FF oneshot/ FORGOTTEN/ BTS-BANGTAN


Credit : Credit : Park Haera@Poster Channel

Tittle: Forgotten || Author: TokiarikaJung ♔ (author tetap) || Main Cast: Kim Taehyung (BTS), Park Ha Neul (You/OC) || Genre: Romance, School Life, Sad (maybe) || Rating: PG-15 || Length: Oneshoot

Happy reading and be a good readers please.

Siders and plagiarism not allowed to read my fanfict.

Also posted in another wordpress with different main cast.

-oOo-

Forgotten

Kau mendesis kesal begitu menyadari ada seseorang yang tengah menguntitmu saat ini. Kau tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa ‘penguntit’ itu. Toh, kau juga sudah tahu siapa orangnya.

Siapa lagi kalau bukan dia? Ucapmu dalam hati.

Dia yang selalu menguntitmu tiap hari,

Dia yang selalu mengawasimu tiap detik,

Dia yang selalu berada di belakangmu untuk memastikan bahwa kau baik-baik saja,

Dia yang selalu mengejarmu,

Dia,

Dia,

Dan dia…..

Kau memutar kedua bola matamu dengan kesal. Tidak bisakah dia berhenti mengikutiku? Tanyamu. Sungguh kau merasa seperti di mata-matai tiap harinya.

Dan kau tidak menyukai hal itu.

“Kim Taehyung ! Bisakah kau berhenti menguntitku? Kau membuatku seolah-olah aku adalah buronan, kau tahu?” Kau mengucapkan hal itu ketika mendengar suara grasak-grusuk dari belakang. Kau membalikkan badanmu lalu menatap tajam Taehyung yang sedang bersembunyi di balik semak-semak.

“Keluar.” Pintamu dengan nada yang sangat tidak bersahabat. Tapi tidak ada jawaban. Taehyung tetap bergeming di tempatnya.

“Keluar.” Pintamu lagi –dengan nada yang sedikit naik.

“A-ah aku ketahuan.” Taehyung keluar dari semak-semak persembunyiannya. Lantas ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Bagaimana bisa kau tahu kalau aku menguntitmu?” tanyanya polos sambil menunjukkan cengirannya.

“Pertanyaan bodoh.” Kau menatap Taehyung dengan datar.

“Menurutku tidak.” Balas Taehyung.

“Cih ! Apa kau bilang? Hey dengar.” Kau mulai mendekati Taehyung, kau menatapnya seolah-olah kau ingin menerkamnya. Kau menghentakkan kakimu begitu sampai ‘tepat’ di hadapan Taehyung.

“Mulai sekarang berhentilah mengikutiku. Atau kau tahu sendiri akibatnya.” Setelah mengatakan itu, kau pergi meninggalkan Taehyung.

Taehyung menatapmu dengan bingung, sebelum akhirnya ia menunjukkan sebuah seringaian. Oh ayolah, Taehyung tidak akan menyerah padamu begitu saja. Ia tipe orang yang harus mendapatkan apapun yang ia inginkan. Dan sekarang ia menginginkanmu. Ia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan dirimu.

Setelah puas dengan seringaiannya, Taehyung kembali berjalan mengikutimu–menguntitmu. Dan kau bukanlah orang yang bodoh untuk tidak menyadari bahwa ‘orang itu’ kembali menguntitmu di belakang.

Namun kau tidak melakukan apa-apa. Hanya berjalan seperti biasa. Kau sudah sering menghadapi sikap keras kepala Taehyung. Kau mengusirnya pun percuma, ia tetap tidak mau mendengarkan. Jadi kau hanya mengabaikannya dan menganggapnya tidak ada.

-oOo-

Kau merapikan peralatan tulismu. Pelajaran sudah selesai sejak lima belas menit yang lalu. Kau tidak langsung pulang karena kau harus menyalin beberapa catatan yang tertinggal. Saat pelajaran berlangsung, kau sempat ke toilet sebentar dank kau tidak menyangka bahwa guru yang mengajarmu –Kim seonsaengnim– memberikan catatan sebanyak dua papan tulis penuh.

Jadilah kau di sini. Menyalin catatan Sung Rae Hun—teman sebangkumu. Kau membutuhkan waktu lima belas menit untuk menyalin catatannya. Kau sibuk menulis, sedangkan Sung Rae Hun sibuk dengan ponselnya –berkirim pesan dengan kekasihnya, Park Jimin–.

“Aku sudah selesai.” Ucapmu sambil membereskan buku-buku pelajaran yang masih tergeletak berantakan di atas meja.

“Eoh? Jinjja? Secepat itu?” Sung Rae Hun lantas mematikan ponselnya lalu menatapmu dengan tampang terkejut.

“Makanya jangan berkirim pesan dengan Jimin terus. Kau jadi lupa waktu kan !” Kau menyerahkan sebuah buku tulis kepada Rae Hun. “Anyway, thanks. Buku catatanmu sangat membantu.”

Rae Hun langsung mengambil buku catatan miliknya dengan cepat. “Ya ! Ya ! Siapa bilang aku berkirim pesan dengan Jimin?” bantahnya dengan wajah semerah tomat.

“Kalau bukan dengan Jimin, kenapa wajahmu sampai memerah seperti itu?” tanyamu dengan santai. Rae Hun kesal, ia menyenggol lenganmu.

“Ya ! Neo—“ Rae Hun mencibir. Kau berusaha menulikan pendengaranmu, dan usahamu berhasil.

Kau mengabaikannya, lalu kau bangkit sambil menyampirkan tasmu di pundak. Kau membawa buku-buku pelajaranmu di tangan, kau berniat menyimpan buku-buku tersebut ke loker.

“Ayo pulang. Nanti Jimin mencarimu.” Kau meninggalkan Rae Hun yang masih asyik mencibir. Kau bergegas keluar kelas.

“Ya ! Park Haneul ! Kenapa Jimin terus sih? Urusi Taehyung-mu sendiri sana !” Sung Rae Hun menggerutu. Ok tadi ia mencibir, sekarang ia menggerutu.

Kau berhenti melangkah. Kau merasa sensitif apabila mendengar nama Taehyung. Mungkin karena kau membencinya. Membenci si penguntit itu.

Ngomong-ngomong soal Taehyung. Kemana dia? Hari ini ia tidak menguntitmu. Dan kau merasa ada yang tidak beres.

Apa dia sakit?

Kau menggelengkan kepalamu.

