FF/ ROMANCE HIGH SCHOOL/ BTS-BANGTAN/ pt. 17

Author: AlvianyHwang ♕ (author tetap)

Title: ROMANCE HIGH SCHOOL pt.17

Cast:

+ Hwang Tae Ri

+ Min Yoon Gi (BTS’s Suga)

+ Jung Ho Seok (BTS’s JHOPE)

+ Choi Hwe Ji

+ Park Ji Min (BTS’s Jimin)

+ Yoo Eun Bi                 

+ Kim Seok Jin (BTS’s Jin)

+ Jeon Jung Kook (BTS’s Jungkook)

+ Park Se Ra

+ Kim Tae Hyung (BTS’s V)

+ Kim Nam Joon

Length: CHAPTER

Genre: Romance, NC, school, love–comedy

 

 

*

 

Eunbi memejamkan matanya ketika tangan Jungkook menyingkap rok sekolahnya dan mulai meraba pahanya dengan jemarinya. Jungkook menatap Eunbi dengan pandangan yang berbeda dan itulah yang membuat Eunbi takut menatap lelaki itu.

Eunbi sadar Jungkook sudah benar-benar berubah. Ia seperti tidak mengenal lelaki itu lagi. Dan terlebih ini pertamakalinya ia di sentuh oleh lelaki. Dalam hati ia terus bertanya.

Kenapa harus Jungkook?

Jungkook menatap Eunbi. Tatapan lelaki itu penuh dengan hasrat. Seperti menginginkan Eunbi lebih dari sebatas status omong kosong yang telah mereka buat dari semenjak bertemu.

Jungkook mendekatkan wajahnya dan kembali mencium bibir Eunbi. Mengkulum bibir kecil indah Eunbi dengan lembut tanpa paksaan seperti sebelumnya. Tapi Jungkook melakukannya dengan lama. Ia menahan wajah Eunbi dengan kedua tangannya dan terus melumat bibir gadis itu dengan gerakan yang berubah-ubah. Kadang pergerakan bibir lelaki itu bisa sangat lembut dan kadang terasa kasar bagi Eunbi. Eunbi berusaha menarik nafas di sela ciuman Jungkook dan ia juga masih berusaha menahan tubuh Jungkook. Berharap lelaki itu melepaskannya.

Jungkook menyudahi ciumannya dan menahan kedua tangan Eunbi tepat di atas kepala gadis itu. menatap Eunbi yang tersenggal-senggal karena kehabisan nafas.

“noona mencintaiku kan?”

Ucapan Jungkook terdengar diantara suasana yang begitu menyiksa Eunbi. Eunbi menatap Jungkook dengan tatapan lemah. Ia bisa menangkap ketakutan dan keraguan pada mata Jungkook dan saat itu juga kepolosan lelaki itu mulai terlihat.

“noona mencintaiku kan? Dan kau tidak akan mungkin menatap kearah lelaki lain?”

“Jungkook-“

“noona kau tidak akan keberatan jika aku menciummu bahkan menyentuhmu kan?”

Eunbi terhenyak mendengar semua yang Jungkook katakan. Lidahnya terasa kelu. Ia tidak tahu harus menjawab semua pertanyaan Jungkook seperti apa.

Ia sendiri tidak tahu apa yang ia rasakan pada Jungkook. Apa ia mencintai lelaki itu?

Ddddrtttt

Ponsel Jungkook yang berada di atas meja kembali bergetar. cahaya ponsel itu sangat jelas terlihat diantara kegelapan ruangan kamar. Eunbi melirik kearah ponsel itu.

“kau harus mengangkat panggilan itu.”

“untuk apa?”

Jungkook mempererat cengkraman tangannya pada pergelangan tangan Eunbi dan menahan tangan gadis itu. menatap Eunbi dengan tatapan yang kembali tak bisa Eunbi mengerti. Kepolosan Jungkook kembali menghilang dan ia tampak sama dengan lelaki dewasa yang menginginkannya. Menginginkan hal lebih.

“Jungkook-“

“aku mencintaimu noona.”

Eunbi menatap Jungkook dengan matanya yang berair karena airmatanya yang hampir terjatuh. Jemari Jungkook menyentuh setiap sisi pada wajah Eunbi. Hingga jemarinya berhenti pada bibir gadis itu. menyentuhnya dengan lembut.

Jungkook kembali mendekatkan wajahnya. Bibirnya melumat kembali bibir Eunbi. Melumat bibir gadis itu dengan kasar. Berusaha membuka katupan bibir gadis itu. eunbi sudah tidak bisa menahannya lagi. Bibirnya berhasil terbuka dan itu membuat Jungkook semakin liar meraup bibir gadis itu. memainkan lidahnya dengan lidah Eunbi. Tanpa sadar Eunbi juga mulai membalas gerakan bibir Jungkook dan merespon lelaki itu dengan desahan kecil yang keluar dari mulutnya. Satu tangan Jungkook meremas payudara Eunbi. Membuat desahan Eunbi semakin kencang.

Jungkook terus merubah posisi tubuhnya. mencari posisi yang nyaman untuk menjamahi tubuh gadis itu. ia juga berhasil menanggali satu persatu kancing seragam Eunbi dengan gerakan kasar.

Jungkook berhenti menyerang bibir Eunbi. Ia membuka kausnya dengan terburu-buru. Mengekspos tubuhnya di hadapan Eunbi.

Eunbi meneguk liurnya dengan wajah gugup. Gadis itu menutupi dadanya yang juga terekspos karena kancing seragamnya sudah tak lagi terpasang. Gadis itu mengamati tubuh Jungkook. Ia terkejut dengan apa yang ia lihat di hadapannya.

Jungkook memang hanya lelaki berusia 17tahun. Tetapi tubuh lelaki itu sudah tak lagi seperti anak-anak. Otot perut lelaki itu jelas terpampang di hadapannya. Seharusnya ia sudah menyadarinya dari semenjak ia melihat tubuh tinggi Jungkook.

Jungkook kembali mengelus paha Eunbi. Mengamati tubuh Eunbi yang hampir telanjang di hadapannya. Tatapan lelaki itu penuh dengan hasrat.

