FF oneshot/ HARUMAN/ BTS-BANGTAN


Title                : “Haruman”

Author            : intan @sena_kuki

Main Cast       : Han Se Na (OC) , Jeon Jungkook (BTS)

Rating             :  T (15+)

Genre              : Sad Romance.

Diration          : 21pages.

 

***

Annyeonghaseyo.. mianhae, monster part 2 nya belum jadi, ini semua karena kesibukan author di dunia lain(?), bayangin awal mei author mau ujian praktek, akhir mei ada kegiatan osis buat perpisahan, awal juni ujian kenaikan kelas, belum lagi kegiatan osis yang bentar lagi mau bulan puasa,class meeting ditambah lagi tanggal 23 juni author mau PL sampe 23 agust.. mianhae reader TT.TT mungkin monster nya tersendat”..

Sebagai permintaan maaf author buat Monster nya yang belum jadi, author post FF “Haruman” ini dulu. FF ini untuk lomba, berhubung lombanya udah selesai jadi author post ini dari pada ga baca FF sama sekali dari author hehe.

Warning : SIAPKAN TISSUE TT.TT

 Haruman [Poster]

-SeNa POV-

 

“50.000 won..” ucap seorang kasir dari café tersebut padaku.

Uang sebesar itu tidak berarti apa-apa bagiku. Karena tidak punya uang pas akupun menyerahkan kartu kreditku pada kasir itu tanpa ragu.

“maaff.. kartu anda sudah diblokir..” jelas kasir tersebut sambil mengembalikan kartu yang kuberikan tadi.

Diblokir.? Ohh DAD!! kenapa disaat seperti ini kau melakukan hal memalukan seperti itu.? tapi benar juga bahwa aku memang kelewatan bulan ini, bulan ini aku sudah menghabiskan banyak uang untuk mentraktir teman-temanku. Apa yang harus kulakukan.? Sementara temanku masih menunggu dimeja dengan segelas coffeenya yang masih tersisa.

“permisi.. aku tidak tau jika kartu ku diblokir, tapi bisakah aku membayar setengahnya.?” Tanyaku sedikit mendekatkan wajahku pada kasir itu agar tidak terdengar oleh orang lain tentang pembiacaraan yang memalukan ini.

Dari wajah kasir itu terlihat dia tidak menyetujui tawaranku. Itu sudah pasti, mana ada kasir yang mau menanggung resiko seperti ini. Bisa-bisa dia dipecat karena ulahku.

 

“apa masih lama.?” Tanya seorang namja yang sepertinya tidak sabar menunggu giliran untuk membayar tagihan.

“apa kau bisa tenang sebentar..” ujarku tanpa memperhatikan orang itu, aku terus bernegoisasi dengan kasir itu. Hanya untuk sekali ini aku memohon agar terbebas dari situasi ini, tapi tetap saja kasir ini sangat keras kepala.

 

Tidak ada pilihan lain selain mencari bantuan lain, aku memutuskan urat Maluku dan menarik namja yang terus gelisah menungguku dari tadi dibelakang.

 

“mianhaeyo.. bisakah kau membantuku.?”

“membantu.?” Ucap namja itu mengulang perkataanku dengan wajah bingungnya.

“hari ini aku berjanji mentraktir temanku dia orang yang kurang mampu, tapi aku meninggalkan dompetku. Aku hanya punya uang pas untuk ongkos taxi. Bisakah kau meminjamkan ku uang.? 50.000 won.? 100.000 won juga tidak apa-apa.. jebal..” pinta ku dan menampilkan ekspresi sedih sebanyak yang kubisa.

“100.000 won.? 10.000 won saja belum tentu aku mau meminjamkanmu, dan kurasa teman mu yang kurang mampu itu gadis yang memainkan macbook apple itu kan..?” ucap namja itu sambil menunjuk temanku yang memang sedang memainkan macbook nya.

Ohh naeun-ah..!! haruskah kau mengeluarkan macbook mu disaat yang seperti ini eoh.? aku berusaha memutar otakku, namja ini pasti bisa dimanfaatkan hanya untuk hari ini.

 

“Dari seragammu kau bersekolah di sekolah putera shinhwa high school bukan.? Besok aku akan menemuimu untuk mengembalikan uang mu, aku bersumpah aku akan menggantinya sebanyak yang kupinjam..” ucapku dengan penuh keyakinan dan memberikan jari kelingkingku padanya berharap dia setuju dengan tawaranku.

Oohh shit. Dia bahkan memandangiku dengan sebelah mata sekarang ini, apa dia menganggabku orang miskin yang sedang berusaha membohongi orang lain eoh.?

“apa kau tidak mengasihaniku.? baiklah aku akan jujur, semua kartuku diblokir oleh ayahku, dan aku baru tahu hal itu hari ini. Apa kau bisa memikirkan bagaimana aku pulang hari ini eoh.? apa kau tidak tau rasanya jika tidak punya uang disaat seperti ini.? Dan kau berdiri disini menunggu orang yang akan menolongmu untuk membayar tagihan.. kumo..” belum sempat aku berakting untuk mengeluarkan airmata, namja yang cukup tinggi itu memberikanku 200.000 won, bahkan itu 4x lipat dari tagihan yang harusku bayar. Aku memang kesal sangat kesal, apa dia menghinaku.? Apa dia benar-benar menganggabku sebagai seorang pengemis.?

Tapi bagaimanpun juga tidak ada pilihan lain, aku menerimanya dengan terpaksa. Setelah selesai membayar tagihan aku sudah tidak melihat namja itu lagi. Setidaknya aku meminta nomor telfonnya atau menanyai namanya dulu tapi ia benar-benar sudah pergi dari café ini. Oohh apa dia tidak percaya dengan ucapanku yang akan mengembalikan uangnya.? Bahkan aku bisa menggantinya 10x lipat dari ini.