Taehyung tidak pernah sakit.

Atau dia sibuk?

Kau mendengus.

Bahkan Taehyung tidak bekerja. Mana mungkin ia sibuk?

Lalu kenapa ia tidak menguntitmu hari ini?

“Park Haneul !” Rae Hun memanggil namamu, membuatmu tersadar dari lamunanmu. “Aku memanggil namamu berkali-kali tapi kenapa kau tidak menyahut, huh?”

Kau gelagapan. Kau melirik Rae Hun sekilas, ia sedang manggut-manggut.

“Mian.” Ucapmu pada akhirnya.

Rae Hun mendelik tajam ke arahmu. “Kau pasti tidak mendengarkan apa yang aku bicarakan.” Hardiknya langsung.

Kau mengangguk kaku. “Memangnya tadi kau bilang apa?” tanyamu polos.

Rae Hun menghela napas. Meskipun ia kesal karena di abaikan, ia tetap tidak bisa marah padamu.

“Hari ini anak-anak BTS sedang bermain baket di lapangan sekolah. Jimin menyuruhku kesana dan ia menyuruhku untuk membawamu juga.”

Kau tercengang. Kau yakin ini pasti ulah Taehyung, yang menyuruh Jimin untuk mengajakmu ke lapangan. Mendadak kau menjadi kesal, sepertinya memang benar-benar tiada hari tanpa gangguan Taehyung.

“Aku tidak mau. Kepalaku pusing sekarang, aku ingin beristirahat saja.” Bohongmu. Dalam hati kau berdoa agar Rae Hun percaya pada kata-katamu.

-oOo-

Kau menyusuri koridor sekolah sendirian. Rae Hun sudah pergi ke lapangan untuk menyemangati Jimin.

Kau berjalan dengan tenang sampai akhirnya terdengar sorakan-sorakan yang mengganggu ketenanganmu. Karena penasaran, kau menolehkan kepalamu ke arah lapangan. Kau dapat melihat sekian banyak murid─sebagian besar wanita─ sedang berteriak menyoraki idola sekolah mereka.

Oh pasti karena anak BTS sedang bermain basket hari ini.

Kau terus memandang ke arah lapangan sampai akhirnya kau menemukan Taehyung tengah memandang ke arahmu. Kau tersentak. Cepat-cepat kau mengalihkan pandanganmu, bertatapan dengan Taehyung memberikan efek yang cukup besar bagi dirimu. Kau merasa wajahmu memanas─bahkan merona. Kau merasa jantungmu berdetak dengan cepat.

Kau menggelengkan kepalamu. Kau sadar pikiranmu sudah melantur kemana-mana. Kau berusaha menghilangkan pikiran tentang Taehyung di otakmu. Namun tidak bisa.

Oh apa yang terjadi kepadaku? Pikirmu dalam hati.

Dug….

Tiba-tiba kau merasakan sesuatu menghantam kepalamu. Kau meringis sembari mengusap-usap bagian kepalamu yang sakit.

Kau memandang ke bawah dan kau dapat melihat ada sebuah bola basket tepat di depan kakimu. Kau mendadak geram, siapapun yang berani menimpukku dengan bola basket ini, aku tidak akan memaafkannya. Pikirmu sambil terus mengusap kepalamu.

Tapi anehnya, kau merasa deja vu dengan kejadian ini.

“Hey Haneul.”

Kau terdiam. kau hapal siapa pemilik suara itu.

Siapa lagi kalau bukan dia? Ucapmu dalam hati.

“Maaf aku tidak sengaja melempar bola itu.”

Mendengar alasan darinya yang tidak masuk akal, kau langsung mendongakkan kepalamu. Menatap orang itu dengan benci.

“Sialan kau Kim Taehyung.” Kau berjalan ke arahnya lalu memukul-mukul dadanya dengan kesal. Taehyung yang menerima pukulan bertubi-tubi darimu langsung mengaduh pelan.

“Hey Haneul. Aku kan tidak sengaja.”

Kau tidak peduli. Kau tetap memukul-mukul dadanya dengan keras.

“Hey Haneul. Hentikan!”

Dengan satu gerakan cepat Taehyung menangkap kedua tanganmu. Kau berusaha melepaskan tanganmu, namun usahamu sia-sia. Tenaga Taehyung lebih kuat di bandingkan tenagamu.

Ok, kau memilih menyerah. Kau berhenti meronta. Melihat sikapmu, Taehyung menunjukkan seringaiannya.

Tiba-tiba saja Taehyung memojokkan tubuhmu ke dinding. Kau terkejut dan tidak dapat melakukan apa-apa. Kau hanya dapat menatap Taehyung dengan ketakutan.

Taehyung mendekatkan wajahnya ke wajahmu, kau segera membuang wajahmu ke samping. Nampaknya hal itu tidak membuat Taehyung menghentikan aksinya. Ia tetap mendekatkan wajahnya ke wajahmu.

Kau tidak dapat memungkiri bahwa sekarang kau merasakan darahmu mendesir. Jantungmu berdegup kencang.

Taehyung semakin mendekat, sampai akhirnya kau dapat merasakan hembusan napasnya menggelitik pipimu. “Aku tidak sengaja. Maafkan aku ya.” Bisik Taehyung tepat di telingamu. Tanpa persetujuan, Taehyung langsung mencium pipimu.

Kau membulatkan matamu. Kau tidak percaya dengan kenyataan bahwa baru saja Taehyung mencium pipimu.

Taehyung mencium pipimu.

Oh astaga rasanya kau ingin meledak sekarang juga. Memikirkannya membuat wajahmu memanas, darahmu berdesir, jantungmu berdetak cepat.

“Aku minta maaf ok?”

Kau menatap Taehyung tidak percaya. Dengan gerakan kaku kau menganggukkan kepalamu perlahan. Kau berani bersumpah kalau kepalamu bergerak dengan sendirinya, bukan karena kau yang menginginkannya.

Sebenarnya otakmu menolak untuk memaafkannya, tapi hati dan tubuhmu tidak dapat di bantah.

Ok, ini berbahaya. Jangan sampai kau masuk ke dalam perangkap Taehyung.

-oOo-

“Eomma. Appa. Aku berangkat sekolah ya.” Kau memasang sepatumu dengan cekatan.

“Haneul kau belum sarapan.” Kau dapat mendengar teriakan ibu mu dari ruang makan.

“Aku sudah kenyang eomma.” Jawabmu seadanya.