“Jungkook.. hentikan. Aku mohon hentikan. Kita tidak boleh melakukan hal ini…” pinta Eunbi dengan suara bergetar. Jungkook menatap Eunbi tepat di mata gadis itu. ia sudah tak peduli dengan airmata Eunbi yang terjatuh deras dan membasahi pipinya

Jungkook tidak mencium bibir Eunbi tapi kali ini ia mendekatkan bibirnya pada leher gadis itu. tubuh Eunbi bergetar ketika Jungkook mulai menghisap dan meninggalkan tanda merah pada lehernya. tangan Jungkook juga meremas payudara Eunbi dengan kasar. Ia sudah benar-benar tidak bisa menghentikan semuanya.

 

Ddrrrtttttt drtttt

Suara getaran ponsel kembali terdengar. Tapi kali ini bukan berasal dari ponsel Jungkook. Ponsel Eunbi yang berada di dalam tas ranselnya yang tergeletak asal di lantai bergetar. eunbi sudah bisa menduga itu adalah ponselnya karena ponsel Jungkook terlihat tidak menyala.

Bagaimanapun juga ia harus mengangkat panggilan di ponselnya itu. ia ingin melarikan diri dengan begitu Jungkook tidak akan menyentuhnya lebih jauh lagi.

Ketika Eunbi berusaha memberanjakan tubuhnya dengan kekuatannya Jungkook kembali membuat tubuh Eunbi tertidur lagi dengan kasar. Eunbi meringis. Kasur yang ia tiduri saat ini jauh dari kesan empuk. Jika Jungkook benar-benar kasar dengannya itu akan menyakiti tubuh Eunbi.

Eunbi menatap Jungkook takut. Lelaki itu menatapnya dengan penuh hasrat.

“Jungkook sadarlah.. aku mohon. Kita tidak boleh melakukan hal ini-“

“kenapa tidak? Apa kau berpikir aku masih kecil dan belum dewasa untuk menggagahimu?”

Ketika mengatakan itu tangan Jungkook kembali meraih payudara Eunbi dan meremasnya. Menatap gadis itu seolah menggodanya.

Eunbi meringis. Payudaranya terasa sakit ketika Jungkook benar-benar meremasnya dengan kasar dan tidak teratur.

“maka itu aku benar-benar harus melakukannya dengan cepat.” Jungkook mengelus paha gadis itu. menyingkap roknya agar ia bisa melihat bagian privat Eunbi yang sudah tidak terbalut dalaman.

Keringat dingin mengucur dari pelipis Eunbi. Ia berkali-kali menggelengkan kepalanya. Dengan cepat berusaha beranjak dari sisi Jungkook. Tujuan gadis itu adalah ranselnya lalu pintu keluar dari kamar gelap yang begitu menyiksanya itu.

Tapi entah sudah berapa kali Jungkook berhasil mematahkan usaha gadis itu untuk melarikan diri. Jungkook menahan kuat tangan Eunbi. Tenaga lelaki itu tak juga melemah meskipun seberapa kuat Eunbi memberontak. Keringat Eunbi terus mengucur. Suasana panas kamar benar-benar membuat tubuhnya lemas. Airmata Eunbi sudah mengalir deras. Ia benar-benar takut.

Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri karena tidak mendengarkan Taeri ketika gadis itu melarangnya dekat dengan Jungkook. Tapi, ia juga tidak tahu kenapa ia tidak mau jauh dari Jungkook. Ia selalu penasaran dengan sosok Jungkook dan berusaha mencari tahu sisi lain lelaki itu yang bahkan tidak Taeri ketahui maupun berapa kali ia menanyakannya.

Dan kini ia sudah mengetahui bagaimana Jungkook sebenarnya.

Bagaimana diri lelaki itu.

Airmatanya terjatuh dengan deras. Dan saat itu juga ia merasa gerakan dan semua paksaan Jungkook padanya berhenti.

Eunbi membuka kembali matanya dengan perlahan. Menatap Jungkook dan mendapati lelaki itu yang menundukan kepalanya. Menundukan kepalanya agar bisa menatap Eunbi. Lelaki itu menatap Eunbi dengan ekspresi penuh kesakitannya.

Cengkraman lelaki itu mengendur. Dan seharusnya ini menjadi kesempatan Eunbi untuk melarikan diri. Tapi ia tidak melakukannya. Ia juga menatap Jungkook.

Entah ini mimpi atau sekedar ilusi belaka, tapi samar diantara gelapnya ruangan ia melihat airmata Jungkook terjatuh melewati pipi lelaki itu.

“Jungkook… kau menangis…?”

Eunbi mengangkat tangannya dan berusaha meraih wajah Jungkook. Jungkook menghentikan tangan Eunbi yang hanya beberapa senti mendekati wajahnya.

“apa bagimu aku hanyalah anak kecil?”

Suara Jungkook terdengar parau dan itu membuat hati Eunbi bergetar. ia tidak pernah mendengar suara parau Jungkook yang seperti itu. lelaki itu tidak pernah menunjukan sisi seperti itu padanya.

Jungkook beranjak dari atas tubuh Eunbi. Tidak menindih gadis itu lagi. Ia duduk di samping Eunbi dengan wajah tertunduk.

Eunbi beranjak. tapi ia masih menatap Jungkook. Berusaha menatap wajah lelaki itu dengan jelas.

“nuna pergilah sebelum aku kembali menyerangmu seperti tadi.” Ucap Jungkook tanpa menatap kearah Eunbi.

“Jungkook…”

“kau bisa pergi sekarang juga?”

Eunbi menghentikan ucapannya. Ia juga menghentikan gerakan tangannya ketika ia ingin menyentuh pundak Jungkook. Semuanya terhenti ketika Jungkook kembali berbicara dengan nada dingin. Cara berbicara lelaki itu yang membuat Eunbi tidak mengenal diri Jungkook.

Eunbi beranjak dari duduknya di atas kasur. Sebentar ia menatap Jungkook. Ia tidak bisa melihat wajah Jungkook dengan jelas karena kamar yang gelap. Tapi ia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padanya dan dengan langkah cepat ia berjalan meninggalkan Jungkook sendirian di kamar.

