera..”

“Hm?”

Jin tersenyum kala melihat wajah Naera yang nampak tersentak akan panggilannya. Rupanya gadis itu sudah terkantuk-kantuk karena terlalu lama berada di dalam mobil. Hari sudah malam. Sementara Jin baru bisa mengantarkan Naera untuk pulang. Mereka baru saja pulang menjenguk ibu Jin yang terbaring di rumah sakit.

Jin tadi membawanya kesana dan ia merasa senang karena Ibu Jin menyukai Naera. Bahkan Ibunya mengatakan kalau Naera sangat cantik dan baik hati. Wanita paruh baya itu juga menyuruh Jin agar selalu menjaga Naera.

“Gomawo” ucap Jin lirih.

Naera menoleh kearahnya dengan tatapan binggung, “Ani, harusnya aku yang berterima kasih. Aku terlalu banyak merepotkan sunbae

Mereka terdiam untuk beberapa saat hingga Jin kembali menyebut namanya, “Naera?”

Ne?”

“Untuk masalah tadi….” Jin mengantungkan kalimatnya sembari menggigit bibir bawahnya sejenak, “Kau tak keberatan ‘kan?”

Jin menggumam hati-hati seakan takut kalau gadis itu merasa marah. Naera yang mengerti apa maksud pertanyaan laki-laki itu lantas menjawab dengan halus,

“Tidak kok. Tapi ada baiknya kalau sunbae tidak merahasiakan ini terlalu lama. Aku tak ingin membohongi ibu sunbae dan malah menyakitinya.”

Saat di rumah sakit, Ibu Jin yang tak tahu apa-apa menyangka kalau Jin dan Naera sudah berpacaran. Belum sempat Jin menjelaskan yang sesungguhnya, ibunya sudah berkata terlebih dahulu “Kekasihmu sangat cantik dan baik. Kau harus menjaganya ya. Sangat sayang kalau gadis seperti dia harus kau lepaskan.” Hal itulah yang membuat Jin terdiam dan tak menjawab apa-apa. Sebenarnya di sisi lain ia senang karena ibunya berperasangka demikian, tapi ia juga jadi tak enak pada Naera. Namun, diluar dugaannya Naera hanya mampu tersenyum sambil mengangguk canggung. Mereka tak berani mengatakan ‘tidak’ karena ibu Jin sedang sakit dan pastinya ia akan merasa kecewa.

Ada guratan kekecewaan di raut Jin. Kalimat yang dikatakan Naera tak ada bedanya kalau ia memang tak ingin menjalin hubungan lebih dengan Jin.

“Aku turun dulu ya sunbae. Gomawo sudah mengantarkanku” kata Naera sambil membungkukkan badannya. Baru saja ia hendak membuka pintu mobil, Jin menahan tangannya.

“Naera….”

Naera menoleh lagi padanya, “Ya?”

“Selamat malam.” Senyuman manis Jin tergores dengan manisnya dan menampilkan gigi putihnya yang bersinar dihadapan Naera. Setelah mengatakan itu, ia pun melepaskan genggamannya. “Mimpikan aku ya”

Ada desiran hangat mengaluni benak Naera begitu mendengarnya. Jin memang benar-benar lelaki super baik dan selalu memperhatikannya. Kalau boleh jujur, Naera sangat nyaman dan selalu merasa aman bila di dekatnya. Bagaimana bisa Jin mampu memberikan kehangatan yang dengan perlahan melunturkan kekerasan hatinya? Akan tetapi, Naera masih terlalu takut membuka hatinya untuk lelaki ini.

“Ne sunbae, selamat malam”

Naera melambaikan tangannya begitu mobil Jin sudah meninggalkannya. Bola matanya yang berbinar terus memperhatikan mobil itu sampai menjauh dan tak terlihat lagi.

Ucapan Jin itu terus tergiang dalam pikiran Naera hingga sampai saat ia tertidur, ia benar-benar bermimpi indah. Namun bukan Jin yang mengisinya, melainkan sosok Kim Taehyung.

.

.

Pelajaran Shindong songsaenim begitu memuakan. Materi biologi yang ia jelaskan sama-sekali tak bisa masuk telinga dan malah membuat ngantuk saja. Guru itu hanya membaca materi pembahasan melalui LCD tanpa berinteraksi dengan murid sedikitpun. Dia sama saja menjelaskan materi itu untuk dirinya sendiri. Huh, siapa yang tak bosan dan tak jadi mengantuk kalau seperti ini?

Itulah yang dirasakan Taehyung saat ini. Ia memang tak suka belajar, ditambah lagi penjelasan bertele-tele dari Shindong saem. Ugh, kalau boleh, Taehyung ingin ijin keluar kelas lalu membolos.

Tanpa sepengetahuannya, Naera yang duduk tepat di belakangnya terus memperhatikannya. Ia tertawa pelan melihat ekspresi suntukTaehyung seakan sudah tak kuat lagi. Diam-diam, ia punya ide untuk mengganggunya.

“Sabar ya. Pelajarannya tinggal 45 menit lagi”

Taehyung menautkan alisnya begitu membuka kertas lusuh yang baru saja dilemparkan Naera padanya. Entah apa maksud Naera melakukan hal ini. Tumben sekali. Biasanya Naera selalu fokus terhadap pelajaran apapun dan tak bisa diusik.

“Ugh, 45 menit itu terlalu lama untuk dinantikan. Boleh tidak ijin keluar kelas dan membolos saja? huftt“

Naera kembali terkikik membaca balasan Taehyung. Ah dasar anak ini, ia pun kembali menuliskan sesuatu.

“Hahaha. Memang kau berani? mungkin kau bisa lulus dari Shindong saem. Tapi guru piket akan menangkapmu dan menghukummu.”