“Ok hati-hati di jalan.” Sekarang giliran ayah mu yang berteriak.

Kau hanya mengangguk. “Ne. Annyeong~” Kau menutup pintu rumah lalu berjalan ke arah sekolahmu yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari rumahmu.

Kau sudah terbiasa berangkat dengan jalan kaki. Sebenarnya kau memiliki supir pribadi yang siap menjemput dan mengantarmu ke sekolah. Namun menurutmu itu terlalu berlebihan. Jarak dari rumahmu ke sekolah tidak terlalu jauh, untuk apa naik mobil? Lagipula jalan kaki di pagi hari juga menyehatkan.

Kau menghembuskan napas, asap putih keluar dari mulutmu. Lantas kau mengadahkan kedua tanganmu, dan kau dapat merasakan butiran salju menempel dan mencair di tanganmu.

Musim salju telah tiba.

Tanpa sadar kau tersenyum miris. Musim salju ini membuatmu mengingat dirinya. Pertemuan pertama kau dengan dirinya. Ada kenangan manis sekaligus pahit di musim salju satu tahun yang lalu.

-Flashback

Kau menatap bosan ke arah jendela kelas. Kau mengabaikan gurumu yang sedang menjelaskan teori tentang fisika di depan kelasmu. Kau benar-benar tidak mengerti dengan segala yang berhubungan dengan rumus-rumus, menurutmu itu sangat rumit dan juga membosankan. Jadi daripada kau mati kebosanan atau pusing menghapal rumus, kau lebih memilih untuk mengabaikan pelajaran itu.

Kebetulan hari ini kau sedang duduk di pojokan─kelasmu mengadakan rolling tempat duduk tiap harinya─, posisimu strategis untuk melakukan apa saja─tanpa ketahuan oleh guru tentunya. Terlebih lagi di depanmu ada Kim Seokjin─murid dengan badan tertinggi di kelas─ jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan guru akan memergokimu, karena jelas saja badanmu yang mungil tertutup oleh badan Seokjin yang cenderung tinggi.

Karena merasa aman kau memandang ke jendela kelas. Kau mengamati tiap butiran salju yang turun. Kau mengamatinya dari atas sampai bawah. Lalu begitu selanjutnya sampai akhirnya kau terkejut karena seseorang mengganggu pemandanganmu.

Orang itu adalah murid kelas X-II IPA. Kau tahu itu, karena ia sangat terkenal di sekolahmu. Terkenal akan sosoknya yang terlihat nyaris sempurna di mata setiap gadis─kecuali di matamu. Ok, kau akui orang itu tampan, hebat, keren, idaman, kaya atau lain sebagainya. Tapi ada dua sifat yang membuatnya terlihat buruk di matamu.

Dingin dan playboy.

Ya, kau sangat membenci dua sifat itu. Itulah yang membuatmu menganggap Kim Taehyung adalah orang yang buruk. Orang yang berperilaku dingin dan punya banyak wanita.

Ya. Namanya Kim Taehyung.

Kau menggelengkan kepalamu. Kenapa aku jadi memandangnya sih? Aku kan ingin melihat salju. Bukannya Kim Taehyung. Rutukmu dalam hati. Kau ingin mengalihkan pandanganmu namun tidak bisa. Seakan ada magnet yang membuatmu enggan untuk mengalihkan pandanganmu.

Eh tunggu ! Apa yang ia lakukan di luar kelas? Bukannya sekarang seharusnya ia berada di kelas? Tapi kenapa ia malah di luar kelas? Di lapangan pula.

Kau terus memperhatikan tingkah Kim Taehyung, sampai akhirnya kau dapat melihat bahwa sekarang Taehyung sedang men-drable bola basket.

Hah? Main bola basket di musim salju? Kau memandang Taehyung dengan tatapan tidak percaya.

Kau terlalu fokus kepada Taehyung dan bola basketnya sampai-sampai kau tidak mendengar bahwa sedari tadi gurumu memanggil namamu untuk maju ke depan mengerjakan soal.

“Park Haneul!”

Kau terlonjak kaget. Suara dari Jung saem membuatmu panik seketika.

Kau bangkit dari dudukmu lalu menatap Jung saem dengan gelisah. “N-ne seonsaeng?”

“Maju kamu. Kerjakan soal nomor 2.”

Kau tercengang. Demi apapun kau tidak mengerti dengan apapun yang berhubungan dengan rumus dan fisika. Dan sekarang? Kau di panggil untuk mengerjakan soal nomor dua. Kau bisa apa?

Perlahan kau melangkah ke depan kelas. Semua murid di kelasmu memandangmu dengan penasaran. Mereka segera berbisik satu sama lain.

Apa seorang Park Haneul bisa mengerjakan soal itu? Kira-kira seperti itulah yang mereka bisikkan satu sama lain.

Kau mengambil sebuah spidol hitam. Kau membaca soal nomor dua yang sudah tertulis rapi di papan tulis.

Kau mendadak lemas. Kau tidak tahu apa-apa, bahkan kau tidak memahami soalnya. Bagaimana bisa kau menjawab soal itu?

Kau menjulurkan tanganmu ke papan tulis dengan gemetaran. Kau berusaha menuliskan sebuah rumus, namun tidak ada satupun rumus yang kau ingat. Menyedihkan.

Jadi selama hampir dua menit kau berdiri di depan papan tulis─tanpa melakukan apapun─, kau mulai mendapat ide. Kau menulis empat kata dengan cekatan. Setelah itu kau mengembalikkan spidol itu ke tempatnya.

Jung saem memandang hasil pekerjaanmu dengan mata terbelalak. Soal semudah ini bagaimana bisa ia tidak dapat mengerjakannya? Pikir Jung saem dalam hati. Dan Jung saem semakin murka begitu melihat empat kata yang kau tuliskan di papan tulis.

Aku tidak tahu jawabannya

Dengan kesal Jung saem mengusirmu dari kelas. Kau harus berada di luar kelas sampai pelajaran fisika berakhir.

Tega, di luar kan sangat dingin. Ucapmu dalam hati.

Dengan raut wajah di tekuk kau keluar dari kelas. Kau langsung begidik begitu merasakan angin salju menerpa wajahmu dan seluruh badanmu. Tulang-tulangmu serasa ngilu. Menyedihkan.

Kau merasa bodoh karena meninggalkan jaketmu di kelas. Sekarang hanya dengan balutan seragam, kau di usir dari kelas dan harus menghadapi angin salju yang dinginnya bahkan sampai membuat tulangmu ngilu.