Di luar kamar ia mendapati sekelompok teman lelaki Jungkook yang berkumpul di depan ruangan yang sama ketika Eunbi memergoki Jungkook menghisap puntung rokok. Sekelompok lelaki itu juga sekarang memegang puntung rokok dijemarinya. Mereka serempak menatap kearah Eunbi. Tatapan mereka mengingatkan Eunbi pada sikap Jungkook padanya.

Dengan langkah cepat Eunbi berlari keluar dari rumah kecil yang menjadi saksi apa yang Jungkook lakukan padanya.

saksi bisu yang tidak akan memberitahu siapapun tentang siapa Jungkook, selain dirinya sendiri yang melakukan itu.

 

 

*

 

 

Chansung berhenti menghubungi Jungkook setelah beberapa percobaannya menghubungi ponsel lelaki itu tidak membuahkan hasil yang baik. Jungkook tidak menjawab panggilannya.

Padahal ia tidak akan langsung menanyakan tentang aduan wali kelas lelaki itu di sekolahnya.

Chansung kembali mengingat apa yang wali kelas Jungkook katakan padanya beberapa saat yang lalu melalui telepon.

Jungkook yang tidak pernah mengikuti seluruh kelas selama 2 minggu berturut-turut. Mungkin bisa di bilang ia membolos. Tapi seingatnya Jungkook selalu berangkat sekolah selama ini. Ia selalu berangkat bersama Taeri dan Eunbi.

Lamunan Chansung terhenti ketika pintu rumahnya terbuka. Taeri memasuki rumah dengan senyum sumringah di wajahnya. Ekspresinya yang biasanya selalu kesal ketika melihat Chansung kini tidak ia tunjukan lagi. Chansung yang kini menatap adiknya itu dengan pandangan aneh.

“kau baru saja memasang per di sisi mulutmu?” sindir Chansung asal. Langkah Taeri ketika gadis itu ingin menaiki tangga menuju kamarnya terhenti. Ia menatap Chansung dengan sinis.

“aku yakin seumur hidupmu tidak pernah tertawa bahagia seperti ini. Kau kan tidak pernah berpacaran.”

Ingin rasanya Chansung melempar vas bunga yang ada di sampingnya ketika mendengar apa yang Taeri ucapkan. Taeri memeletkan lidahnya sengaja membuat Chansung kesal.

Taeri sudah ingin membalik badannya untuk berjalan ketangga atas hingga akhirnya Chansung teringat sesuatu.

“Taeri. selama ini kau berangkat sekolah bersama Jungkook, apa dia berhenti di sekolahnya ketika turun dari bus?”

Taeri berhenti melangkahkan kakinya dan menoleh kearah Chansung. Mengerutkan keningnya karena pertanyaan Chansung yang aneh.

“kenapa kau menanyakan hal itu?”

“bisakah kau menjawab saja?”

Taeri mengubah ekspresinya menjadi dingin menatap Chansung yang tidak pernah membuat perasaannya tenang.

“Jungkook selalu turun di sekolahnya ketika kau berangkat bersamanya?”

Taeri menatap kakaknya itu. mengingat-ingat kembali apa yang Jungkook lakukan ketika berangkat sekolah bersamanya dan Eunbi.

“eoh. Dia turun di halte yang berhadapan dengan sekolahnya. Memang kenapa?”

Chansung mengerutkan keningnya mendengar jawaban Taeri.

“kau pikir si Jungkook itu anak yang nakal?”

Kening Taeri yang sekarang mengkerut. Ia memangku tangannya pada sisi tangga. Ia menatap Chansung serius.

“apa dia berbuat sesuatu yang buruk di sekolah?” nada suara Taeri juga kini terdengar serius. Chansung juga menatap adiknya itu dengan serius.

“tadi wali kelasnya menelpon kerumah. Dia bilang sudah dua minggu berturut-turut Jungkook membolos sekolah.” Ucap Chansung pelan. Padahal ibunya saat itu tidak ada dirumah tapi ia seperti menjaga ucapannya itu agar tidak terdengar siapapun.

“membolos? Tapi dia turun di halte sekolahnya.” Taeri merubah posisi berdirinya dan melipat kedua tangannya di depan dada.

“kau lihat sendiri dia masuk kedalam gerbang sekolahnya?”

Taeri diam tidak menjawab pertanyaan Chansung. Tentu ia tidak akan bisa menjawab karena ia sendiri juga tidak pernah melihat Jungkook sampai ia memasuki gerbang sekolahnya.

“daritadi aku menghubungi ponselnya tapi ia tidak mengangkatnya.”

Chansung menunjukan ponselnya pada Taeri.

“apa dia sudah tahu jika wali kelasnya memberitahu kita tentang perbuatannya?”

“tidak. Wali kelasnya tadi bilang kalau Jungkook tidak tahu jika ia mengadu perbuatannya pada kita.” Helak Chansung cepat.

Taeri dan Chansung saling diam. Kedua kakak-beradik itu sibuk dengan pikiran mereka masing-masing tentang Jungkook. Taeri pun sampai lupa dengan rasa lelahnya untuk mengganti seragam sekolahnya.

Lamunan keduanya terhenti ketika mereka mendengar suara deruman mobil yang terdengar di depan rumah mereka. Mereka berdua saling bertukar pandang.

“itu ibu kan?”

“sepertinya.”

Mata Taeri dan Chansung melebar. Mereka juga tersenyum lebar. Dengan kompak keduanya beranjak dari tempat mereka masing-masing dan berlari kearah pintu.

“AYAAAAAH!!!!”

Setelah membuka pintu rumah keduanya langsung melebur kedalam pelukan sosok lelaki tua bertubuh gemuk yang baru saja turun dari kemudi mobil. Lelaki yang mereka sebut ayah itu tertawa dan ikut memeluk kedua anaknya dengan erat.

“kalian bisa sangat kompak ketika menyambut ayah.”

Ibu yang juga turun dari mobil menggelengkan kepala melihat kelakuan Chansung dan Taeri. ayah mereka tertawa dan mengacak rambut Taeri serta Chansung satu persatu.