Kali ini Taehyung tak bisa menyembunyikan senyum lebarnya kala membaca balasan dari Naera. Rasa ngantuknya hilang seketika. Apa Naera berniat menghiburnya? entah apapun itu, ia hanya tak menyangka kalau Naera bisa bercanda seperti ini kepadanya.

“Kau ini. Memangnya kau tega melihatku mati karena menahan bosan?”

“Ternyata tuan Taehyung hiperbola sekali”

Taehyung menggeleng-geleng sambil menulis. Belum sempat ia menulis balasan, Naera melemparnya kertas lagi.

“Setelah ini, mau makan bersamaku tidak?”

Sontak mata Taehyung membulat membacanya. Dengan cepat ia langsung menoleh kebelakang menghadap gadis itu. “Kau bercanda?”

Bodohnya ia berkata dengan suara keras. Dan sialnya hal itu didengar oleh Shindong songsaenim.

“Taehyung, maju kedepan dan jelaskan apa itu Mutasi berdasarkan perubahan pada masa genetiknya!

SIal! menyadari hal itu, Taehyung jadi mengumpat dalam hati dan menatap kesal Naera yang sedang menjulurkan lidah padanya.

Namun, begitu ia berjalan kedepan dengan kikuk, ia malah tersenyum dalam hati.

Bolehkah aku memasuki hidupmu lebih jauh, Naera?

.

.

“Hey, ada saus di bibirmu”

“Apa?”

“Ada saus di bibirmu.”

“Oh ini?”

Tangan Naera yang sudah pun segera mengusap sudut bibir Taehyung dengan selembar tissue. “Bukan. Tapi disini”

Naera menggeleng-gelengkan kepala sambil terus mengusapinya sampai bersih “Kau kalau makan memang berantakan seperti itu ya? bibirmu saja sampai belepotan begini”

Anehnya, Taehyung malah membeku di tempat dengan wajah blank. Tatapannya mendadak kosong menerima perlakuan Naera. Sekali lagi, Taehyung merutuki dirinya sendiri karena tak tahu apa alasannya ia mendadak tak terkontrol.

Tapi parahnya, fantasi-fantasi dadakan dalam benak Taehyung mendadak meluber karena dihadapannya, Naera kembali melahap makanannya tanpa lagi menatapnya.

“Naera, besok kau ada acara?” tiba-tiba kalimat itu meluncur mulus dari bibirnya. Ah, apa-apaan sih kau Taehyung? memangnya kau mau mengajak Naera kemana?!

Naera yang masih mengunyah makanannya pun segera menelannya lalu meneguk minumannya dengan anggun. Embun yang melekat pada gelas itu pun meluncur turun dan membasahi bibir Naera. Melihat itu, pikiran Taehyung kembali kalut dan ia meneguk salivanya.

Sebenarnya ada apa denganku, sih?!, ronta Taehyung dalam hati.

“Memangnya kenapa? kau mau mengajakku berkencan?”

Seketika itu pula, Taehyung tersedak dan Naera pun menepuk-nepuk punggungnya.

“Kau kenapa sih? aku kan hanya bercanda”

Taehyung lupa, kalau dulunya Naera memang memiliki selera humor yang tinggi. Otak Taehyung rupanya berubah jadi error semenjak Naera dengan tumbennya mengajaknya makan di kantin bersama seperti sekarang.

“Kalian disini rupanya”

Mendadak, kedua orang itu mendongakkan kepala dan menemukan Jin sudah ikut duduk di samping Taehyung. Awan hitam kini terasa menyelubungi Taehyung karena lelaki itu lagi-lagi datang di saat kebersamaannya bersama Naera sedang asik-asiknya.

Taehyung jadi curiga kalau Jin memata-matainya. Karena kapanpun dan dimanapun saat ia sedang bersama Naera, jin selalu datang menyela tanpa diundang.

Benar saja, lagi-lagi Taehyung harus menahan sabar. Jika sudah ada Jin, maka Naera akan mengabaikannya. Ia pun jadi teringat kalau pembicaraannya barusan belum tuntas. Yaitu perihal Taehyung yang berniat mengajak Narea untuk pergi bersama. Ini semua gara-gara Jin, dan kalau boleh, Taehyung ingin mendepak bokongnya agar menjauh.

Meskipun demikian, taehyung tidak akan melakukannya karena teringat oleh sikap Jin yang selalu baik padanya.

.

.

Sepulang sekolah, seluruh anggota klub basket SMA Younghae bergegas untuk menghadiri tournament liar yang diadakan oleh sekolah lain. Dikatakan liar karena tournament ini di cetuskan sendiri oleh masing-masing ketua basket tanpa pengawasan pelatih atau pertandingan yang biasanya diadakan dari pihak sekolah.

Kali ini lawan mereka tak tanggung-tanggung karena bisa dikatakan sangat hebat dan tangguh. Lawan mereka tak lain dan tak bukan dari SMA SUE yang juga cukup terkenal. SMA Younghae memang lebih mewah dan peraihan prestasinya sangat bagus. Tapi kalau untuk basket, mereka kalah jauh dari SMA SUE sendiri.

Sebelum pertandingan yang sebenarnya nanti diakan, mereka berencana untuk saling melihat kemampuan lawan melalui tournament ini.

“Kau yakin kita akan kalah dari mereka? kau ini pesimis sekali.” ujar Taehyung ketika melihat nyali Hoseok yang sudah menciut.

“Ini kan yang petama kalinya untukmu. Kau belum mengenal mereka sih” balas Hoseok membela diri.

Taehyung mengeluarkan handuk dan minuman dari tasnya sambil berkata, “Memangnya mereka sehebat apa sampai-sampai kau bahkan Namjoon terlihat muram begini? kalau kalian takut, kenapa harus mengadakan tournament segala?”