 

***

Di shinhwa high school aku seperti orang bodoh duduk dibangku kecil yang tak jauh dari gerbangnya. Memalukan, lagi-lagi aku berada pada situasi yang memalukan. betapa memalukannya diriku diperhatikan oleh setiap namja yang keluar dari gerbang itu, benar saja ini adalah sekolah putera, seorang yeoja sangat langka dari pandangannya untuk 3 tahun ini. Tapi bagaimanpun juga murid di Shinwa lebih tampan dari pada di sekolahku, Han Se Na sadarlah murid SMA bukan type idealmu..!!

 

“sena-ya.? “ seorang namja berambut sedikit kemerahan mendatangiku sambil melambaikan tangannnya padaku. Kenapa dia mengenal namaku.? Apa karena dari nametagku.? Bukan! dia memanggilku dari jarak yang cukup jauh, tidak mungkin dia bisa membaca nametag kecil ini dan memanggil namaku. Aku hanya menatap namja yang mulai mendekat itu, dari wajahnya aku merasa familiar.

“apa yang kau lakukan disini.? Lama tidak bertemu..” ucap namja itu menampilkan senyuman lebarnya. Senyumannya sangat khas aku bisa mengingatnya.

Ya dia adalah Kim Tae Hyung teman SMA ku dikelas satu, dia terlihat berbeda dari dulu. Sekarang dia terlihat lebih rapi dengan seragam yang dia pakai. Bahkan rambutnya sudah cukup berwarna normal tidak seperti kelas satu dulu yang berwarna terang dan kontras sehingga membuatnya dikeluarkan dari sekolahku yang berstandar cukup tinggi itu.

 

“apa yang kau lakukan disini.? Apa pacar mu bersekolah disini.?” Tanya taehyung penasaran.

“anni..!! aku ingin menemui seseorang, tapi aku tidak sempat menanyai namanya.  Dia seorang namja berkulit putih, mata bulat dengan lipatan ganda, rambutnya pendek sedikit kemerahan, dia cukup tinggi tapi tidak setinggi dirimu..” jelasku sambil berusaha mengingat namja yang kutemui kemaren.

 

“apa kau sekarang menyukai jeon jungkook murid kelas satu itu.?” Tanya taehyung dengan wajah serius.

“sudah kubilang aku ada keperluan penting. Aku tidak suka anak kecil, bukankah kau tau itu..” ucapku setengah berteriak karena kesal dengan tuduhan seperti itu. Murid kelas satu.? Aku tidak tau pasti jika dia Jeon Jungkook yang dikatakan oleh Taehyung, semoga itu memang benar sehingga aku tidak susah payah untuk mencari orang lain.

“apa itu yang kau maksud dengan jeon jungkook..??” ucap taehyung sambil menunjuk seorang namja yang baru keluar dari gerbang sendirian.

Aku berusaha menatap namja itu, dan memang benar dia adalah namja yang kutemui kemaren. Terlihat dari MCM merah yang dia pakai, sepatu merah dan rambut pendek kemerahan itu semakin membuat ku yakin jika dia adalah namja yang kutemui di café itu.

Akupun langsung berlari menghampiri namja bernama jungkook itu untuk menyelesaikan urusanku, membuktikan kalau aku bukan orang miskin yang sedang berusaha untuk memeras orang lain dengan hal seperti itu.

 

“jeon jungkook…” panggilku dengan ragu, apa benar dia jeon jungkook yang kuikuti dari tadi atau bukan. Dan ternyata dia berhenti berjalan dan menghadap kebelakang untuk menatapku.

“nugu..?” tanyanya dengan wajah polos. Wajahnya terlihat sangat muda untuk kategori SMA, wajah yang terlihat seperti anak SMP. Tapi dia bukanlah typeku walaupun kuakui dia memang tampan karena aku menyukai sosok pria yang dewasa.

“aku yeoja yang meminjam uangmu di café kemaren, bukankah aku sudah berjanji akan mengganti uangmu” ucapku sambil menyodorkan uang pas 200.000 won yang kudapatkan dari penjualan kalung berlianku. Karena appa tidak akan memberikanku uang jajan bulanan padaku sampai datang bulan baru.

“tidak perlu..” ucap namja itu tanpa membalas senyumanku bahkan untuk mendorong tanganku kembali untuk penolakan yang sopan saja dia tidak melakukannya. Apa dia pikir dia lebih besar dan terpandang dariku.?

“YYA..!! apa kau sedang berlagak lebih kaya dariku eoh.?” teriakku cukup keras hingga membuat langkah pendek dan pelannya itu terhenti.

 

Teriakanku yang cukup keras itu berhasil membuat langkahnya itu terhenti dan menoleh kebelakang untuk menatapku. Tatapan itu membuatku kesal, dia menatapku seolah-olah dia lebih dewasa dibandingkan denganku. Memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya dan menatapku tanpa henti.

Dia benar-benar berani menatapku seperti itu.? apa yang dia perhatikan.? Aku ikut memperhatikan tubuhku dari bawah hingga atas kalau-kalau ada sesuatu yang aneh pada tubuhku.

“hey nuna yang kaya, seharusnya kau tau jika orang yang meminjamkan uang itu juga menginginkan bunga, aku mau 300.000 won hari ini, jika tidak ada kau bisa datang besok dengan uang 400.000 won” ucap jungkook santai dan masuk kedalam sebuah mobil hitam yang baru saja berhenti diantara tempat kami berdiri. Kurasa itu adalah mobil keluarganya yang menjeputnya, apa dia benar-benar orang kaya.? Beraninya dia meminta bunga dengan pinjaman uang yang tidak seberapa itu.?

Aku tidak bisa berceloteh padanya bahkan untuk menendang atau memukul dan menjambak rambut bocah itu sudah tidak bisa karena mobilnya sudah melaju kenacang meninggalkanku.