“setidaknya aku senang melihat mereka kompak meneriakan kata ‘AYAH’ di hadapanku.” Ucap ayah membuat Taeri dan Chansung tersenyum lebar. Keduanya masih terus memeluk ayah mereka. Melepas kerinduan setelah lelaki itu sibuk menjalankan dinasnya di jepang beberapa bulan.

“ayah, kau bawa oleh-oleh?”

Tanya Chansung langsung tanpa memikirkannya lagi. Dipikiran lelaki jangkung itu memang hanya ‘bawaan’ sang ayah yang ia tebak berada di dalam bagasi mobil.

Ayah tertawa dan ibu menggelengkan kepala tersenyum.

“kita bisa men-ceknya didalam. Biarkan ayah beristirahat dulu.”

Ayah menuntun Taeri dan Chansung untuk berjalan memasuki rumah. Kedua kakak beradik itu memang sangat kompak ketika harus bermanja pada ayah mereka. Bahkan saking senangnya bermanja mereka bisa saling berlomba mencuri perhatian ayah mereka.

Ibu yang memasuki rumah menolehkan kepalanya kiri kanan.

“Jungkook belum pulang?” tanya ibu menatap Taeri dan Chansung.

Taeri dan Chansung saling bertukar pandang. Hingga Chansung menggelengkan kepalanya tanpa mengucapkan apapun. Ia bingung harus memberitahu ibunya atau tidak tentang kelakuan Jungkook. Ia sangat yakin saat ini Jungkook membolos dan tidak mengikuti sekolah.

“Jungkook? Dia jadi menetap disini?” tanya ayah menatap ibu seraya menaruh gelas minuman yang sudah Taeri sediakan dengan cepat.

“ya. Dan seharusnya ia sudah pulang dari sekolahnya daritadi. Ini hampir jam 7 malam. Chansung bisa kau menghubunginya?”

Ibu menatap Chansung dengan muka khawatir. Chansung tersentak. Ia menggaruk kepalanya lalu menatap Taeri. taeri juga menatap Chansung dengan bingung.

“kenapa diam saja? Cepat hubungi Jungkook. Ibu takut terjadi hal yang buruk padanya.”

Ibu menatap Chansung bingung. Begitu juga dengan ayah yang menatap anak lelakinya itu.

“sebenarnya tadi aku sudah berkali-kali menghubungi dia, tapi dia tidak mengangkat panggilanku.” Chansung menunjukan ponselnya pada ibu.

“benarkah? Kemana dia? astaga ini sudah hampir malam.” Ibu melipat tangannya di depan dada dengan muka khawatir.

“dia masih smp kan?” tanya ayah menatap ibu. Ibu mengagguk dan dengan ponselnya ia berusaha menghubungi Jungkook.

Taeri dan Chansung saling bertukar pandang lagi. Mereka masih bingung bagaimana menyampaikan kelakuan Jungkook pada ibu.

“nah. Apa anak-anak ayah ini tidak menanti oleh-oleh yang ayah bawa?” ayah menepuk tangannya dengan nada riang.

Spontan Taeri dan Chansung tersenyum bahagia menatap ayah mereka.

 

 

 

***

 

 

Taehyung berjalan dengan pelan ketika ia baru turun dari motornya dan menuju kearah gedung sekolah dari parkiran yang cukup jauh. Meskipun sudah sedikit pulih setelah banyak istirahat tapi tetap saja cedera di kakinya itu masih terasa ngilu. Memang seharusnya butuh waktu sebulan untuknya benar-benar pulih dari rasa sakit itu.

Taehyung baru berjalan beberapa menit di koridor menuju kelasnya. Berjalan lama saja sudah membuat keringatnya sedikit mengucur melewati pelipis.

“oy.”

Langkah lelaki itu terhenti ketika mendengar suara menyeru dari belakangnya. Taehyung menolehkan kepalanya dan mendapati Jimin yang tersenyum kearahnya. Jimin berjalan kearah Taehyung dan meninju kecil lengan lelaki itu.

“aku tidak mengira kakimu begitu lemah.” Ujar Jimin mengejek dengan candaan. Ia tertawa menatap ekspresi datar Taehyung yang diam-diam Jimin rindukan. Hal konyol dalam hidupnya ketika merindukan sifat menyebalkan Taehyung.

“apa kecelakaan bisa membuatmu terlihat lemah? Cih kau bercanda denganku.” Ujar Taehyung sinis. Tentu ia juga bercanda cuman saja ia tidak mengakhiri ucapannya dengan tawa seperti Jimin. Jimin sudah tahu tapi ia tetap tertawa hingga pada akhirnya Taehyung juga ikut tertawa. Suara beratnya ketika tertawa bisa membuat beberapa gadis yang lewat di koridor bersama mereka ikut menoleh.

“ah. Bagaimana hubunganmu dengan Sera?” tanya Jimin ketika mereka sudah hampir sampai kedalam kelas. Kelas masih tampak sepi.

Taehyung meneguk ludahnya. Ia tidak siap jika harus menerima pertanyaan seperti yang Jimin tanyakan. Ia menaruh ranselnya di atas meja

“kau berpacarankan dengannya? ayolah jangan kau mengelak. Aku sudah mendengar berita itu meskipun aku tidak berada di tempat saat kau meneriakan-“

“cukup. Jangan kau ucapkan lagi.” Taehyung menghentikan ucapan Jimin. Ia duduk di bangkunya. Jimin tersenyum menggoda menatap Taehyung.

“Sera itu manis. Dia juga kikuk. Menurutku ketika Sera berpura-pura membencimu sikapnya itu benar-benar sangat manis.” Ucap Jimin duduk di hadapan Taehyung. Taehyung menatap Jimin dengan datar tapi Jimin masih bisa menemukan sisi tak suka dari tatapan Taehyung ketika ia mengucapkan kata-kata seperti itu.

“mungkin jika aku tidak mengenal Hweji aku bisa saja suka pada Sera.” ucap Jimin. Taehyung yang saat itu memainkan ponselnya dengan cepat menatap kearah Taehyung.

“kau minta kuhajar?”

Jimin langsung tertawa melihat ekspresi penuh emosi Taehyung yang begitu lucu untuknya.