“Sssstt, jangan keras-keras” Sela Jimin seraya menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. “Kau tahu sendiri kan Namjoon seperti apa? Dongsuk si ketua basket dari SUE itu menantang Namjoon dengan tatapan meremehkan”

“Jadi dia tak terima dan menerima tantangan ini tanpa berfikir?” Taehyung berdecak. “Seharusnya dia menggunakan otaknya. Aku rasa ini hanya jebakan si Dongsuk untuuk mencari kelemahan team kita.”

Minhyun yang sedang membenarkan tali sepatunya pun mengangguk setuju begitu mendengar ucapan Taehyung. “Kau benar. Apalagi, sekarang yang bermain adalah para junior seperti dirimu. Para senior seperti kita hanya bisa mengawasi saja. Melihat team junior yang lemah, aku jadi semakin pesimis.”

Taehyung yang awalnya senang karena Minhyun memihak padanya, sekarang malah menekuk wajah. “Jadi maksudmu permainanku ini buruk, huh?”

“Hehe, kecuali kau” balas Minhyun sambil cengengesan.

Sebentar lagi pertandingan ini akan segera dimulai. Team SMA SUE hendak melakukan pemanasan dengan ekspresi acuh dan sombong mereka. Hal itu membuat Taehyung yang melihatnya menjadi muak. Ia jadi berfikir akan mengeluarkan kekuatannya untuk mengalahkan mereka semua. Tapi kalau dipikir-pikir, itu bahaya juga. Yang ada, identitas sebenarnya malah ketahuan.

Saat Taehyung sibuk dalam pikirannya sendiri, Jin datang menyapanya.

“Jangan nervous. mereka tak sehebat kelihatannya kok.”

Taehyung menelengkan kepalanya pada Jin, “Jangan menghiburku. Aku sudah dengar dari yang lain kalau mereka bukan lawan biasa.”

“Oh ya? haha. Tapi kau jangan sepesimis mereka. Meskipun SUE sangat hebat, tapi sikap sombong mereka akan mengalahkan kemampuan mereka sendiri.”

“Aku anggap itu sebagai kata penyemangat.”

Bunyi prit berdengung keras dari arah lapangan basket dimana team SUE sudah mengakhiri pemanasan mereka. Mungkin sekitar 5 menit lagi, pertandingan ini akan segera dimulai.

Di tempatnya, Taehyung segera menyiapkan diri untuk bergabung dengan teamnya.

“Tae?”

“Hm?” ia menyauti panggilan Jin tanpa menoleh padanya karena pandangannya masih terfokus kea rah lain.

“Kau menyukai Naera?”

“Apa?” kini Taehyung tak bisa mengabaikan kalimat Jin dan menatap lamat lelaki itu.

“Kau suka padanya ‘kan?”

Tatapan Taehyung mendadak dingin.

“Untuk apa kau menanyakan itu?” Dari caranya bicara, ia tak suka kalau Jin harus membahas masalah ini. Karena akhir-akhir ini Taehyung sangat sensitive apabila menyangkut nama Naera terlebih lagi kalau ia mengetahui Jin sangat mencintai gadis itu.

“Kau ini bicara apa sih.”

Jin hanya tertawa terpaksa melihat respon Taehyung yang nampak seolah tak peduli ini. Semakin bersikap demikian, Jin jadi semakin yakin akan pendapatnya.

“Kau tahu kan kalau aku sangat mencintai gadis itu?”

Ya, Taehyung memang tahu hal itu. Bahkan sebesar apa pengorbanan serta perasaan Jin pada Naera pun ia tahu. Seberapa lamanya Jin menanti Naera ia juga sangat tahu. Tapi apa Jin tahu kalau Taehyung sudah lebih dulu berada di sekitar gadis itu dan melindunginya?

“Jangan memasuki kehidupan Naera lebih Jauh. Aku tak ingin melepaskannya untuk yang kedua kali.”

Seketika itu pula, Taehyung merasa dirinya seperti dilempari bongkahan yang sangat besar. Perkataan datar Jin dan tatapannya yang tajam itu membuat Taehyung jadi memahami makna apa yang terkandung di dalamnya.

Jin sepertinya tak main-main.

“Kali ini biarkan hanya aku yang melindunginya.” kata Jin samar. Kata itu memang melantun datar, tapi siapun orang yang mendengarnya pasti akan menebak kalau Jin sedang memohon dengan tegas.

Mendengar itu, Taehyung mengepalkan jemarinya kuat-kuat sampai buku-buku jemarinya memutih. Entah kenapa perasaannya langsung memanas mendengar rangkaian kata dramatis Jin. Salah satu kelemahan makhluk seperti dirinya adalah, tak dapat menahan amarah apabila sudah meluap.

Ia jadi berfikir kalau Jin mendekatinya dan bersikap baik padanya selama ini hanyalah karena alasan tertentu. Apa Karena ia dekat dengan Naera? Pantas saja dimapun ia sedang bersama Naera, pasti Jin akan ikut menyela. Apa lelaki itu tak ingin melihat mereka berdua saja? apa Jin takut kalau Naera dan Taehyung bisa saling jatuh hati? Mungkin Taehyung bisa memahami perasaan Jin yang tak rela kalau nantinya Naera kembali lepas darinya. Tapi untuk yang kali ini, Taehyung tak bisa menahannya. Ia merasa terkhianati. Ternyata memang benar apa yang dikatakan ayahnya dulu bahwa musuh terbesar dalam kehidupan yang sebenarnya adalah manusia dan keegoisan mereka.

“Gawat! Kang Jae belum datang! bagaimana ini?” tiba-tiba Ren berseru panik.

“Sialan! pertandingannya sudah akan dimulai. Kau sudah menghubunginya?” Nampak wajah menahan geram dari Namjoon.

“Sudah, tapi telfonnya tak terhubung sama sekali!” seru Jimin yang tak kalah panik.

Diluar sana, team SUE semakin menatap mereka penuh ejekan. Kalau sudah begini, Namjoon tak dapat menahan rasa gengsi dan egonya karena merasa dihina.