Kau mendekap tubuhmu sendiri. Lalu menggosok-gosokkan tanganmu ke lenganmu. Dan sialnya hal itu tidak membuat badanmu menjadi hangat.

Dug….

“Aw..” Kau meringis kesakitan sembari mengusap kepalamu yang terasa pusing seketika.

“Apa yang kau lakukan di luar sini? Ini kan musim salju, lalu kau kemanakan jaketmu?”

Kau terkejut begitu mendengar seseorang mengajakmu berbicara. Lantas kau mengangkat kepalamu, dan pandanganmu bertemu dengan mata Taehyung.

Baru saja Taehyung mengajakku berbicara? Jeritmu dalam hati.

“Hey aku berbicara kepadamu.”

Kau menatapnya tajam. Kau tahu Taehyung bukan orang baik-baik.

Dingin dan playboy.

“Urus-urusanmu sendiri. Lagipula apa yang kau lakukan di luar kelas? Bermain basket di lapangan saat salju turun? Kau kira kau siapa? Memangnya kau tidak merasa kedinginan? Memangnya kau tidak menggigil? Memangnya kau—“

Kau menghentikan perkataanmu tiba-tiba. Kau benar-benar merasa bodoh. Kau berbicara seakan-akan kau mengkhawatirkan Taehyung. Bodoh.

Taehyung tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menatapmu dengan kerutan di dahinya. Ia benar-benar bingung. Kau berbicara seolah-olah mengkhawatirkan dirinya, namun kau berbicara dengan nada tajam. Jadi sebenarnya kau mengkhawatirkannya atau marah kepadanya?

Setelah itu hening. Tidak ada yang berbicara di antara kalian berdua. Kau terdiam karena kau merasa bodoh, sedangkan Taehyung diam karena menurutnya memang tak ada lagi yang perlu di bicarakan denganmu.

Meskipun Taehyung diam, pikirannya sedang melayang kemana-mana. Bertemu denganmu membuatnya mengingat tentang sosok kakak kandungnya. Kim Taeyeon. Kakaknya yang telah berpulang satu tahun yang lalu dikarenakan kecelakaan. Kakaknya yang paling ia sayangi.

Taehyung merasa, kau memiliki sifat yang sama dengan kakaknya. Protektif dan tukang marah-marah. Taehyung tersenyum. Mengingat sosok mendiang kakaknya membuat hatinya menghangat.

Sret…

Kau terkejut begitu melihat Taehyung menyampirkan jaketnya ke punggungmu. “Hey apa maksud─”

“Di luar dingin. Pakai jaketku.” Potong Taehyung dengan nada menyuruh.

“Tapi kau─”

“Pakai jaketku.” Potongnya lagi dengan penuh penekanan di setiap katanya. “Kembalikan kepadaku jika sudah di cuci bersih. Aku tidak ingin ada noda apapun menempel di jaketku.” Lanjutnya.

Lalu ia pergi begitu saja.

Kau menyentuh jaket Taehyung lalu memasangkannya dengan benar di tubuhmu. Kau dapat menghirup aroma parfum mahal yang Taehyung kenakan.

Setelah terpasang dengan benar kau merasakan tubuhmu menghangat. Bukan hanya tubuhmu, hatimu juga ikut menghangat.

**

Kau melangkahkan kakimu ke kelas X-II IPA. Kelas Kim Taehyung.

Kau sudah meminjam jaketnya selama satu minggu penuh. Bukan karena kau ingin menyimpannya lama-lama. Tapi karena kau tidak punya waktu untuk mencuci jaket miliknya. Beruntung hari minggu kemarin kau punya waktu luang, jadi kau gunakan waktu luangmu untuk mencuci jaket Taehyung. Kau membutuhkan waktu 1 jam untuk mencuci jaket miliknya, kau benar-benar mencuci jaketnya dengan sangat bersih. Sampai tak ada satupun noda yang menempel di jaketnya.

Kau berhenti melangkah begitu kau sampai di depan kelas X-II IPA. Dengan ragu kau melongokkan kepalamu ke dalam, lalu kau dapat melihat bahwa keadaan kelas sangat ribut. Kau ingin masuk ke dalam namun kau tidak memiliki keberanian yang cukup besar.

“Jogiyo ada yang bisa ku bantu? Kau mencari siapa?”

Seseorang bertanya kepadamu. Kau mencoba membaca name tag yang berada di dada orang itu. Park Jimin.

“A-ah aku mencari Taehyung. Apa dia ada di kelas?”

Lelaki yang bernama Park Jimin itu lantas berpikir sesaat sebelum akhirnya ia menggeleng. “Biasanya dia ada di ruang UKS apabila jam istirahat tiba.”

Kau berubah menjadi panik sekaligus khawatir.

Apa dia sakit?

“Apa dia sakit?” tanyamu pada akhirnya.

Jimin yang mendengar pertanyaan itu lantas tertawa terbahak-bahak. Kau menatapnya dengan bingung. Apakah ada yang lucu dari pertanyaanku? Pikirmu bingung.

“Kau akan mengetahuinya nanti.” Jawabnya masih dengan sisa-sisa tawa di suaranya.

“Ah-oh baik. Terima kasih atas informasinya.” Kau menundukkan kepalamu. Lalu langsung melesat begitu saja ke ruang UKS.

Kau sampai di UKS dengan napas terengah-engah. Kau takut sesuatu terjadi kepada Taehyung. Entah kenapa kau jadi merasa peduli kepadanya.

Biasanya dia ada di ruang UKS apabila jam istirahat tiba.

Oh ya ampun, kau sudah tidak tahan lagi. Kau sungguh penasaran.

Dengan sangat perlahan kau membuka pintu ruang UKS dengan menggunakan tangan kiri. Karena tangan kananmu kau gunakan untuk memegang jaket milik Taehyung.

Kau melihat ke dalam UKS. Kau mendadak ngeri begitu mendengar suara desahan.

Semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk disini.

Kau baru saja ingin melangkah masuk, namun kau segera membatalkannya. Jaket yang berada di tangan kananmu langsung jatuh begitu saja.

Kau tidak peduli bahwa kau telah mencuci jaket itu selama 1 jam lamanya. Kau benar-benar tidak peduli. Kau merasakan tubuhmu bergetar. Otakmu berusaha mencerna apa yang sedang kau lihat saat ini.