Taehyung sangat tahu tujuan Jimin mengatakan hal seperti itu. tapi ketika ia mendengar nama Hweji tersebut di mulut Jimin, ia jadi mengingat sesuatu. Ia menatap Jimin.

“kau sudah tahu juga?”

Jimin menatap Taehyung masih dengan senyuman di wajahnya. “ tahu apa?”

“Hweji…” Taehyung tidak melanjutkan kata-katanya. Ia ragu untuk mengucapkannya.

“ah. Hweji yang berada di ruang kesehatan saat kau cedera? Aku sudah mengetahuinya..” Jimin tersenyum menatap Taehyung. Taehyung diam. Senyum Jimin terlihat sedih saat itu.

“lalu…”

“cukup membuatku terkejut. Ah tidak. Yang benar benar-benar membuatku terkejut, dan…. Menyesal. Kenapa saat itu aku tidak menerima ajakan yang lain untuk ikut menjengukmu. Aku terlalu mementingkan egoku sendiri.” Suara parau Jimin terlihat tidak sepadan dengan wajah tersenyum lelaki itu. meski senyumnya terlihat sendu.

Taehyung tidak tahu harus mengatakan apa. Ia memang tidak bisa merespon ketika seseorang menceritakan sesuatu padanya. Yang bisa ia lakukan hanya menatap lawan bicara tanpa melakukan sesuatu. Mungkin itulah sebabnya orang yang baru pertama kali mengenalnya menyangka dirinya dingin.

Jimin menatap Taehyung. Ia kembali meninju kecil lengan Taehyung dengan senyum kecil di wajahnya. Tapi kali ini senyum itu terlihat tidak sendu lagi, terlihat lebih ceria.

“boleh aku mengatakan sesuatu?” tanya Jimin menatap Taehyung. Taehyung menatap Jimin.

“eoh.” Ucap Taehyung pelan.

“aku lebih suka suka rambut oranye mu. Itu membuat wajahmu terlihat pucat dan keren.”

Ekspresi datar Taehyung kembali muncul ketika mendengar apa yang Jimin katakan. Ia kira Jimin akan mengucapkan sesuatu tentang Sera yang bisa membuatnya terkejut. Jimin tertawa terbahak sembari menunjuk wajah Taehyung.

Setelah sibuk tertawa dan berusaha menghentikan tawanya itu Jimin kembali menatap Taehyung. Membenarkan posisi duduknya agar bisa menatap lelaki itu lebih leluasa.

“boleh aku mengatakan sesuatu?”

“berbicaralah pada papan tulis yang masih kosong itu.”

Taehyung meraih komik dari dalam ranselnya. Kebiasaan yang tidak pernah ia tinggalkan.

Jimin menyeringai menatap Taehyung.

“oke.” Jimin menoleh kearah papan tulis dengan senyuman licik di wajahnya.

“hoy, tuan papan tulis. Ada yang ingin ku katakan. Tadi aku baru saja melihat Sera tengah berbicara akrab dengan Kim Seokjin di dalam ruang klub basket. Mereka hanya berdua di dalam ruangan itu.”

Jimin menoleh kearah Taehyung setelah ia mengatakan hal itu. ia langsung terbahak ketika melihat ekspresi Taehyung. Meskipun tidak menatap kearah Jimin tapi Taehyung terlihat tidak fokus, mata lelaki itu tidak menatap kearah komik yang ia baca.

Taehyung menatap Jimin dengan dingin.

“kau mau mati huh?”

“aku mau memberitahumu. Itu karena aku sahabatmu.” Ujar Jimin dengan santai. Taehyung diam.

“ayolah Kim Taehyung. Ini bukan saatnya kau berkilah dan pura-pura tidak peduli pada Sera. semua sudah tahu bagaimana hubungan kalian berdua. Kalian-“

Ucapan Jimin terhenti ketika Taehyung sudah beranjak dari bangkunya. Lelaki itu keluar kelas dan tidak mempedulikan tawa Jimin yang ditujukan padanya. Jimin menepuk tangannya sembari tertawa.

Taeri dan Eunbi menoleh ketika melihat Taehyung berjalan melewati mereka di ambang pintu kelas.

“ah, si Taehyung masuk?” taeri membulatkan matanya menatap Jimin.

“eoh. Dan dia sedang memperjuangkan cintanya saat ini.” Jawab Jimin meraih komik Taehyung yang teronggok tak berdaya di meja. Mungkin baru pertama kali Taehyung memperlakukan komiknya seperti itu.

“astaga dia menghampiri Sera?” Eunbi mengerutkan keningnya.

“bukankah Sera hari ini tidak masuk karena harus pergi bersama pelatih mengurusi pelatihan di Gyeongpo? Itu kata Yoongi kemarin.” Taeri menatap Jimin bingung dan itu semakin membuat lelaki itu tertawa terbahak.

“benar-benar bahagia bisa mengerjai 4D kelas kita yang selalu bersikap sok dingin.” Jimin bertepuk tangan. Taeri dan Eunbi juga ikut tertawa ketika membayangkan bagaimana ekspresi Taehyung ketika tahu jika Jimin sedang mengerjainya saat ini.

Taeri menggelengkan kepalanya dan meraih ponselnya. Mengecek pesan dari Yoongi. ia memanyunkan mulutnya ketika tahu tidak ada pesan dari yoongi sama sekali di ponselnya. Eunbi menatapnya dan berdecak.

“ini masih pagi, kau benar-benar tidak bisa mengizinkan Yoongi berhenti memegang ponselnya beberapa menit saja.” Ucap Eunbi masih menggelengkan kepalanya. Taeri menatap eunbi dengan muka yang ditekuk.

“rasanya tidak ada waktu yang lebih baik selain menerima kabar dari dia.” Taeri menghela nafasnya dan menundukan wajahnya lesu. Eunbi tersenyum.

“aku jadi ingat saat dulu kau masih benar-benar takut dengannya.” ucap Eunbi tersenyum menatap Taeri. taeri menatap sahabatnya itu lalu ia juga tersenyum. Memeluk lengan Eunbi dengan gaya manja.