“Jin kau masuk team cepat!” titah Namjoon cekatan pada Jin yang sedang saling bertatap wajah dengan Taehyung.

“Apa? kau bercanda? dia kan senior. Bukankah ini pertandingin ini hanya untuk junior?” Hoseok mencoba memberi saran dan keheranan karena Namjoon malah menyuruh Jin.

“Tak apa. Lagipula Jin tak pernah melawan mereka sebelumnya. Jadi mereka tak akan tahu kalau dia bagian dari senior. Hey Jin! cepat kemari!”

Tanpa lagi membalas tatapan sengit Taehyung, Jin malah bergegas menghampiri pekumpulan teamnya, meninggalkan Taehyung sendirian.

“Taehyung! kau sendiri kenapa malah diam? cepat kemari dan lakukan yang terbaik!” panggil Namjoon. Ia baru menyadari kalau Taehyung barusan tidak berada di sekitarnya dan hanya berdiri sambil menahan geram.

Permainan pun telah dimulai. Tatapan sengit anggota Team SUE benar-benar nampak menindas lawannya. Mereka terlalu percaya diri dan memandang rendah SMA Younghae. Taehyung dan yang lain mencoba mengabaikannya agar tak ikut terpancing emosi. Di luar lapangan, nampaklah Namjoon, Jimin, Hoseok, Jungkook, juga Minhyun dengan wajah tegang mereka. Lalu disebrang lapangan, terlihat seringaian Dongsuk beserta kawan-kawannya yang juga sedang menonton. Suasana disekitar sini terasa lebih menegangkan ketimbang pertandingan resmi. Mungkin ini terjadi karena Dongsuk si ketua adalah musuh bebuyutan Namjoon.

“Jiyoon lempar bolanya kemari!”

“Ah kau ini bagaimana sih?!” Ren mengumpat kesal lantaran permainan buruk Jiyoon. Harusnya anak itu melemparkan bola kepadanya yang jelas-jelas berada di sekitar ring. Ia malah menguasai bola itu sendiri dan saat melemparkan ke ring, malah meleset jauh.

Sedangkan dari team lawan, mereka mulai memacu aksinya. Di awal, mereka bermain payah dan mengizinkan sang bola untuk di kuasai team Younghae. Team Younghae sendiri sempat mengira kalau SUE ternyata lemah dan lawan yang mudah. Namun, rupanya ini hanya taktik belaka. Mereka memang sengaja mengalah di awal untuk menghabiskan energy lawan agar kualahan. Karena sekarang, aksi mereka sungguh diluar dugaan.

Bola terus saja berada di naungan SUE. Mereka tak segan-segan memasukkan poin secara gila-gilaan seolah membabat habis Younghae dalam sekejab. Skor Younghae berhasil di bobol oleh mereka. Ini tak bisa di biarkan.

“Hey Taehyung! ada apa denganmu? kenapa kau biarkan bolanya lolos begitu saja? arghh” Teriak Namjoon dari luar. Ia tak habis pikir kalau kali ini justru permainan Taehyung lah yang terburuk. Sejak tadi, menurut pengawasan Namjoon, Taehyung terlihat tak konsen dan kerap kali membiarkan lawan merebut pertahanannya dengan mudah.

Tak ada yang tahu kalau tatapan Taehyung sedari tadi tak pernah lepas dari Jin. Ia terus memperhatikannya yang kali ini men-driblle bola mendekati ring. Bahkan sekali lay up Jin berhasil menambahkan poin untuk Younghae.

“Bagus Jin!” seru yang lain bersemangat.

Taehyung nyatanya mulai terpancing kembali semangatnya. Ia juga mulai bermain gesit dan lincah seperti saat latihan. Dan saat ia nyaris mendekati sasaran, dua orang lawan menghadang di depannya. Taehyung langsung mengenali kedua orang itu. Namanya adalah Jaehyun dan Seonyu. Kata Namjoon, kedua orang inilah yang permainannya paling lihai diantara semua dan wajib diwaspadai. Lalu, di belakang dua orang itu, nampaklah Jin yang menyuruh Taehyung untuk melempar bola padanya. Dan saat itu pula, dengan keras Taehyung melemparkan bolanya.

Duaaag

Bola itu melayang keras dan menghantam wajah Jin hingga lelaki itu langsung terkapar. “Arghh!” pekiknya sambil memegangi wajahnya yang berdenyut nyeri.

“Hey!” Seketika, raut terkejut tergambar di wajah lainnya tak terkecuali Namjoon maupun Dongsuk. Suasana sengit akan pertandingan ini tiba-tiba tergantikan oleh tatapan terkejut mereka dan membuat mereka hening cukup lama. Mencoba mencerna akan kejadian barusan. Hingga di menit selanjutnya, mereka tersadar atas sebuah insiden yang baru saja menimpa salah satu rekannya, Jin. Dengan segera, mereka pun mengampiri Jin yang merintih kesakitan di tempatnya.

“Astaga, lihat! bagaimana bisa wajahnya sampai memar separah ini?” Jungkook langsung memeriksa keadaan Jin dan mengangkat kepala lelaki itu.

“Taehyung, apa yang kau lakukan padanya?!” Bentak Namjoon tak menyangka atas apa yang di lihatnya. Bagaimana bisa hanya sebuah lemparan yang terlihat biasa dapat menyebabkan wajah seseorang melebam ungu dan sampai berdarah begitu?

“Aku— aku tak—“

“Kau sengaja ya? bagaimana bisa kau melukainya!” Hoseok tak habis fikir dan mendorong keras bahu Taehyung yang hanya diam berdiri tanpa tatapan merasa bersalah. Siapapun dapat melihat kalau tadi Taehyung melakukannya dengan sengaja.