 

***

Keesokan harinya aku menunggu jungkook lagi dengan terus mengutuknya dengan sumpah serapahku sambil meremas botol soda dan melemparkannya ketanah tidak jauh dari gerbang shinhwa high school.

 

“dasar bocah.. ini yang membuatku tidak suka berhubungan dengan orang yang lebih kecil dariku..” geram ku sambil menginjak botol soda yang sudah ku remas itu, tidak peduli dengan orang lain yang menganggabku gila sekarang ini.

“Han Se Na..??” terdengar suara seorang perempuan memanggilku. Dia mendatangiku bersama dengan seorang namja yang kukenal, Kim Seok Jin.

 

“apa yang kau lakukan disini.? Bukankah itu sekolah putera shinhwa.? Apa kau sedang menunggu kekasih barumu.?” Ucap yeoja itu sinis padaku sambil menggandeng erat tangan jin yang ada disampingnya. Aku tidak  peduli dengan istilah kesopanan terhadap senior, yeoja ini adlah yeoja yang paling kubenci didunia ini. Apa sebegitu bangganya dia memiliki jin mantan pacarku.? Apa dia tidak punya muka merebut jin yang jelas-jelas masih mencintaiku.?

 

“lama tidak bertemu Seok Jin Oppa..” ucap ku pada Jin. Dan kurasa wajah yeoja ini panas dengan tatapanku pada jin. Jin menatapku dengan senyumannya.

Ciih apa dia pikir aku memberikan harapan untuknya.? Jin oppa, aku hanya menyapamu memperlihatkan pada yeoja ini bahwa kau masih mencintaiku. Tidak mungkin aku masih mencintai orang licik sepertimu, kau hanya memanfaatkan murid SMA kaya untuk membiayai kuliahmu. Dan perempuan bodoh ini adalah targetmu selanjutnya bukan.?

 

“nuna kaya, kau menungguku.?”

“jeon jungkook..” gumamku pelan karena jungkook namja itu sudah ada dibelakangku. Dan kupikir dia sudah dari tadi berdiri dibelakangku, karena yeoja bernama Park Hee Jin itu dari tadi terus menatap kearah ku dengan tatapan aneh, Hee Jin sunbae adalah orang yang maniak dengan orang tampan.

 

Kuputar otakku memanfaatkan situasi ini, ini memang konyol tapi ini adalah kesempatan emas untuk membuat Jin dan Hee Jin panas dengan perbuatanku. Aku tersenyum manis pada jungkook seakan-akan aku memang menunggunya dari tadi bahkan tanpa ragu aku mencium pipi kanannya dengan kilat.

 

“sebenarnya tadi aku tidak akan mengatakan pada kalian, tapi berhubung dia ada disini jadi aku ingin mengatakan bahwa dia adalah pacarku..” ucapku tanpa ragu pada Hee Jin.

“kami berjanji hari ini akan ada kencan, jadi kami harus segera pergi sebelum melewatkan sunset di sungai Han. Jin oppa Hee Jin sunbae annyeong..” ucapku dengan kesopanan yang dipaksaakan bahkan aku membungkukkan badanku pada mereka berdua.

 

Setelah jauh dari Jin Dan Hee Jin, akupun melepaskan genggaman tanganku pada jungkook. Aku tidak tau apa yang akan kukatakan padanya. Kenapa dia terlihat canggung, ketika aku melepaskan tangannya dia seperti tergagap dengan apa yang ia katakan. Apa mungkin dia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya.? Ayolah ini hanya ciuman pipi, apa dia marah atau senang dengan apa yang kulakukan.?

 

“mianhae.. tadi aku tidak tau harus berbuat apa, aku hanya menjaga harga diriku didepan mereka, aku memang tidak sopan melakukan hal itu didepan umum..” jelasku pada jungkook yang tidak mau menatapku. Bahkan dia seperti tidak mendengar apa yang kuucapkan padanya barusan.

“jungkook..?” tegurku untuk menyadarkan dirinya yang masih terdiam kaku.

“jungkook-ah..?” panggil ku lagi dengan suara yang lebih pelan dari pada yang biasa kulakukan padanya. Dan berhasil dia menatapku, entah mengapa jantungku berdebar kencang ketika dia menatapku seperti itu. Aku umenyukai matanya, bahkan dia memiliki mata yang lebih sempurna dari pada diriku. Apa yang kupikirkan kenapa dia menatapku cukup lekat.? Aku tidak bisa mengontrol jantungku yang terus berdetak, kupikir aku hanya terpesona pada sisi dewasanya.

 

“aku tidak memafkanmu. Besok kau temui aku dengan uang 2.000.000 won, kau fikir semua itu gratis..” ucap jungkook dengan tatapan yang berubah sinis. Tatapan sinis.? Aku benar-benar kesal berapa umurnya.?

“YYA..!!!!!! KAU BOCAH ATAU LINTAH DARAT EOH..???” teriakku padanya yang sudah masuk kedalam mobil hitam yang kemaren juga datang untuk menjeputnya. Dia tidak mempedulikan celotehku yang berubah menjadi kasar. Tidak peduli dengan supirnya yang bisa saja marah dan keluar untuk membela tuan mudanya.

Apa dia benar-benar orang kaya.? Setidaknya orang terpandang seperti itu menerapkan norma kesopanan dalam keluarganya.

Dia benar-benar tidak peduli ketika aku terus menggedor-gedor pintu kaca mobilnya. Setidaknya dia mau menarik ucapannya meminta uang 2.000.000 won dengan hal lain, karena aku benar-benar tidak punya uang untuk hal seperti itu. Lebih baik 2.000.000 won kugunakan untuk ke sauna atau sebagainya.

Kucoba untuk membuka pintu mobilnya, dan ternyata belum terkunci. Kurasa supirnya memang bodoh. Aku langsung duduk disampingnya yang seperti sedang berusaha untuk menelan sesuatu dari mulutnya.