“aku sendiri juga masih tidak menyangka bisa menjadi sesayang ini pada Yoongi. padahal dalam hatiku aku merasa takut jika saja Yoongi tidak menyukaiku sebesar aku menyukainya.” Ucap Taeri terlihat menundukan kepalanya dengan helaan nafas besar.

“dia memang tidak menyukaimu kok.” Ucap Eunbi enteng, Taeri menatap Eunbi bingung. Tidak mengerti dan tidak menyangka Eunbi bisa mengatakan hal seperti itu.

“tapi dia mencintaimu.” Ucap Eunbi tersenyum menatap Taeri. ia juga tertawa melihat wajah terkejut Taeri yang begitu ia sukai.

“astaga apa kau ingin jadi seperti Jimin? Ini masih pagi Yoo Eun Bi.” Taeri menjitak kepala Eunbi dengan tawa. Gerakan Taeri menjitak kepala Eunbi terhenti ketika ia menyadari ada sesuatu yang terlihat di sisi leher Eunbi.

Taeri menajamkan penglihatannya dan menatap leher Eunbi dengan lamat.

“eoh? Ini tanda cium?” taeri menyingkirkan helaian rambut Eunbi agar memperjelas tanda kemerahan yang berada di leher gadis itu. eunbi melotot terkejut dan dengan cepat menutupi lehernya.

Taeri menatap Eunbi lamat. Ia tidak menyadari tanda di leher Eunbi karena gadis itu seperti terus menutupi lehernya dengan rambutnya yang tergerai. Kini ia bisa melihat tanda kemerahan itu ketika memeluk Eunbi. Eunbi membuang mukanya. Wajahnya tampak gugup.

“ini gigitan nyamuk.”

“bohong. Kau tidak bisa membohongiku soal hal itu Eunbi. Yoongi sering meninggalkan tanda seperti itu di leherku.” Taeri menunjuk leher Eunbi dengan pandangan menyelidik.

“bu-bukan-“

“itu dari Jungkook?” ekspresi Taeri terlihat tidak suka ketika gadis itu menebak nama Jungkook.

Jantung Eunbi berdegup kencang. Ingatannya langsung bermain dan berputar di otaknya ketika Jungkook menyerangnya kemarin. Untungnya ketika berangkat sekolah Jungkook tidak berangkat bersamanya.

Taeri menghela nafasnya, ia sepenuhnya sudah tahu jika semua tanda kemerahan itu dari Jungkook.

“aku tidak tahu lagi sudah sampai mana hubungan kalian. Tapi, sepertinya ada satu hal yang harus kau tahu tentang Jungkook Eunbi…” ucap Taeri.

Eunbi menatap Taeri dengan cepat. Jantungnya berdegup kencang. Sesuatu tentang Jungkook? Apa itu tentang bagaimana Jungkook sebenarnya? Apa Taeri sudah tahu sisi lain Jungkook?

“kemarin wali kelasnya menghubungi Chansung. Dia bilang kalau Jungkook membolos sekolah selama 2 minggu berturut-turut.”

Eunbi menatap Taeri. wajah gadis itu begitu serius.

“apa kau tidak berpikir bagaimana nakalnya Jungkook karena lelaki itu membolos sekolah? Bukankah type lelaki mu itu lelaki yang memiliki kesopanan dan teladan??? Ayolah Eunbi kau harus kembali seperti Eunbi yang pemilih seperti dulu!!” Taeri merengek dengan gaya manja memegang-megang tangan Eunbi . eunbi mengkedip-kedipkan matanya berkali-kali menatap Taeri.

“a-apa hanya itu yang akan kau sampaikan? Tidak ada yang lain?” tanya Eunbi dengan hati-hati. Mata Taeri melotot lebar.

“astaga! Apa karena saking butanya dengan lelaki itu sampai-sampai kau tidak terkejut dengan apa yang kau sampaikan????”

Eunbi tidak mempedulikan apa yang Taeri katakan. Ia menatap arah lain dengan wajah ragu. Ia tidak mungkin mengatakan bagaimana Jungkook sebenarnya kepada Taeri. bukan karena ia kasihan dengan Jungkook, tapi… lebih ketidak inginannya membuat Taeri semakin berusaha menjauhkannya dari Jungkook. Bagaimanapun juga, meskipun saat ini ia merasa takut dengan Jungkook tapi ia masih tidak ingin menjauh dari hidup lelaki itu.

“sebaiknya kau lebih memikirkannya lagi, Eunbi. Seperti yang kusarankan sebelumnya, Jungkook bukanlah lelaki yang baik untukmu. Dan kau bisa memikirkan Jin, menggunakan perjalanan ke Gyeongpo besok untuk lebih mengenal Jin.” Ucap Taeri menatap Eunbi dengan lebih tenang.

Eunbi menatap Taeri. ia kembali menatap kearah lain. Memikirkan kata-kata Taeri yang bisa jadi menjadi kenyataan sesuai dugaan gadis itu tentang Jungkook.

“YA!!! PARK JIMIN!!!!!! SIAL KAU MEMBOHONGIKU!!!!”
Lamunan Eunbi pecah begitu saja ketika Taehyung sudah berdiri di ambang pintu kelas dengan amarah memuncak menatap Jimin yang tengah asik membaca komiknya. Jimin menaruh komik Taehyung di atas meja lelaki itu lagi dan bersiap menerima setiap amukan Taehyung padanya.

 

 

*

 

 

EUNBI POV

 

Pandanganku saat ini memang tidak fokus. Niat awal ku hanya untuk membeli beberapa snack untuk perjalanan ke Gyeongpo besok di supermarket. Tapi, pandanganku terus menuju kearah gang tempat dimana aku menemukan Jungkook dan sisi lain lelaki itu yang tidak aku kenal.

Padahal baru kemarin aku begitu takut pada Jungkook dan bertekat tidak akan mendatangi gang itu, tapi, sekali lagi Jungkook membuatku terus berpikir nekat untuk kembali memasuki gang itu.

Entah kenapa perasaanku terus mengatakan jika Jungkook berada di dalam gang itu sekarang.

Dengan cepat aku menggelengkan kepala dan berjalan memasuki supermarket.