Tubuh Jin kini segera diangkat oleh yang lain. Anehnya, walau sempat berseteru, team SUE ikut membantu karena terhenyak melihat keadaan Jin. Taehyung sendiri bergidik setelah berhasil melihat wajah Jin yang lebam akibat ulahnya.

“Apa kau punya masalah pribadi dengannya? seharusnya kau tak melakukan cara itu, Taehyung.” Jimin menggeleng kecewa dan berlalu pergi meninggalkan Taehyung yang tinggal seorang diri.

Apa yang telah kulakukan?

Perasaan bersalah pun langsung menyelubungi benaknya. Ia terdiam memaku, tak percaya atas apa yang baru saja ia lakukan.

.

.

“Ayah kau sedang apa?” sapa Naera begitu melihat Daehyun sedang berkutik di ruang keluarga sembari bermain dengan laptopnya.

“Menurutmu apa lagi kalau bukan masalah pekerjaan?” sambut Daehyun ramah dan menepuk sofa yang masih kosong agar Naera duduki.

“Kau sibuk sekali ya”

“Tentu saja, ini kan juga untuk kebahagiaanmu” balas Daehyun yang sudah mengalihkan pandangannya pada Naera dan seketika dahinya berkerut. “Ngomong-ngomong, setelah ayah perhatikan, kau terlihat senang ya akhir-akhir ini?”

“Be-benarkah?” terjadi perubahan raut pada Naera dan Daehyun langsung mampu menebaknya.

“Ada yang membuatmu senang?” Daehyun mengatakannya dengan datar. Sinyal buruk seolah tertangkap oleh perkiraannya.

“Ayah bicara apa sih. Memangnya salah kalau aku seperti ini”

Daehyun mencoba untu tertawa dan membelai rambut Naera. “Bukan begitu. Hanya saja… apa kau sedang dekat dengan seseorang?”

Mata Naera membulat dengan wajahnya terlihat memerah. “Ayah aneh-aneh saja”

Bagaimanapun, tingkah Naera tak dapat membohongi Daehyun.

“Bukan yah. Hanya saja, aku merasa senang karena seseorang telah dapat membuatku kembali tertawa seperti dulu.”

“Dan kau menyukainya?”

Naera merubah posisinya dengan menyandarkan kepalanya di bahu Daehyun sebelum ia kembali berucap. “Tidak, aku hanya merasa nyaman berada di dekatnya. Aku menganggapnya teman, tak lebih. Saat aku bercerita panjang lebar, walau ia hanya mendengarkanku tanpa memberi saran, aku merasa seperti mendapat tempat sandaran.”

Daehyun diam saja sambil terus mendengarkan cerita Naera.

“Dia itu selalu menyebalkan dan kekanak-kanakan. Tapi, kenapa aku justru merasa senang akan sikapnya yang seperti itu?”

“Mungkin disitulah letak keistimewaan dari dirinya.”

“Tapi— ada hal ganjil yang membuatku merasa aneh dengannya…”

Seketika Daehyun tersentak dan mulai tertarik akan pembahasan ini, “Aneh?”

“Entah ini hanya halunasiku atau apa. Tapi aku pernah melihatnya mengilang secara tiba-tiba”

Dengungan keras menggiangi Daehyun. “Mak-maksudmu?”

“Saat di toko cupcakes malam itu. Aku tak sengaja menemukannya tengah menatapku lamat. Awalnya aku ragu kalau itu adalah dia. Kami pun sempat bertatapan cukup lama. Tapi setelahnya, ia menghilang dengan asap hitam di sekitarnya.”

Naera bercerita begitu serius seakan ia kembali berada di lokasi itu. Tapi, tawa meledak Daehyun membuat Naera jadi merasa kalau ceritanya memang tak dapat diterima oleh nalar manusia.

“Mana mungkin hal fantasi seperti itu bisa terjadi di era modern seperti ini?”

Melihat Daehyun yang tertawa terbahak-bahak, membuat Naera jadi berfikir keras.Kenapa hal itu tak mungkin terjadi? bahkan dirinya dulu pernah mengalami hal yang lebih dasyat dan jauh lebih sulit untuk dipercayai. Ia juga bisa membaca pikiran manusia serta menghidupkan hewan yang sudah mati. Jadi, apa masih sulit dipercaya kalau misalnya di sekitar kita ini bisa saja terdapat makhluk supernatural? Ah, kalau ingat itu, Naera jadi kembali merasa bersedih.

Tapi, Taehyung bukan makhluk supernatural kan? Berusaha keras Naera ingin melupakan kejadian itu.

“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Percayalah, itu semua hanya halunasimu.” Daehyun menepuk-nepuk pundak Naera. Meski mengatakan demikian, ia sangat percaya atas apa yang dikatakan putrinya. V. Itulah nama yang langsung ada dalam benaknya.

.

.

Semilir angin malam berhembus lebih dingin dari biasanya. Aroma tanah basah mulai tercium seakan memberi pesan kalau sebentar lagi akan datang Hujan. Kepala Taehyung mendongak, menatap langit gelap yang mulai diselimuti gumpalan awan. Keadaan sekitarnya yang dingin, rupanya sungguh berbanding terbalik atas apa yang tengah dirasakannya. Wajah penuh lebam Jin kembali memenuhi kinerja otaknya. Ia tak bisa bohong kalau ia sangat merasa bersalah.

Memang benar, kalau luka Jin adalah unsur kesengajaan. Ia tak bisa menahan amarahnya terhadap lelaki itu. Bagaimana bisa karena seorang wanita saja dapat membuat dirinya berbuat hal sekejam itu? menggunakan kekuatannya untuk menyakiti orang lain?

Taehyung memang merasa kecewa pada Jin. Tapi apakah rasa kecewanya itu memiliki dasar? apa benar kalau Jin sengaja baik padanya agar Taehyung menjaga jarak dengan Naera?

Tapi tetap saja, seharusnya Taehyung tak boleh terlalu cepat mengabil kesimpulan.