 

Jungkook terlihat terkejut ketika aku sudah duduk disampingnya, dengan sigap dia memasukkan sesuatu kedalam saku almamaternya. Aku tidak yakin jika itu botol biasa atau botol minyak angin? karena aku mendengar bunyi seperti permen atau obat yang terguncang dalam botol yang ia pegang.

 

“berapa nomor ponselmu..?” Tanyaku dengan tatapan yang masih heran dengan tingkahnya.Terlihat matanya yang sedikit terpicing menahan rasa yang seperti tidak enak dengan apa yang ia makan.

“jika kau tidak suka dengan apa yang kau makan, kenapa kau masih memakannya..” ucapku sambil memberikannya sebuah botol minuman yang ada disampingnya.

 

Ketika dia tengah meminum minuman itu, aku melihat ponsel yang tergeletak disampingnya. Tanpa pikir panjang kuambil ponsel itu dan membuat panggilan kenomor ponselku.

Terlihat dari tatapannya yang sedang berusaha menelan air dia tidak terima dengan apa yang kulakukan. Bahkan air yang ia minum mengalir kedagunya, akupun mengeluarkan beberapa tissueku yang ada didalam tas dan memberikan itu padanya.

“untukmu..” ucapku kemudian mengelus-elus rambut jungkook dan mengusutkannya dengan asal membuat jungkook kesal dan menyinkirkan tangan ku dari kepalanya.

 

***

 

Di café tempat pertemuan pertamaku dengan jungkook aku berencana menunggunya disini untuk bernegosiasi dengannya. Karena hari ini adalah hari minggu dia tidak akan ada disekolah. Aku terus berusaha menelfonnya tapi tidak ada jawaban, hingga aku mengirimkan pesan pada jungkook mengatakan bahwa aku menunggunya disini dengan apa yang dia minta. Berharap dia segera datang dengan ucapanku yang itu, walaupun sebenarnya aku tidak membawa uang yang ia minta.

Tapi tetap saja tidak ada balasan darinya, bahkan aku sudah membuat panggilan lebih dari 6x. ini benar-benar merusak harga diriku, tidak ada dalam kamusku untuk menunggu seorang namja, apa lagi jika dia adalah murid kelas satu yang tengil. Jauh dari kategori type idealku.

 

“yeoboseyo..?” dipanggilan ke-9 telfonku terangkat juga, tapi kenapa yang terdengar adalah suara perempuan.

“bukankah ini ponsel jungkook.?” Tanya ku ragu.

“nde.. aku ibunya, jungkook sedang… istirahat..” jelas wanita yang mengaku sebagai ibu jungkook itu dengan suara ragu. Apa ibu dan anak adalah seorang pembohong.?

“eommoni, ini sangat penting bisakah jungkook dibangunkan sebentar.?” Tanyaku lagi.

“apa kau pacar jungkook.?”

“pacar.? ann..anniyo.. aku hanya teman nya, aku berhutang sesuatu padanya, dan aku sudah berjanji akan memberikan itu hari ini padanya..” jelasku dengan suara yang cukup besar dari pada tadi. Pacar.? Eommoni anakmu itu bukanlah type idealku, bagaimanapun kau menyukaiku nantinya aku tetap tidak akan menyukai putramu itu.

 

Telfon masih tersambung tapi tidak ada suara apa-apa dari seberang. Apa ibunya sedih dengan ucapanku yang mengaku bukan pacarnya.? Ayolah banyak perempuan lain yang lebih pantas untuk anakmu eommoni.

“yeoboseyo.? Eommoni.?? Jungkook-ah..?” berulang kali aku memanggil tapi tidak ada jawaban juga, aku terus menunggu sambil meminum Americano ku yang baru saja datang dari pesananku.

Masih tidak ada jawaban.? Bahkan aku sudah menghabiskan setengah dari Americano ku, babo untuk apa aku menghabiskan pulsa untuk hal seperti ini, ketika akan menutup panggilan terdengar sahutan dari seberang dan itu masih suara ibu jungkook.

“jungkook bilang kau datang saja kerumahnya..”

 

***

Dirumah ini aku terdiam dengan perabotan klasik yang ada didalamnya, aku melihat beberapa penghargaan dan beberapa design gaun yang dibingkaikan dan digantung dengan ukuran yang cukup besar diamping sebuah pintu.

Sepertinya ibu jungkook adalah seorang designer yang hebat, tapi kenapa jungkook terlihat tidak fashionista sedikitpun.? Dan sepertinya jungkook adalah anak tunggal sama sepertiku. Karena aku melihat foto keluarga yang cukup besar hanya ada jungkook kecil dengan kedua orangtuanya. Tapi aku merasa heran ketika melihat sebuah foto didalam sebuah kotak kaca yang cukup besar, didalam kotak itu ditaburi bunga mawar dan sebuah pot kecil berisi mawar putih tumbuh dengan subur didalam kotak itu. Wajah di foto itu adalah foto ayah jungkook karena wajahnya sama dengan foto keluarga yang tergantung didinding ruang tamu itu.

Kenapa..? apa ayah jungkook sudah meninggal.?

 

Kedatangan ibu jungkook dengan sebuah minuman mengagetkanku yang masih termenung memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada pada foto itu.

“itu ayah jungkook yang sudah meninggal ketika jungkook kelas 5 SD, karena penyakit jantung nya..” ucap ibu jungkook pelan padaku. Dari suaranya terdengar sedikit parau, eommoni maafkan aku aku tidak bermaksud seperti itu, ingin rasanya aku mengatakan hal itu tapi kuurungkan karena ibu jungkook melanjutkan ucapannnya.

 

“jungkook hari ini kerumah sakit, sebentar lagi pulang..” ucap ibu jungkook sambil memperhatikan jam besar yang tidak jauh dari sini.