Di dalam supermarket meskipun dengan konsentrasi yang minim aku terus mengamati setiap rak snack untuk memilah snack kesukaanku perjalanan. Beberapa snack yang Taeri dan Hweji suka juga harus masuk kedalam troli belanjaku.

“wah, kau belanja di sini juga?”

Fokusku pada rak snack terhenti. Aku menoleh dan mataku langsung melebar mendapati sosok Jin berdiri di hadapanku dengan troli belanja kecil di hadapannya. Jin mengangkat tangannya dengan senyuman manis.

“annyeong, noona.” Sapanya dengan nada ceria.

Aku memutar bola mata karena terlalu malas berhadapan dengan mahasiswa aneh yang terus memanggilku dengan sebutan ‘noona’.

“kau belanja untuk besok?” tanyanya menyamakan jalannya denganku. Aku hanya mengagguk malas tanpa menatap kearahnya. Aku tahu dia tengah tersenyum saat ini. Aku bisa mendapati ekspresi tersenyumnya dari kaca rak snack yang sedikit besar. Dia tidak sadar jika aku bisa melihat ekspresinya juga.

Dan entah kenapa dengan bodohnya dadaku sedikit berdebar melihat senyumnya.

“ah. Kau juga suka roll paprika?” tanyanya menunjuk salah satu kotak snack dari troli belanjaku.

Aku menatap kearahnya. Dia juga suka?

“aku juga menyukainya. Jarang ada yang menyukai snack vegetarian pahit seperti itu. whoaaaa. Kau gadis yang unik.” Jin menggelengkan kepalanya menatapku.

“menurutmu kau tidak?” aku menatapnya datar. Dia tersenyum.

“tapi menurutku aku tidak seaneh Taehyung yang selalu mengemut ujung sedotan ketika meminum sesuatu.”

 

EUNBI POV END

 

“jangan biarkan Sera melihat cara Taehyung meminum seperti itu.”

“dia sudah melihatnya dan… gadis itu tak mengatakan apapun.”

“dia pasti merasa sedih melihat Taehyung seperti itu.”

Eunbi tertawa kecil membayangkan ekspresi Sera ketika melihat sifat aneh Taehyung.

“ah, kau tertawa.” Jin menunjuk wajah Eunbi. Eunbi langsung menghentikan tawanya dan menutup mulutnya. Kembali menunjukan ekspresi dinginnya. Jin tersenyum.

“bagaimana cara membuatmu tertawa seperti itu lagi?”

Pertanyaan Jin cukup membuat hati Eunbi berdesir. Ia menatap lelaki itu dan lelaki itu juga menatap kearahnya.

“aku pikir kau terlihat sangat manis ketika tersenyum.”

Ucapan Jin benar-benar membuat Eunbi terpaku. Ia menatap Jin lamat, berusaha mencari kebohongan atau gurauan dari wajah lelaki itu. tapi ekspresi lelaki itu terlihat begitu serius ketika mengatakan hal itu.

“benarkan, noona?” ucap Jin lagi tersenyum.

Eunbi terhenyak mendengar ucapan Jin. Lalu ia pun ikut tersenyum.

“bisakah kau tidak memanggilku noona? Seharusnya aku yang memanggilmu dengan sebutan ‘oppa’.”

“bukankah lebih menarik jika kau memanggilku ‘hyung’ ?”

Eunbi tersenyum mendengar ucapan Jin yang terdengar seperti lelucon di telinganya.

“yaaaa.”

“mulai besok dan seterusnya kau panggil saja aku ‘hyung’ .” Jin tersenyum dan menjulurkan lidahnya dengan gaya imut. Gaya yang sebenarnya cukup pantas meskipun Jin begitu tampan.

Eunbi tertawa kecil. Sepertinya sekarang ia sudah seharusnya memikirkan untuk bisa berhubungan baik dengan Jin. Jin memang tidak cocok untuk ia jauhi atau ia musuhi.

“kookieeeeyaaaaa. Di luar dingin sekali, sweatermu cukup bisa membuatku hangat.”

Suara kencang perempuan mengalihkan perhatian para pengunjung supermarket. Eunbi yang tadi menatap Jin mengalihkan tatapannya kearah suara yang terdengar jelas dari jaraknya berdiri.

Tubuh Eunbi terasa kaku melihat pemandangan yang ia lihat saat ini di hadapannya.

Jin juga menatap sosok yang berdiri di depan pintu supermarket.

Jungkook yang masih mengenakan baju sekolahnya dan seorang wanita yang terus memeluk lengan lelaki itu dengan gaya manja. Jungkook juga menatap kearah Eunbi. Dan lalu Jin.

Kaki Eunbi terasa lemas melihat kedekatan wanita itu dengan Jungkook.

Tanpa mempedulikan belanjaannya Eunbi berlari meninggalkan Supermarket. Tidak menghiraukan seruan Jin yang memanggil namanya.

 

 

 

*

 

 

“HUWAAAAAAAAAAAAAA GYEONGPOOOOO!!!!! PANTAIIIIII!!!!!”

Teriakan Taeri begitu lantang ketika ia berdiri di depan bus. Ia menguletkan tubuhnya. perjalanan menuju Gyeongpo adalah saat yang begitu ia nantikan sejak kemarin.

Berdua bersama Yoongi di pantai Gyeongpo yang terkenal begitu indah ketika malam. Memikirkannya saja bisa membuat ia tidak bisa tidur semalaman.

Eunbi menatap Taeri dengan malas. Tak seperti Taeri, Eunbi hanya membawa sedikit tas untuk perjalanan yang sebenarnya tidak terlalu membuatnya semangat.

Jungkook dan semua tentang lelaki itu begitu membebani pikirannya saat ini. Ia memang memerlukan waktu untuk bersenang-senang. Setidaknya membuatnya bisa melupakan Jungkook, melupakan perasaan cintanya pada lelaki itu.

Jimin dan Taehyung berjalan di belakang kedua gadis itu dengan satu ransel. Mereka dan semua murid lelaki memang hanya membawa satu ransel besar untuk perjalanan. Mereka menatap malas Taeri yang tidak juga berhenti menunjukan perasaan bahagianya.

“aku membuat bento untuk Yoongi lagi.” Taeri menunjukan kotak bekal berbentuk kodok hijau keroro pada Jimin, Taehyung dan Eunbi dengan mata berbinar.