Sekarang sudah terlambat. Tindakannya sudah diluar control dan sudah telanjur terjadi. Semua teman-temannya pasti akan membencinya. Naera pun, kalau mengetahui hal ini pasti berlipat-lipat lebih membencinya.

Bodohnya lagi, Taehyung tadi tak ikut mengantar Jin ke rumah sakit dan malah pergi mengasingkan diri. Ia hanya tak tau apa yang seharusnya ia lakukan.

Dan inilah yang tak Taehyung sukai. Ia benci merasa bersalah. Ia benci harus peduli dan memikirkan perasaan orang lain sampai merenung begini. Sekarang saja, ia jadi takut kalau semua orang akan menjauhinya. Percayalah, Taehyung yang sekarang begitu menghargai kebersamaan.

Harusnya ia tak merasa terbebani karena akan datang saat ia akan pergi meninggalkan bumi dan melepaskan semuanya.

Namun, kalau ingat kata ‘pergi’ rasa tak rela justru semakin mengikatnya.

Terlebih akan keadaan gadis itu bila tanpanya nanti.

Baek Naera.

Di dalam benaknya, melindungi Naera bukan lagi karena perintah ayahnya atau ikatan takdir. Melainkan, menjaga Naera sudah menjadi hal yang ia senangi. Dan hal itu baru ia sadari sekarang setelah Jin bersikeras agar Taehyung menjauhinya.

“Merasa terjebak oleh scenario bumi ya?” Suara dingin mendengum di telinga Taehyung dengan hembusan nafas yang berhembus tenang.

H-hyung?!”

Rahang Taehyung turun begitu melihat mata merah memancar menatapnya. Itu adalah Daehyun. Pertanyaan utamanya adalah, bagaimana bisa dia berada disini?!

“Kenapa merasa terkejut? sebelumnya kan juga mengejutkanku dengan mentangi kediamanku tanpa perjanjian, bukan?”

“Ba-bagaimana…”

“Kau lupa kalau kita ini kaum iblis?” ujarnya lagi seakan dapat menebak pikiran Taehyung. “Apa karena sudah terlena dengan bumi kau jadi lupa siapa dirimu yang sebenarnya, huh?”

“Un—untuk apa kau kemari?”

Daehyun terkikik geli melihat respon Taehyung. Anak ini aneh atau bagaimana. Bukankah dia duluan yang sempat datang ke tempatnya dan seenaknya meghardiknya akan peringatan picisan? Lalu, kalau sekarang Daehyun datang membalas, mengapa Taehyung sampai berlebihan begini?

“Jangan terburu-buru seperti itu.” Daehyun melipat tangan di depan dada dan berjalan memutari Taehyung dengan santai. “Aku hanya mengingatkanmu akan sesuatu.” bisiknya tepat di telinga adiknya.

“Sebelum kau benar-benar jatuh dalam pesona Naera, ada baiknya kau tak memasuki kehidupan gadis itu lebih jauh”

Kalimat yang sama dengan ucapan Jin.

Daehyun menghentikan langkahnya dan berdiri tepat di belakang Taehyung sambil merangkul pundaknya. “Gara-gara kau Naera kembali seperti dulu lagi. Kau tak tahu ya bagaimana usahaku dulu melenyapkan kebahagiaannya?”

Daehyun mendekat selangkah dan mengeratkan rangkulannya. “Dulu aku berhasil melenyapkan Yoon Gi. Apa kau mau menyusulnya?”

“Yoon Gi? Ka-kau mengenalnya?“ bibir Taehyung bergetar. “Jadi memang kau yang….”

“Hei hei.. jangan berfikiran yang tidak-tidak dulu. Memang aku yang menyuruh Yoon Gi untuk membuat scenario agar Naera membencinya dan menaruh amarah besar padanya. Tapi bukan aku pelakunya. Aku hanya sengaja merencanakan ini agar membuat amarah serta emosionalnya memuncak dan membunuh kekasihnya itu sendiri. Kau tahu kan kekuatan Naera sebesar apa? walau dia bukan golongan iblis semacam kita, tapi dia adalah makhluk istimewa dan memiliki sisi jahat yang kapan saja bisa muncul. Pada akhirnya gadis itu menyesali perbuatannya dan menderita sampai sekarang karena Yoon Gi sudah mati di tangannya sendiri. Bukankah itu menyenangkan?”

Taehyung membuang wajahnya, tak habis fikir kalau jiwa kakaknya dialiri oleh kepekatan sosok jahat. Ia tahu ia iblis. Tapi bukankah di darah mereka juga mengalir darah lain yang berjiwa suci?

“Sekarang berhentilah untuk merusak rencanaku. Aku sudah setengah jalan untuk melenyapkannya.”

“Sebenarnya apa tujuanmu melakukan ini?! apa ramalan yang menyebutkan bahwa kau akan dilenyapkan gadis itu membuatmu jadi sejahat ini?!”

Hujan mulai turun secara perlahan, menitikkan butiran beningnya di atas permukaan tanah. Lambat laun, rintikan itu membesar, rupanya hujan mulai berseru deras. Sambaran petir pun ikut mengegelegar dasyat. Kilatnya membelah langit dengan cepat dan nampak memantul hingga tersirat di wajah Daehyun yang menatap sengit Taehyung.

“Kau pikir alasan itu yang membuatku jadi nekad bersikap sekeji ini? aku tak peduli kalau memang dialah gadis yang akan menghancurkanku. Tapi… semua ini terjadi karena sebuah alasan”

Taehyung terhenyak begitu menyadari tatapan keji kakaknya menyusut, tergantikan oleh tatapan penderitaan yang mendalam.

“Naera adalah seorang anak yang lahir dari rahim gadis yang ku cintai…”

“Goresan dalam terbentang di permukaan kening Taehyung dengan bibirnya yang ternganga. “ Apa?”