Taehyung sedang berciuman panas dengan seorang wanita di ranjang UKS.

Mendadak kau merasa duniamu hancur begitu saja.

Kau merasa jantungmu berdegup kencang.

Kau merasa ingin menangis sekarang juga.

Ok, kau tidak kuat lagi berlama-lama menyaksikan pemandangan di hadapanmu.

Kau pergi keluar dari ruang UKS dengan mata berkaca-kaca. Kau tidak memedulikan orang-orang yang memandangmu dengan bingung. Kau hanya ingin pergi menjauhi UKS. Menjauhi Taehyung.

Sebenarnya sejak kejadian itu kau sadar bahwa….

Kau mulai membenci Taehyung.

-flashback end-

Kau menghela napas. Seharusnya kau sudah membuang kenangan itu jauh-jauh. Tapi nampaknya kenangan itu tidak mau pergi. Kenangan itu terus tumbuh di sisi gelap hatimu. Membuatmu membenci Kim Taehyung.

Entah kenapa kau membencinya. Sebenarnya tidak ada yang salah mengenai kenangan itu. Saat itu, kau seharusnya tahu bahwa Taehyung memanglah seorang playboy. Dan mungkin berciuman panas dengan seorang wanita adalah hal yang wajar bagi seorang playboy.

Tapi kenapa kau tidak dapat menerimanya? Kenapa kau malah merasa sesak dan membenci Taehyung. Kenapa?

Oh kau mulai mengerti. Mungkin karena insiden jaket itu, tanpa sadar membuatmu jatuh cinta kepada Taehyung.

-oOo-

Kau memandang Taehyung dengan kesal. Seperti hari-hari sebelumnya ia kembali menguntitmu setiap saat. Kau merasa ingin pergi sejauh-jauhnya dari Taehyung. Tapi semakin kau menjauhi Taehyung, semakin kau merindukannya. Dan kau merasa tersiksa dengan rasa rindu itu.

Tiba-tiba saja Taehyung mendekatimu lalu memelukmu. Kau bingung. Sebenarnya ada apa dengannya?

“Hey ini pertama kalinya kita berpelukan bukan?” tanya Taehyung sambil mengelus rambutmu. Kau benci mengakuinya, tapi kau benar-benar merasa nyaman di pelukan Taehyung. Kau merasa hangat.

“Apa yang kau lakukan? Lepaskan─”

“Ssssssst. Aku ingin menunjukkan sesuatu yang spesial kepadamu.” Taehyung berbisik di telingamu membuatmu geli sekaligus berdesir.

“Apapun itu aku tidak akan tertarik.” Ucapmu dengan tajam.

Taehyung merenggangkan pelukannya demi melihat bagaimana ekspresi wajahmu. Ia terlihat sedikit kecewa begitu melihatmu memandangnya dengan tajam. “Kita sedang berada di jalan. Jangan berbuat macam-macam.” Kau memperingatkan Taehyung dengan nada yang sama sekali tidak bersahabat.

“Kalau begitu ikut aku.” Taehyung menarik tanganmu lalu mengajakmu ke suatu tempat.

“Taman?” tanyamu begitu kalian berdua sampai di taman kota yang terlihat sepi.

Tiba-tiba Taehyung berlutut di hadapanmu membuatmu tercengang.

Jangan berbuat sesuatu yang gila Kim Taehyung.

“Park Haneul. Aku sudah menunggu terlalu lama. Perasaan ini menyiksaku. Tahukah kau kenapa aku selalu menguntitmu belakangan ini? Tahukah kau bahwa selama ini aku tertarik kepadamu? Ok aku akui dulu aku adalah pria brengsek yang suka mempermainkan perasaan wanita. Tapi semenjak bertemu denganmu aku merasakan ada sesuatu yang berbeda. Kau benar-benar mengingatkanku pada mendiang kakakku. Kakakku yang paling aku sayangi.

Aku rela berubah menjadi pria yang baik di matamu. Aku rela Park Haneul. Karena aku menyayangimu. Karena aku mencintaimu. Aku ingin menjadi seseorang yang melindungimu dari apa saja, aku ingin menjadi seseorang yang dapat menghiburmu apabila kau sedih, aku ingin menjadi seseorang yang penting bagimu. Bagi kehidupanmu.

So, would you be my girlfriend?”

Kau merasa saraf-saraf di otakmu berhenti berkerja. Sesaat kau lupa bagaimana caranya bernapas. Sesaat kau merasa jantungmu berhenti berdetak. Otakmu masih sibuk mencerna apa yang baru saja Taehyung ucapkan.

Would you be my girlfriend?

Kau ingin menangis mendengarnya. Entah menangis karena sedih atau bahagia. Kau sendiri juga tidak tahu.

Kau memang sudah cukup mengenal Taehyung. Sudah hampir 3 bulan ia menguntitmu, apakah waktu itu cukup untuk istilah pendekatan?

Taehyung mengeluarkan sebatang mawar dari balik kemejanya. Ia mengarahkan mawar itu ke arahmu. “Saranghae Park Haneul. Jadilah kekasihku. Aku berjanji tidak akan meyakitimu.”

Kau resah,

Terima atau tidak?

Kau menatap mawar itu tanpa ekspresi.

Dingin dan playboy.

Berciuman panas dengan seorang wanita.

Kau memantapkan hatimu. Baiklah keputusanmu sudah bulat.

“Maaf Taehyung tapi aku tidak bisa.”

Taehyung menatapmu dengan mata berkaca-kaca dan raut wajah kecewa. Kau berani bersumpah ini pertama kalinya kau melihat Taehyung seperti ini.

Dan kau sesak melihatnya.

“Wae?” tanya Taehyung dengan suara yang serak.

Kau nampak berpikir sesaat.

“Karena aku tidak menyukaimu. Aku membencimu Kim Taehyung. Sekali lagi, maaf.”

Kau pergi meninggalkan Taehyung begitu saja.

“Maaf. Maafkan aku Kim Taehyung.”

-oOo-

Sudah tiga hari sejak kejadian itu, dan selama itu juga kau tidak pernah melihat Taehyung di sekolahmu. Taehyung berhenti menguntitmu dan kau merasa dunia mu ikut berhenti.

Kau merasa sangat kehilangan. Kehilangan Kim Taehyung.

Kau tidak habis pikir kenapa kau menolaknya saat itu. Mungkin karena kenangan musim salju itu masih membekas di hatimu, masih tumbuh tetapi bukan tumbuh menjadi rasa kebencian, melainkan tumbuh menjadi rasa trauma.