“rumah sakit.? Apa jungkook sakit..?” tanyaku heran karena kemaren dia terlihat biasa saja, jika kerumah sakit tentu itu bukan sakit biasa bisa jadi tipus, hepatitis atau mungkin perawatan rutin.?

“kau tidak tau dengan penyakit jungkook.?” Tanya ibu jungkook dengan wajah bingungnya. Mungkin ibunya masih berfikir aku adalah pacarnya yang mengetahui segala hal tentang jungkook.

“jungkook dia sakit apa..?” Tanya ku lagi dengan penasaran.

 

“eomma..” terdengar suara tidak jauh dari ruang tamu ini.

“jungkook-ah..” ucap ibu jungkook pelan.

“kenapa kau disini.?” Tanya jungkook menatap sinis padaku, tatapan sinis itu membuat ibu jungkook merasa heran.

 

Jungkook berjalan dengan cepat kearahku dan menarik tanganku dengan kuat tidak peduli dengan rasa sakit pada pergelangan tanganku yang terjepit oleh jam tangan logamku. Kurasa tanganku sedikit berdarah dengan kulit yang sedikit mengelupas. Kenapa ibu jungkook diam saja ketika puteranya membawa seorang gadis kedalam kamarnya.?

 

“YYA..!!” teriak ku dengan mata berkaca-kaca karena rasa perih pada tanganku, ketika sudah didalam kamar dia mengunci pintu dan membanting tanganku dengan kasar.

“apa ibu ku mengatakan sesuatu tentang ku.?” Tanyanya tidak peduli dengan apa yang barusan ia lakukan padaku. Darah mulai menetes dari tanganku, karena lukanya semakin besar oleh lemparan tangan jungkook tadi.

Tidak seperti yang kuduga, dia terlihat kaget dengan lukaku. Dia menarikku kebalkon kamarnya untuk duduk sebentar, kemudian berjalan kelaci-laci mejanya seperti mencari obat untuk tanganku yang terluka olehnya.

 

Perasaan apa ini.? lagi-lagi aku berusaha menatap matanya yang bersih itu, mata seperti anak bayi yang tidak punya dosa itu membuatku tenang. Tapi ketika dia memegang tanganku membersihkan darah dan memberikan antiseptic pada lukaku dia menatapku cukup lama.

Apa yang ia pikirkan padaku dengan tatapan seperti itu.? jangan tatap aku jungkook-ah aku tidak bisa mengontrol perasaanku. Dia menggenggam tanganku cukup erat, tangannya terasa dingin dan genggamannya terasa kuat ditanganku. Mimik wajahnya berubah, dia seperti menahan sesuatu yang tertahan pada dirinya.  Kenapa.? Apa yang terjadi.? Dia menggigit bibirnya dan berusaha menarik nafas yang berat.

Terpikir lagi olehku pertanyaan ibu jungkook tadi.

‘kau tidak tau dengan penyakit jungkook.?’ Kau sakit.? Kau sakit apa.? Apa aku bisa membantumu.? Ingin aku mengatakan hal itu tapi dia lebih dulu melepaskan tanganku dan berdiri berjalan kearah pintu untuk membuka kunci kamarnya.

 

“pulanglah..” ucap jungkook ketika dia sudah membuka lebar pintu kamarnya.

“gwaenchana.?” Tanyaku khawatir karena saat berjalan kearah pintu jalannya terlihat tersendat-sendat seperti menahan sesuatu dari dirinya.

“pulanglah..” balas jungkook tidak peduli.

“jungkook-ah, ibumu bilang kau sakit, Kau sakit apa.?” Tanyaku ragu takut jika jungkook marah.

“bukan urusanmu..” jawab jungkook ketus.

“jungkook-ah..” panggilku lagi tapi dia masih tidak mau menatapku.

“aku tidak begitu yakin, tapi sepertinya aku mulai menyukaimu..” perkataan itu terlontar begitu saja dari mulutku, babo.!! Kenapa aku tidak bisa mengontrol ucapanku.? Jangan jawab jungkook-ah. Aku tidak siap dengan penolakanmu, aku hanya mengatakan bahwa aku mulai menyukaimu, tidak salah kan.?

Jungkook hanya menatapku dengan tatapan datar, aku tidak melihatnya yang seperti tadi. Seperti tadi ketika nafasnya yang sesak dan mimic wajahnya seperti orang yang menahan diri dari kesakitan.

 

Aku tidak peduli lagi, dia berubah dingin padaku. Kenapa tiba-tiba seperti ini.? bahkan dia memintaku untuk tidak menemuinya lagi dan melupakan uang 2.000.000 won itu. Dia menyuruhku untuk melupakannya dengan alasan bahwa dia membenciku dan tidak menyukaiku.

Hatiku terasa seperti terhentak batu besar, kenapa.? Kenapa dia menyuruhku untuk melupakannya.? Dan kenapa aku tidak rela jika dia berkata seperti itu padaku.? Aku bingung dengan perasaanku, kurasa aku menyukainya. Ya aku menyukainya, tapi jungkook-ah apa kau benar-benar tidak menyukaiku.?

 

Sekilas kulihat balkon kamar jungkook itu. aku melihatnya yang bersandar di terali jendela kamarnya, tidak terlalu jelas tapi aku melihatnya yang terduduk dilantai. Kenapa dia terduduk seperti itu.?
***

 

2bulan kemudian

 

aku sedang berjalan dirumah sakit membawa sekantong apel yang kubeli ketika pulang dari sekolah, mencari ruangan VIP tempat ayahku dirawat inap. Ayahku terlalu kelelahan hingga dirawat dirumah sakit, aku sangat cemas ketika mendengar kabar ayah yang pingsan saat tengah rapat untuk pembangunan sebuah panti asuhan.