“Putri dari seorang lelaki bajingan yang sudah menodai Seohwa” pandangan Daehyun menjadi kosong. Namun bibirnya tak hentinya mengumamkan kata-kata.

“Seohwa yang sudah bahagia bersamaku, saat itu harus kembali mengalami masa buruk. Seorang lelaki laknat berhasil menodai tubuhnya” Ingatan Daehyun bergulung membentuk guratan-guratan pedih. “Saat itu Seohwaku pulang dengan keadaan baju yang sudah robek ketika paginya hendak pergi membelikanku makanan. Dia bilang, lelaki mabuk yang ia temui di jalan langsung membawanya pergi dan memperkosanya. Dasar bajingan!”

Daehyun menggertakkan giginya dengan tangan terkepal. Sedangkan Taehyung tak mampu bergeming atau berkutik sedikitpun. Ia tahu kalau sebelumnya Taehyung memang sempat jatuh cinta pada manusia. Tapi ia sama sekali tak tahu siapa gadis itu dan bagaimana kisah mereka bisa terajut dulu. Ditambah lagi, kepala Taehyung mendadak berputar saat Daehyun mengatakan kalau Naera adalah anak dari rahim gadis yang dicintai kakaknya. Fakta apa lagi ini? apakah ia akan menemukan alasan lain di balik rasa dendam Daehyun mengincar Naera? jadi niatan Daehyun melenyapkan Naera bukan karena ramalan itu saja?

“Saat itu aku langsung mencari laki-laki itu dan membunuhnya. Dan sekali lagi, aku melihat kesedihan kembali menyelimuti Seohwa karena rasa trauma datang menyergapnya. Ia hamil setelah beberapa bulan dan aku tahu bayi dalam rahim itu adalah milik si bajingan itu. Walau bayi itu belum lahir pun, aku sudah sangat membencinya dan akan mengutuknya.” kata demi kata yang Daehyun ucapkan terus mengalir seperti orang kesetanan.

“Tapi Seohwa bersi keras berniat membesarkan bayi itu dan memilih untuk melahirkannya. Awalnya kupikir Seohwa melupakan kejadian jahanam itu dan memilih menyangi Naera. Tapi, suatu hari aku mendengar kabar kalau ia mati bunuh diri dengan terjun dari gedung rumah sakit sambil membawa Naera.” Daehyun mencengkram bahu Taehyung kuat-kuat. “Ini semua pasti gara-gara anak bajingan itu! Seohwa hanya pura-pura tegar dengan berniat membesarkan Naera padahal sebenarnya ia merasa hina karena melahirkan anak dari lelaki yang sudah mengotorinya! Inilah alasanku kenapa aku menaruh dendam besar Naera! Kalau bukan karena lelaki itu, kalau bukan karena lahirnya Naera, Seohwa tak akan mati….”

Sekujur tubuh Taehyung merinding dan menegang dibuatnya. Satu kenyataan lagi yang ia dapatkan setelah perjalanannya menjaga Naera. Ternyata ini alasan sesungguhnya? Ini yang membuat Daehyun menjadi sejahat ini? karena cinta dan dendam? Di sisi lain, Taehyung langsung menangkap sesuatu yang sempat terlupakan olehnya.

Semua cerita ini saling berikatan. Dan saat itulah Ia seketika berfikir kalau disini telah terjadi salah paham. Daehyun mengira kalau Seohwa mati karena bunuh diri. Padahal, pada kebenarannya, ayahnya lah yang tanpa sengaja menyebabkan kekacauan ini.

17 tahun lalu. Di gedung itu, ayahnya muncul secara mengejutkan di hadapan Seohwa hingga membuatnya mundur ketakutan lalu terjatuh dan tewas mengenaskan.

Mengapa dunia terasa sempit? ini semua di luar dugaan. Lalu, apa Taehyung berniat membongkar semua dengan mengatakan kalau kematian Seohwa bukan karena Naera? melainkan karena ayahnya?

Tapi kalau itu terjadi, ini sama saja dengan menciptakan kembali masalah baru yang justru akan membuat suasanya tambah runyam.

Sepertinya ini semua memang sebuah takdir yang sudah digariskan.

“Sekarang kau sudah mengetahui semuanya, V. Alasanku sangat kuat. Dan kau, kali ini tak akan kubiarkan lagi melindungi gadis itu.”

Setelah mengatakan itu, Daehyun menghilang dalam sekejab. Rupanya kedatangan Daehyun hanyalah memberikannya peringatan.

Ditempatnya, tubuh Taehyung melemas, ia merosot hingga terduduk di atas lantai berdebu. Tak ada lagi alasan ia menahan Daehyun. Sekarang semuanya terasa serba salah. Ia ingin melindungi Ayahnya dari kenyataan, meredakan dendam kakaknya, dan juga…..

tetap berada di sisi Naera untuk selalu menjaganya.

Taehyung mengangkat kepalanya seraya menatap langit yang masih menurunkan hujan. Dan kala itu pula, ia menggumam pelan.

“Maafkan aku hyung, tapi aku tak akan membiarkanmu. Apa pun itu alasannya”

.

.

–TBC-

Annyeong readersdeul.. ada yang masih inget ff ini? pasti udah pada lupa ya huhu… ugh mianhae banget karena baru bisa lanjutin. Udah 3 bulan lebih aku gak lanjutin ff ini.. T.T ya semoga aja peminatnya masih ada *ngarep
Sebelumnya aku emang lagi sibuk banget sama tugas, uts, pemsor gitu, dan persiapan UN. Di sekolahku juga banyak bgt kegiatan. Sekalinya ada waktu luang, aku gak dpt feel buat lanjutin hehe mianhae..

Bagaimana dengan part ini? kurangnya banyak banget ya huhu. harapanku sih seperti biasa, semoga kalian gak kecewa aja sama ff ini. Maaf banget kalo mungkin kisah ini berjalan tak sesuai yang kalian inginkan, karena aku punya alasan mengapa rangkaian cerita ini jadi memusingkan dan aku buat demikian.