“Hey Haneul. Kenapa akhir-akhir ini kau selalu melamun? Ayo pulang, bel sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu.”

Suara Rae Hun berhasil menyadarkanmu dari lamunanmu. Kau menatap Rae Hun sebentar, sebelum akhirnya kau menganggukkan kepalamu. Kau bangkit, di ikuti dengan Rae Hun. Kalian berjalan berdampingan menuju pintu kelas.

“Hey aku dengar hari ini Taehyung sudah masuk kembali. Katanya ia sakit selama tiga hari. Memangnya Taehyung-mu itu sakit apa?”

Kau menatap Rae Hun dengan datar. Kalau bisa kau ingin menjawab bahwa Taehyung sedang sakit hati. Tapi kau tidak punya keberanian untuk mengungkapkan kata-kata tersebut.

“Aku tidak tahu.” Jawabmu seadanya.

Lalu terdengar dering ponsel milik Rae Hun. Rae Hun menatap ponselnya sesaat sebelum akhirnya senyum manis menghiasi bibirnya.

Pasti telepon dari Jimin. Pikirmu dalam hati.

“Yeoboseyo?”

“Eoh. Mworago??”

Kau terkejut mendengar Rae Hun berteriak lewat ponselnya.

“Taehyung berkelahi? Bagaimana bisa?”

Kau mendadak lemas mendengar suara Rae Hun yang tidak sabaran.

Taehyung. Berkelahi.

Kau meremas rok mu. Kenapa ia berkelahi? Kenapa?

“Minum alkohol? Omona. Baik aku segera kesana.” Rae Hun segera mematikan ponselnya.

Kau menatap Rae Hun dengan cemas, sedangkan Rae Hun menatapmu dengan panik.

“Taehyung. Kita harus menolong Taehyung.”

-oOo-

Kau terkejut begitu melihat Taehyung mengamuk di dalam kedai minuman. Ia menghancurkan benda apapun yang ada di sekitarnya. Ia juga berkelahi dengan siapapun yang berani mendekatinya. Kau dapat melihat anak-anak BTS sedang berusaha menenangkannya.

Jungkook maju mendekati , ia membisikkan kata-kata yang tidak dapat kau dengar. Lalu setelah itu Taehyung langsung menghajar perut Jungkook. Membuat Jungkook terhuyung ke belakang. Kau terkejut sekaligus tidak percaya.

Bukankah Jungkook teman baik Taehyung? Tapi kenapa ia…… mengahajar teman baiknya sendiri?

Ok kau tahu ini semua kesalahanmu. Jadi kau harus ikut turun tangan disini.

Kau mendekati Taehyung. “Berhenti Kim Taehyung.” Pintamu dengan memohon. “Aku mohon.”

Kau menatap Taehyung dengan mata berkaca-kaca. Taehyung dengan mata sayu, rambut berantakan, wajah lecet di sana sini. Kau tidak kuat lagi, kau menangis dengan terisak. Ini semua karenamu. Taehyung menjadi seperti ini karena ulahmu.

“Taehyung.” Lirihmu.

Taehyung menatapmu dengan dingin, tanpa mengucapkan sepatah katapun ia langsung meninggalkanmu begitu saja.

“Taehyung.” Lirihmu sekali lagi.

-oOo-

Kau sadar Taehyung sudah kembali menjadi dingin dan playboy. Setiap kalian berpapasan, Taehyung bahkan enggan hanya untuk melirikkan matanya kepadamu.

Melirik saja tidak apalagi menyapa? Apalagi menguntit.

Lalu kau selalu melihat Taehyung menggandeng wanita yang berbeda tiap harinya.

Dia kembali menjadi dirinya yang dulu, kau tahu itu.

Kau merasa sangat bersalah kepadanya. Setiap melihat Taehyung dadamu sesak, serasa ada ribuan benda tumpul menusuk-nusuk dadamu.

Dan kau merasa tersiksa dengan perasaan itu.

Kau menghela napas. Kau lelah, benar-benar lelah dengan Taehyung. Kau tidak tahu lagi apa yang harus kau lakukan untuk mengubah Taehyung menjadi semula. Semua yang kau lakukan sia-sia belaka.

Melihat Taehyung yang seperti itu membuatmu ingin mengakhiri hidupmu sendiri.

Mengakhiri hidupmu sendiri.

Kalimat itu terus saja berputar di dalam otakmu.

Kau menyunggingkan smirk yang pertama kalinya seumur hidupmu. Sepertinya kau memiliki ide yang bagus.

-oOo-

Kau menyumbat telingamu dengan headset. Lagu EXO-My Turn To Cry mengalun lembut di telingamu. Membuatmu larut dalam lagu tersebut.

Kau bersama sekian orang lainnya bersiap-siap untuk menyebrang. Lampu lalu lintas bagi pejalan kaki sudah menunjukkan warna hijau. Namun tidak membuatmu segera melangkahkan kakimu.

Setelah sepi baru kau melangkahkan kakimu menyebrangi jalan melalui zebra cross. Kau tahu lampu lalu lintas akan berubah warna menjadi merah sebentar lagi, namun kau tidak memedulikan hal itu.

Kau berjalan dengan sangat perlahan. Kau terkejut begitu mendengar suara klakson mobil yang di arahkan kepadamu. Kau menutup matamu saat melihat sebuah mobil melaju cepat tepat di sebelahmu.

Dengan ini berakhirlah sudah hidupku.

Kau mendengar decitan rem yang membuat telingamu menjadi ngilu seketika. Kau baru saja ingin membuka matamu namun tidak sempat begitu merasakan seseorang mendorong tubuhmu dengan kencang. Membuatmu jatuh tersungkur, lututmu membentur aspal. Darah segar langsung mengalir. Lututmu berdarah dan terluka.

Kau menggeram kesal. Dalam hati kau memaki siapapun yang berani menggagalkan rencanamu untuk bunuh diri.

Kau menolehkan kepalamu ke belakang, seseorang terbaring lemah di belakangmu. Kau mendekati orang itu, lalu jantungmu mencelos begitu menemukan Taehyung-lah yang terbaring lemah di belakangmu.

Mendadak napasmu menjadi tidak beraturan. Air mata mulai membasahi kedua pipimu. Apalagi begitu melihat darah segar mengalir di kepala Taehyung.

Sepertinya kepalanya terbentur dengan aspal.