“kau mau membuat Yoongi hyung muntah di tengah liburannya?” ucap Taehyung dengan ekspresi datar khas-nya.

“ya! Kim Taehyung rambut kemoceng! Kenapa kau tidak tergeletak lemas saja di atas kasur? Atau ku iris daging di kaki cederamu untuk kubuat bento!” Taeri menatap Taehyung dengan melotot. Ia sudah cukup bersabar dengan ejekan Taehyung, tapi tidak untuk kali ini.

“tidak bisa. Jangan berharap dia tidak masuk. Bagaimana ia bisa berduaan dengan Sera jika ia tidak ikut?” Jimin merangkul bahu Taehyung dengan senyuman menggoda.

“ya.” Taehyung menatap Jimin dengan muka kesal. Jimin terlalu sering menggodanya dengan Sera.

“kau harus menyerangnya ketika malam.” Ucap Jimin terdengar seperti berbisik nakal.

“YA!”

Dan dengan cepat Taehyung memberi amukannya pada Jimin.

Taeri dan Eunbi membuang tatapannya karena terlalu malas melihat kedua lelaki itu yang tak pernah berhenti saling menghajar satu sama lain.

“hey.”

Perhatian kedua gadis itu teralih ketika mendengar suara lelaki yang terdengar dari arah belakang mereka.

Mata Eunbi melotot lebar melihat Jin yang berdiri membawa sekantung putih besar belanjaan di hadapannya.

“ini punyamu. Kau meninggalkan belanjaanmu kemarin.”

Jin menyodorkan kantung belanjaan pada Eunbi. Eunbi menatap kantung belanjaannya dengan terkejut.

“eoh? Kau membayarkannya??”

“hmm.” Jin mengagguk. Ia pun menyodorkan lebih dekat kantung belanjaan itu dan memaksa Eunbi untuk menerimanya. Eunbi pun meraih kantung itu dengan cepat.

“ah, uangnya. Tunggu.” Eunbi merogoh kantung di tasnya.

“lupakan.” Jin langsung berjalan begitu saja meninggalkan Eunbi. Eunbi mengangkat wajahnya dan menatap Jin terkejut. Lelaki itu sudah berjalan meninggalkannya. Sebentar Jin menoleh, lalu lelaki itu tersenyum kearah Eunbi.

“y-ya.”

Eunbi hendak berjalan pelan kearah Jin tapi lelaki itu sudah berjalan meninggalkannya memasuki bus untuk kelas 3.

Eunbi terpaku dengan kantung belanjaan di tangannya.

“whooooo. Daebak. Apa yang terjadi kemarin denganmu dan Jin sunbae?”

Taeri menyenggol lengan Eunbi dengan mata menyelidik. Ekspresi Taeri terlihat lebih senang melihat moment Eunbi dan Jin di hadapannya. Eunbi menatap Taeri dengan wajah memerah.

“a-ani! Hanya kemarin aku bertemu dengannya di supermarket. Kita berbelanja bersama. Lalu…”

“lalu?”

Eunbi ingat Jungkook dengan seseorang yang bersamanya kemarin. Itu membuat perasaannya kembali sesak. Eunbi tersenyum menatap Taeri dan menggelengkan kepalanya. Berharap Taeri tidak akan bertanya lagi. Tapi Taeri terus merengek meminta Eunbi untuk menceritakan apa yang terjadi kemarin dengannya dan Jin.

“Taeri! Eunbi!!”

Perhatian kedua gadis itu kembali teralih ketika suara lantang gadis memanggil mereka. Mereka menoleh. Mata mereka melotot secara bersamaan ketika melihat Hweji yang berlari kearah mereka dengan tas dan ransel yang gadis itu bawa.

Hweji melambaikan tangannya dengan senyum riang. Dari belakang terlihat ibu Hweji yang berada di dalam mobil menghela nafasnya dan lalu kembali mengendarai mobilnya untuk berlalu pergi meninggalkan Hweji.

“HWEJI!!!!”

Taeri dan Eunbi berteriak bersamaan dan berlari ikut menghampiri Hweji. Mereka pun saling berpelukan dengan teriakan gembira.

“astaga!! Kau boleh ikut??? Aku tidak menyangka!!!”

“aku sendiri juga masih tidak percaya!!” Hweji tersenyum senang memeluk satu persatu kedua sahabatnya itu.

“bukankah sekarang kita sudah lengkap?? Kita harus melakukan sesuatu yang gila!”

“ssstt. Tapi ada satu hal yang harus kau jaga.” Eunbi berbicara dengan berbisik. Taeri dan Hweji saling mendekat dengan senyuman lebar. lalu mereka tertawa bersamaan.

Hweji memberi symbol dengan putaran tangan di perutnya. Ia sudah bisa menjadikan kehamilannya sebagai candaan. Itu yang memang ia perlukan.

Hweji berhenti berbicara dengan Taeri dan Eunbi. Tatapan gadis itu tertuju kearah lain.

Kearah lelaki yang juga menatap kearahnya.

Hweji tersenyum. Lalu gadis itu berjalan kearah lelaki itu.

Taeri dan Eunbi saling tersenyum melihat apa yang akan terjadi di hadapan mereka.

 

“banyak yang akan terjadi di Gyeongpo.”

 

Bisik Taeri kecil tersenyum pada Eunbi. Lalu kedua gadis itu tersenyum bersamaan.

 

To be continued

 

annyeong! ^.^)/

ada yang masih nunggu FF ini? maaf ya aku lama posting RHS u.u abis keadaan aku lagi kurang baik, kondisi tubuh aku lagi turun banget /.\ tapi besok2 aku akan posting gak selama kaya sekarang kok :*

gimana? gimana part yang ini?
mian ya kalo kurang panjang atau kurang muasin u.u abis jari dan otak aku lagi gak kompakan nih buat ngerangkai kata-kata lebih banyak lagi(?) kkkk maaf ya aku janji part besoknya akan muasin dan lebih bewarna lagi deh(?)

kkk makasih ya buat para readers yang udah support ff nista ini(?) kkk *bow

aku suka gaya kalian(?)