Tapi meski gimanapun, aku gak bakal bisa lepas dari komentar kalian. Apapun kritik serta masukan kalian aku bakal nerima dan kalau itu membangun, aku pasti perbaikin yang lebih baik lagi. Buat part selanjutnya, insyallah ngaretnya nggk lama 🙂

itu aja deh ngocehnya hehe. Khamsahamnidaa

About fanfictionside

just me

40 thoughts on “FF/ THE PART OF SIXTH SENSE/ BTS-bangtan/ pt. 6

  1. Akhirnya ini fanfict di lanjut jugaaaa. *prokprokprok
    Ouuuhhh jadi taehyung suka sama naera yaaa… Aku msih sedih soal yoongi yang hrus mati. Harusnya taehyung cerita yang sebenernya tuuuh… Tpi daehyun jgan sampe dendam sma ayahnya…
    Ehhh tapi klo gitu ntar ceritanya kurang greget…
    Ditinggu lagi lanjutannya.. Semangat thor …
    Fighting!!! Go go The Part of Sixth Sense pt.7……

  2. Thor kalo naera bukan setengah iblis trus drmn dy dpt kekuatannya.dia kn anak manusia.krn ibunya dperkosa.bkn krn ibunya yg melakukan dgn daehyun sehingga menghasilkan manusia setengah iblis bgt dn punya kekuatan.thx

  3. kyaaaa…
    akhirnya setelah penasaran berbulan -bulan *reader lebay muncul jg next chapnya… 🙂
    yeyyy…
    wah, chapt ini sdkit ngejawab pertanyaan2 aq kmrn… ahahaha
    okaaayyy author tercinta lanjutkan yaaa…
    aq gk sabar bc next chapt…
    🙂 ↖(^ω^)↗♥↖(^ω^)↗♥↖(^ω^)↗♥↖(^ω^)↗

    • makasih udh nungguin ff ini ya hehe^^ maaf bgt ya ampe berbulan-bulan gini
      sipp, nextnya kebetulan masih dalam proses
      khamsahamnida:)

  4. Pasti c naera anaknya daehyun y bagaimana mungkin dia punya kekuatan supranatural nya klo ngga dr daehyun…
    C tae cepetan donk nyatain k c naera biar lebihh serruuu..
    D tunggu pt.7 nya jgn lma2 y

    • siaap, makasih ya komentarnya. buat alasan kenapa sih naera punya kekuatan sementara bukan anak daehyun, tentu ini punya alasan. tapi bakal diulas di part selanjutnya, tunggu next chapnya ^^
      khamsahamnida 🙂

  5. daebakk *bakarpetasan* setelah berbulan bulan akhirnya ff ini muncul lagiiiii yeay\^o^/
    ahhh makin seru ceritanya thor.
    greget bingitt sumpeh. alurnya kerenn gak bisa ditebak hihi 😀

    jadi bingung._. itu sebenernya naera anak daehyun bukan sih’-‘ kalo bukan kok dia bisa punya kekuatan begitu yak._. ah entahlah~

    oh iya. thor, jungkook itu hoobae nya mereka semua kan yak? pas lagi nonton basket dia cuman ngikut2 yang lain kan? dia bukan golongan senior kan?*set dah banyak amat nanyanya neng* aku udah rada sedikit lupa jalan cerita di part sebelumnya wkwk

    oke. ini udah bagus tp td aku nemu beberapa typoxD. yang harusnya daehyun malah taehyung wkwk gapapa thor itu manusiawi kok;) kan authornya bukan sejenis tae kan yaaxD

    aku tunggu part selanjutnya thor. rada cepet yaa soalnya udah penasaran nihxD
    keep writing and fighting^^9

    • wah makasih ya udah nungguin ff ini.. maaf bgt lama u,u
      hehee, buat alasan kenapa sih naera punya kekuatan sementara bukan anak daehyun, nah tentunya ini bakal ada penjelasannya nanti 🙂

      iya, seperti part sebelumnya dijelasin kalo jungkook itu seangkatan sama namjoon dkk, soalnya dulu dia pernah masuk kelas percapatan sehingga dia masuk golongan sunbae.

      wkwk, iya aku emg suka bgt typo XD wah ini mesti perlu diperhatikan lagi. makasih ya saran dan komentarnya^^
      khamsahamnidaaa

  6. Authorrr, ffnya buruan dilanjut next chapnyaa
    kereennn bgt! alurnya gk ketebak >< dan aku pgn bgt liat kisah percintaannya taehyung sama naera nanti kaya gimana. jin kasian bgt harus berepuk sebelah angan.. daebaak!

  7. uwooo ga nyangka kalau ternyata masa lalu daehyun kaya gtu O.O
    buruan di next ya. ff ini udh daebak dan alurnya keren. fighting buat authornya^^)9

  8. thorr akhir nya nih ff di posting jga ampe lupa jalan cerita nya jdi bca lgi dah part sebelum nya heheheheh
    sip thor cerita nya tmbh greget whahaha lanjutan nya jgn lama” yah di tunggu…..

    • wa mian ya jadi ngulang baca gara-gara kelamaan u.u tapi makasih ya udh mau nungguin ff ini
      kalo part 7nya udh kelar kok. tinggal di tunggu di posting aja 🙂

  9. lanjutttt aduh aku penasarannnn huhu ga nyangka dilanjutinnya sampe begini bikin kaget huh gamau tau pokoknya harus lanjut sampe tamattt hehehe lapyu

  10. Jin kok jadi egois gt? O.o taehyung kalo emosi sampe bikin org terluka gt…wkwkwk jd mereka udh saling jatuh hati yah thor? ‘-‘ XD maaf laama coment yah thor…keep writing 🙂

Leave a reply to Sondaena Cancel reply