Kau menggenggam kedua tangan Taehyung lalu menangis di atas tangan itu. Taehyung yang melihatmu menangis hanya bisa menyunggingkan senyum tipisnya.

Park Haneul. Kau benar-benar mengingatkanku dengan mendiang kakakku.

“Park Haneul. Tahukah kau bahwa selama ini aku masih menguntitmu meskipun diam-diam?”

Kau terkejut. Benarkah? Bagaimana bisa kau tidak menyadarinya?

Park Haneul. Maafkan aku,”

Kau menggelengkan kepalamu. Seharusnya kau yang meminta maaf. Kenapa jadi Taehyung yang meminta maaf kepadamu?

“Maaf karena telah membuatmu membenciku.”

Kau menggelengkan kepalamu kembali. Kali ini kau berani mengeluarkan suaramu. Suara hatimu. “Aku mencintaimu Kim Taehyung. Aku cinta padamu. Aku tidak membencimu.” Kau meremas tangan Taehyung. “Tolong jangan pergi dari sisiku.”

Taehyung menatapmu dengan senyum manis tersungging di bibirnya. “Kau tahu? Aku lega mengetahuinya. Aku juga mencintaimu Park Haneul. Saranghae.”

Setelah itu Taehyung menutup kedua matanya. Kepalanya benar-benar sakit dan ia rasa ia tidak kuat lagi untuk bertahan. Jadi ia memutuskan untuk menutup kedua matanya. Entah nantinya apa yang akan terjadi, yang jelas ia lega begitu mengetahui bahwa kau mencintai dirinya.

Kau terisak. Kau melepas genggaman tangan Taehyung. Tanganmu meraih sisi-sisi kepala Taehyung. Kau memeluknya. Kau benar-benar takut kehilangan Taehyung.

Tanganmu bergerak menuju leher Taehyung. Berusaha mencari denyut nadinya.

Taehyung masih hidup bukan?

-oOo-

Dokter keluar dari ruangan Taehyung. Kau menghampirinya dengan wajah cemas. “Bagaimana keadaan Taehyung, seonsaeng?”

Kau dapat mendengar gelak tawa dari dokter tersebut. “Panggil aku dengan nama saja ok? Namaku Choi Minho, kau bisa memanggilku dengan Minho.” Orang yang bernama Minho itu lantas tersenyum.

Anehnya senyuman itu membuatmu merasa sedikit tenang. “A-ah ne. Bagaimana keadaan Taehyung, Minho-ssi?”

Minho tersenyum kembali. “Kami sudah memeriksa keadaannya. Dan sepertinya tidak ada dampak yang cukup parah, kecuali kepalanya. Kepalanya membutuhkan 6 jahitan. Beruntung kami sudah menanganinya. Kita akan mengetahui keadaannya lebih lanjut apabila ia sudah sadar nanti.”

Kau merasa lega. Setidaknya tidak ada dampak yang cukup parah. Kau hanya perlu menunggu keadaan Taehyung lebih lanjut. “Kamsahamnida Minho-ssi. Oh iya apa aku boleh masuk sekarang? Aku ingin melihat keadaan Taehyung.”

Minho mengangguk menyetujui. “Silahkan, asal jangan membuat keributan ok?” Kau mengangguk setuju setelah itu kau langsung melenggang masuk ke dalam ruangan Taehyung di rawat.

Taehyung terlihat sangat rapuh di matamu. Apalagi dengan infus di tangannya juga dengan perban di kepalanya. Hatimu merasa sesak seketika.

Ini kedua kalinya aku menyakiti Taehyung. Pikirmu.

Kau mendekati ranjang di mana Taehyung terbaring lemah. Kau duduk di sebuah kursi di sebelah ranjang Taehyung. Kau meraih kedua tangan Taehyung. Lagi-lagi kau menangis di atas tangannya.

“Taehyung maafkan aku. Aku tahu aku bodoh tapi tolong jangan hukum aku dengan cara seperti ini. Aku tidak kuat melihatmu terbaring lemah disini. Aku tidak kuat juga tidak sanggup.”

Kau menatap wajah Taehyung yang sedang tertidur pulas. Kau membelai pipi Taehyung dengan sangat perlahan. “Aku mencintaimu Taehyung. Aku mencintaimu.” Kau berusaha keras menahan isakanmu. Kau menggigit bibirmu agar isakan itu tidak keluar.

Kau mendekatkan wajahmu ke wajah Taehyung. Kau mencium pipi Taehyung, sebentar. Karena kau tidak sanggup lagi menahan air mata yang ingin keluar dari matamu. Kau beralih menuju ke telinga Taehyung. Kau mendekatkan bibirmu ke telinganya.

“Ku mohon bangunlah Kim Taehyung. Aku ada disini sekarang.”

“Ku mohon bangunlah.”

-oOo-

Kau menggeliat begitu merasakan terik matahari menyinari ruangan ini. Kau bangun dari tidurmu, begitu sadar kau merasakan nyeri di punggungmu. Mungkin karena posisi tidurmu yang tidak nyaman. Semalam kau tertidur di kursi dengan tangan di jadikan sebagai alas untuk kepalamu.

Kau mengerang kecil lalu bangkit dari posisi tidurmu yang aneh. Kau menoleh ke ranjang lalu melonjak terkejut begitu melihat Taehyung sudah bangun, ia bahkan tengah duduk bersandar di bantal bantal di atas ranjang.

“Kim Taehyung!” Kau memekik bahagia. Kau tidak pernah merasa sebahagia ini seumur hidupmu. Kau kira Taehyung masih akan terbaring hingga hari esok, tapi nyatanya ia sudah sadarkan diri. “Kau sudah sadar! Bagaimana keadaanmu? Apa kepalamu masih sakit?”

Taehyung menatapmu dengan senyum manisnya, ia menganggukkan kepalanya. “Ne. Aku sudah sadar. Dan kurasa kepalaku masih terasa pusing sedikit. Kau yang menjagaku dari kemarin?”

Kau menganggukkan kepalamu antusias. “Ne. Kau tahu? Bahkan punggungku sampai sakit karena harus tidur di kursi ini.”

Taehyung menatapmu masih dengan senyuman manisnya. “Maaf aku sudah merepotkanmu. Siapa namamu?”

Kau mengerutkan dahimu. “N-ne?” tanyamu memastikan.

Tidak mungkin ! Ada yang tidak beres di sini.

“Siapa namamu?”