Bagaimana tidak cemas.? Aku takut jika harus kehilangan sosok ayah dalam hidupku, cukup ibu yang meninggalkanku memilih untuk berada disamping tuhan dari pada bersamaku yang baru ia lahirkan.

Tapi karena melihat ayahku yang tertidur nyenyak dari kaca pintu kuurungkan niatku untuk membangunkan beliau, karena semalam dia tidak bisa tidur karena terus membaca dokumen yang masih terus dikirim oleh sekretaris Jang. Kenapa perusahaan tidak pernah mnegerti dengan kondisi ayahku.

 

Kali ini aku baru sadar, betapa susahnya appa mencarikan uang untuk membiyai hidupku. Tapi aku malah mengahamburkannya tanpa memikirkan perasaan ayahku.

“mianhaeyo appa..” gumamku dari kaca pintu dan pergi meninggalkan ruangan itu.

 

“permisi…” ucap seorang perawat yang sedang mendorong ranjang pasien untuk dibawa kesebuah ruangan VIP yang ada disebelah ruangan appa. Aku prihatin dengan pasien itu ada beberapa alat kesehatan yang tertempel pada tubuhnya bahkan didadanya ada ditempelkan sesuatu yang tidak kuketahui apa itu.

Tapi kenapa aku merasakan sebuah hembusan angin dan aroma tubuh yang seperti pernah aku rasakan sebelumnya.? Bahkan detak jantungku terasa aneh. Terasa seperti saat aku berhadapan dengan jungkook.

Jungkook.? Aku berusaha memperhatikan pasien itu bahkan aku mengikuti perawat yang membawa pasien itu kedalam kamar VIP. Dari kaca pintu aku melihat namja itu memicingkan matanya, aku tidak begitu jelas melihat wajahnya karena sedikit terhalangi oleh perawat yang sedang mencek aliran infuse dan monitor detak jantungnya.

Perawat itu memasangkan papan nama didepan tempat tidurnya.

‘Jeon Jungkook 17tahun’.

 

Aku terdiam dengan apa yang kulihat hingga perawat itu keluar dari kamar jungkook dan menegurku yang masih berdiri didepan pintu.

 

“haksaeng, apa kau teman jungkook.? Apa kau bisa menjaganya sebentar karena ibunya sebentar lagi akan datang, aku ada keperluan lain jika terjadi sesuatu kau bisa menekan bel disamping tempat tidur pasien untuk memanggil perawat atau dokter..” ucap perawat itu sambil menepuk-nepuk bahuku, aku tidak begitu mendengarkan apa yang diucapkan oleh perawat itu karena aku terus memutar otakku terhadap apa saja yang telah terjadi selama ini.

 

“permisi, jungkook penyakitnya tambah parah.?” Tanya ku seakan-akan tau apa penyakit jungkook, karena bila aku bertanya apa penyakit jungkook aku yakin perawat ini tidak akan menjawabnya dengan alasan ini privasi pasien.

“iya kasihan sekali dengan umurnya yang baru menginjak remaja seutuhnya, harus berbaring seperti itu. Ini juga karena keras kepalanya, seharusnya dia mengikuti ajakan ibunya untuk transplantasi jantung di LA. Menurut laporan ada jantung yang cocok untuknya. Dia selalu bercerita kepadaku ketika aku sedang memeriksanya, dia sedang menyukai seseorang.”

Transplantasi jantung.? Jungkook punya saki tjantung.? Kenapa aku tidak mengetahuinya.?

Otakku berputar mengingat hal-hal yang pernah terjadi padaku dan jungkook. Ketika aku menerobos masuk kedalam mobilnya dia sedang memakan sesuatu dan menyembunyikan botol kecil kedalam saku almamaternya, apakah itu analgetik atas rasa sakitnya yang luar biasa itu.?

Dan ketika dirumahnya, tangannya yang terasa erat mengenggam tanganku apa dia sedang menahan rasa sakit pada dirinya. Ketika nafasnya terlihat lemah dan pergerakan tubuhnya yang terasa berat apakah itu juga.? Dan dia terlihat tidak suka jika ibunya mengatakan sesuatu tentang dirinya padaku.? Apa dia tidak ingin aku mengetahui hal itu.?

Penyakit jantung bawaan dari ayahnya yang telah meninggal itukah.?

 

“siapa yang ia sukai.?” Tanyaku pada perawat yang ramah itu.

“aku tidak begitu tahu tapi dia selalu menceritakan hal-hal yang ia rasakan pada wanita itu..”

……….

 

Aku terduduk disebuh kursi disamping tempat tidur jungkook. Aku menggenggam tangannya, tangannya terasa dingin dan terlihat lebih kurus dari yang aku rasakan saat dia menggenggam tanganku 2bulan yang lalu.

Perkataan perawat tadi terus terngiang ditelingaku.

 

‘dia menyukai seorang perempuan yang baru ia temui, dia adalah gadis yang lebih tua 1tahun darinya. Dia menyukai perempuan itu tanpa alasan, dia hanya mengatakan perasaannya terasa sangat tenang ketika menatap perempuan itu. Dia terasa terlahir kembali ketika melihat perempuan itu, tapi dia mengatakan bahwa perempuan itu tidak menyukainya. Perempuan itu hanya menyukai orang yang lebih dewasa darinya, saat itu ia mulai memendam perasaan itu. Tapi tanpa diduga perempuan itu menyatakan perasaannya pada jungkook tepat Ketika ia mendapat berita bahwa hidupnya hanya tinggal beberapa bulan lagi karena kondisi jantungnya yang semakin parah. Jika ia mengatakan bahwa ia menyukai perempuan itu, ia tidak tega jika melihat perempuan itu akan bersedih jika suatu hari dia dipanggil oleh tuhan. Dan setelah itu dia terus memendam perasaannya. Setiap hari aku sering melihatnya membawa setangkai mawar dari fas meja kamar rawat. Dia bilang setidaknya dia bisa melihat perempuan itu disisa hidupnya..’