Kau membekap mulutmu dengan kedua tanganmu.

Tidak mungkin ! Ini tidak mungkin !

“Kenapa kau menanyakan namaku?” Kau mendadak kesal. Mungkin saja ia sedang di kerjai oleh Taehyung.

“Maaf maksudku bukan begitu. Ok siapapun namamu, aku ingin berterima kasih kepadamu nona. Maaf sudah merepotkanmu seharian.”

Kau merasa jantungmu mencelos. Matamu mulai berkaca-kaca. “Ini tidak lucu Kim Taehyung ! Jangan bercanda ! Aku Park Haneul !” Karena kesal kau meluapkan seluruh amarahmu.

Taehyung memandangmu dengan bingung. Ia menelan salivanya, gugup.

“Aku tidak bercanda. Aku tidak mengenalmu Park Haneul-ssi. Apa kita saling mengenal?”

Kau tidak tahan. Kau langsung menangis sambil terisak. Sepertinya dugaanmu benar. Taehyung amnesia.

Taehyung melupakanmu.

-Fin-

AAAAAAAAAAAAA INI SUMPAH FF TERPANJANG YANG PERNAH AKU BUAT. BIASANYA AKU BUAT FF ITU MAKSIMAL CUMAN SAMPE 16 HALAMAN MS.WORD. TAPI SEKARANG AKU BIKIN SAMPAI 20 HALAMAN MS.WORD. AKU GAK NYANGKA SAMA DIRIKU SENDIRI u,u

ADUUUUH FF INI MAKSUD DEH PASTI YA? KAN KEMAREN ADA YANG MINTA VERSI MEMBER LAIN. MAKANYA AKU PAKE KIM TAEHYUNG DISINI. INI PERTAMA KALI MAKE TOKOH YOU/KAU. PASTI ABSURD DEH YA? GAGAL DEH YA? OK LAIN KALI AKU GABAKAL BIKIN ONESHOOT LAGI T-T

BUKAN KARENA APA-APA TAPI KARENA FF ONESHOOT YANG AKU BUAT SELALU AJA ALURNYA KECEPETAN. BAHASANYA AMBURADUL. ENDINGNYA NGEGANTUNG “ITU MAH EMANG DASAR LU GAPERNAH BENER KALAU BIKIN FF RIK ! ENDINGNYA GANTUNG? LAMA-LAMA ELU YANG GUA GANTUNG RIK !” AAAAA ><

KALIAN KALAU BACA FF GAGAL INI MAAFIN AKU YA T-T KALIAN JADI BINGUNG SENDIRI KAN SAMA JALAN CERITANYA? “LAGI UDAH TAU GAGAL KENAPA DI POST RIKAAAA?” AAAAAAA /TAMATLAH RIWAYATKU/ T^T

EH TAPI KALAU ADA YANG BACA FF INI GAPAPA KAN KALAU AKU MINTA COMMENT DARI KALIAN? AKU BIKIN FF INI SEMALEMAN LOH JADI AKU RADA NYESEK KALAU GAK DI HARGAI /NANGIS DI POJOKAN/

DAN TOLONG SIAPAPUN YANG BACA FF INI KASIH SARAN KE AKU GIMANA CARANYA BIKIN FF ONESHOOT YANG BENER. KEKURANGAN DARI FF INI APA AJA *PASTI BANYAK*. KASIH TAU YA BIAR AKU BISA MEMPERBAIKINYA.

OK SEGINI AJA MAAFKAN KARENA CAPSLOCK-NYA JEBOL ABIS LAGI KESEL BANGET SAMA TL YANG TERUS-TERUSAN NGELUARIN INFO DARI THE LOST PLANET IN SEOUL. ITU NYESEK BANGET TAU. AKU DISINI CUMAN BISA NANGIS2 NGELIATIN LUHAN-CHANYEOL DI PANGGUNG /NANGIS LAGI/ AKU JUGA GARUK2 DINDING WAKTU LIHAT LUCKY FANSNYA ITU AAAAA /UDAHAN/

OK SEGITU AJA. INGET COMMENTNYA SANGAT AKU BUTUHKAN LOH.

 

About fanfictionside

just me

29 thoughts on “FF oneshot/ FORGOTTEN/ BTS-BANGTAN

  1. Hihihi authornya lucu. Bagus ko ff nyaaa, aku emang suka ff yg akhirnya ngegantung sih lebih gimana gitu/? Tapi sequel lebih baik hihihiih

  2. huaaa kaliin aku taehyung cuman bercanda ternyata beneran nyesek banget thorr tapi daebakkk~~neomu johayo ^-^

  3. Thor ih;—–; taehyungnya aaaaaaa nyebelin banget ini;-; baiklah thor, ff anda sudah membuat saya galau mikirin taehyung amnesia-_-

  4. Keren kok thor, tapi emang endingnya gantung.
    Aku suka gaya penulisannya author. Kalo aku gak salah yah, gak ada typonya . Daebak thor

  5. Huaaa!!! Taehyungiee!!! Kenapa kau jadi amnesia haa??? Sudah kuduga ini akan terjadi thor == ffnya gk seperti yg author pikirkan/? Kok!! Justru ffnya kereen bgt menurutku!! Tapi aku butuh sequel thor~ please jangan gantung dong thor~ ok! Keep wriitng yah thor!! FIGHTINGG!!! 9^_^)9

  6. AAA TAEHYUNG WAE TAEHYUNGG!!!! HUAA KO SEDIH :” DUH MAAF KAK.GAK KALEM, CAPSLOCK JEBOL GEGARA GREGET MA TAEHYUNG.. NICE!!

  7. ah sumpah thor,ini greget bgt. aku sampe bingung mau comment apa:/
    sukaaaaaaaa banget sama ceritanya apa lagi castnya si taehyung.
    ah pokoknya bagus thor keren

  8. sumpah baca ini langsung speechless sendiri..
    memang sih sadar taehyungnya sadar. tapi kalau amnesia gimana kabarnya coba?
    aku nyesek sendiri thor T.T
    daebak deh author ^^a

  9. Pingback: Forgotten | Kingdom of Suzy's Fanfiction

  10. Hwaaaa taehyungieeeeekuuuuu /.\
    Bener² nih ff buat gua deg degan sekaligus nyeri dihati sumpah -_-v
    Kerennnn minnnn i like thissss
    Keep writting and fighting yoo min ^^/

Leave a reply to violetbabys Cancel reply