 

Air mataku sudah tidak terbendung lagi, aku membuka kantong plastic apelku ada setangkai mawar disana. Aku mendapatkan mawar itu ketika keluar dari sekolahku, dan ini adalah bunga ke 63 yang kuterima. Aku tidak bosan dengan mawar ini aku terus merawatnya dirumahku. Ketika salah satu mawar itu layu perasaanku juga terasa layu.

Jungkook-ah.? Kenapa kau tidak jujur padaku.? Aku sangat mencintaimu. Hanya satu hari bisakah kau bersamaku dengan perasaan saling mencintai itu.?

***

 

Hari ini aku sedang membantu appa merapikan kamar rawatnya yang akan segera ditinggali. Walaupun masih belum terlalu pulih appa terus memaksa untuk pulang. Appa kenapa kau begitu keras kepala.?

Ketika melihat setangkai bunga mawar diatas meja, tiba-tiba aku teringat dengan jungkook. Pertanyaan konyolku membuat appa tiba-tiba memarahiku, bagaimana tidak marah jika aku bertanya “bagaimana jika suatu hari aku meninggal apa yang akan appa lakukan.?”

Mianhaeyo appa, aku tidak bermaksud seperti itu. tapi betapa bodohnya aku mengulang pertanyaan itu kembali ketika sudah sampai dirumah.

“appa, jika aku meninggalkan dunia ini tapi nyawaku masih ada didunia ini, apa appa masih tetap bisa menganggabku masih ada didunia ini bersamamu.?”

“HAN SE NA..!!! kau sudah bosan hidup eoh..??” appa ku benar-benar marah sekarang ini.

“mianhaeyo appa, aku hanya ingin bertanya apakah appa benar-benar akan terus menyayangiku..” ucapku dengan menunduk dengan mata yang berkaca-kaca.

Appa berdiri dari duduknya dan memelukku kedalam pelukan hangatnya.

“sena-ya, sudah cukup bagi apa kehilangan ibumu, appa tidak ingin kau meninggalkan appa, appa sangat menyanyangimu lebih dari apapun didunia ini. kenapa kau berkata seolah-olah kau akan pergi dari dunia ini eoh.?”

“mianhaeyo appa…” akupun memeluk appa dengan erat, entah kenapa air mataku berderai dengan kehangatan perkataan dan pelukan ini.

 

***

 

1bulan kemudian

 

“jungkook-ah.. jangan pikirkan apa yang dikatakan dokter, dokter itu hanya ingin kau lebih tegar dan lebih kuat lagi dengan semua ini. Yang menentukan umurmu hanya tuhan, kau tidak boleh mempercayai perkataan siapapun selain kata hatimu. Karena kata hatimu itu adalah bisikan dari tuhan tentang apa yang akan terjadi padamu..” ucapku pada jungkook yang terduduk bersandar ditempat tidur rumah sakit ini.

“sena-ya.. jangan berbicara seperti itu lagi. Hanya katakan kau mencintaiku itu sudah cukup bagiku..”

“jungkook-ah..”

“hanya satu hari bisakah kita keluar bersama.?”

“itu pasti akan terjadi..!! suatu hari kita akan melihat sunset di sungai han..” ucapku dan duduk dikasurnya dengan sebuah piring kecil berisi buah apel yang sudah kupotong kecil-kecil.

 

Sambil menyuapi buah apel untuk jungkook aku terus tersenyum padanya, entah kenapa aku sangat merasa senang ketika bersamanya. Tapi kenapa dia tidak membalas senyumanku.?

Dengan wajah pucat dan mata sayu itu dia menatapku cukup lama. Apa yang dia pikirkan.? Dia mendekatkan wajahnya padaku kufikir dia ingin menarik selimutnya ternyata tidak, dia mengelus pipiku dengan jempolnya.

Pergerakan jempolnya itu terasa sangat lemah sekali dari pada biasanya. Tangannya yang terasa sedikit dingin itu membuat hatiku terasa sakit, seakan aku ikut merasakan apa yang ia rasakan saat ini.

Kumohon jangan bertindak seakan-akan kau akan pergi meninggalkanku jungkook-ah.

 

Aku memejamkan mataku ketika wajahnya semakin dekat dengan wajahku. Dia menciumku dengan lembut, sangat lembut. Aku merasa tenang dan tanpa sadar butiran air yang menggenang dibola mataku jatuh dengan sempurna membasahi jemari lelaki yang kucintai ini.

Jungkook langsung memelukku begitupun denganku, aku memeluknya dengan erat. Pelukan itu melemah aku merasakan detak jantungnya yang lemah, dengan cepat kugapai tombol darurat itu untuk memanggil dokter. Seketika itu juga dokter langsung datang dan membaringkan jungkook lalu memompa jantungnya yang sempat berhenti itu.

Air mata ku tak henti mengalir bahkan ibu jungkook memelukku dengan erat kedalam pelukannya.

Tuhan kumohon jangan ambil dia dariku. Bisakah kau hanya memanggilku untuk bersamamu.?

 

Monitor jantung itu berjalan kembali, walaupun sangat lemah tapi syukurlah jungkook masih hidup. Aku menagis terharu ibu jungkook langsung bersujud dan terduduk tidak berdaya dengan anugerah tuhan yang masih mengizinkan anaknya untuk masih bisa menghirup udara didunia ini.

 

Aku tidak kuat dengan situasi ini, aku pergi meninggalkan rumah sakit menuju pemakaman eomma. Entah kenapa aku merindukan eommaku, walaupun aku tidak pernah melihat wajahnya tapi aku merasa ingin sekali melihat wajahnya. Akhir-akhir ini aku terus memimpikan seseorang yang kupanggil dengan eomma. Ketika menceritakannya dengan appa, appa sangat marah. Padahal aku hanya mengatakan bahwa eomma seperti ingin memelukku disurga.

 

Ketika kembali dari pemakaman aku hanya menatap kosong pada jalanan yang ada didepanku, pikiranku melayang-layang. Perasaanku sangat gelisah entah apa yang terjadi padaku, atau apa terjadi sesuatu dengan jungkook.?

Tapi setelah kutelfon ibu jungkook, dia bilang jungkook tidur dengan normal.

Atau terjadi sesuatu dengan appa.? Akupun menelfon appa yang menurutku sedang bersiap untuk meeting pentingnya.

“appa.. apa appa sudah makan.? Apa appa sangat sibuk.?” Tanyaku penasaran.

“appa sudah makan dengan sekretaris jang, kau sendiri.?”

“aku akan makan setelah melihat jungkook dulu, aku sedang duduk di halte menunggu bis appa..”

“kau makan lah sedikit terlebih dahulu, jika kau sakit apa yang akan appa lakukan padamu sena-ya..”

“appa..”

“mwo..?”

“appa kumohon jangan marah lagi jika aku menanyakan hal ini..”

“menanyakan apa.?”

“jika ragaku meninggalkan dunia ini tapi nyawaku ku masih ada didiri seseorang apa yang akan terjadi..? apa appa akan sedih.?”

“sena-ya….”

“maksudku jika aku meninggal dan aku mendonorkan jantungku pada jungkook, apa appa akan membenci jungkook.?”

“sena-ya, jebal jangan mengatakan hal itu lagi..”

“appa jebal hanya satu kali saja jawab pertanyaanku..”

“tentu appa sangat sedih kehilanganmu, kau adalah hidup appa. Jika kau meninggalkan appa kau fikir appa dapat hidup dengan tenang.? Jika kau mendonorkan jantungmu pada jungkook ketika kau sudah tidak ada, appa berjanji appa akan selalu berterimakasih kepada tuhan yang telah mengutus anaknya menjadi seorang malaikat dilahirkan didunia ini..”

Appa.. perkataanmu membuatku menangis, appa apa kau juga menagis.? Kenapa kau menangis appa.? Akutidak kuat aku mematikan ponselku dan berjalan dengan oleng kejalan raya ini.

Aku tidak bisa melihat apa yang ada didepannku, kepalakuterasa berat tapi perasaanku terasa tenag. Aku melihat perempuan yang selalu berada dalam mimpiku.

“eomma..?”

“sena-ya.. kau ingin bersama eomma.?”

Sosok itu tiba-tiba menghilang. Aku menolehkan kepalaku untuk mencari perempuan itu, sebuah mobil truk besar berlaju kencang kearahku. Aku tidak bisa merasakan apa-apa, samar-samar aku melihat perempuan itu lagi.

“appa..”

“eomma…”

“jungkook..”

 

***

 

3tahun kemudian

 

-Jungkook POV-

Disebuah rumah duka yang jauh dari kebisikan kota. Aku tengah memegang sebuket mawar merah dan meletakkannya didepan foto gadis yang kucintai.

Bahkan difoto itu dia terlihat tersenyum manis dengan rambut hitam panjangnya.

Apakau merasa senang meninggalkanku.? Kau berjanji pada ku suatu hari kita akan bersama.? Hanya satu hari kau dan aku bersama.? Berpegangan tangan melihat sunset sungai han yang kau bilang itu.? babo.. sunset sungai han sangat tidak bagus, seharusnya kau mengatakan sunset busan.

Akupun berhenti berbicara sendiri dan menatap foto itu lagi lekat-lekat.

Sena-ya, kenapa kau melakukan hal itu.? kenapa kau meninggalkanku saat itu.? akupun menyentuh dadaku. Aku dapat merasakan sesuatu di dadaku, getaran yang cukup kuat.

Ai rmataku tidak terbendung lagi. Aku tidak sanggub terus berada ditempat ini, akupun mengambil setangkai mawar dari buket bunga itu dan pergi meninggalkan rumah duka ini.

 

Saat ini aku tengah berdiri di tepi sungai han memandangi matahari yang hampir tenggelam. Tapi pandanganku hanya tertuju pada setangkai mawar yang kupegang.

 

Just for one day, if only you and I could be together.

Just for one day, if only you and I could hold hands.

Just for one day.? I wish to be with you, with you.

Just for one day.?

Can you please stay with me.?

 

-END

 

Ini pertama kali author bikin sad romance. Aduh padahal pacar author itu kuki, tapi di setiap FF author selalu bikin kuki patah hati, bahkan kali ini malah sad ending.. *miris*

Dikoment yah readers..~~^^

Oh iya TERIMAKASIH buat bomi anak RP yang maksa saya buat ikut lomba.. kkk~

About fanfictionside

just me

55 thoughts on “FF oneshot/ HARUMAN/ BTS-BANGTAN

  1. Keren thor, gak ada kritik thor dariku, pokoknya bagus. Untuk ff monsternya sebenernya ditunggu sih thor, tapi berhubung author sibuk gak masalah deh, siap nungguin aku thor 🙂

  2. Rasanya ini tuh nyess bgt tiap baca ff yg model begini nih u,u kira aku jungkook yg bakalan pergi tp ternyata sena /\ Its nice story thor ❤

  3. kmvrt ini ff bikin gue nangis
    bikin sequel coba thor, kyk tiba” ada seorang yeoja yg perilakunya, sifatnya, pokoknya semuanya yg mirip ama sena, ngebuat jungkook inget lg sma sena, trus jungkook kyk menyadari keharidan senadengan tubuh org lain *no.
    lupakan thor-__-
    kan keren

  4. Huaaahahahaahuaaaa author sukses buat aku mewek dengan cerita inii.. ini daebakk aku sukaaaaa.. keep writing thorr..

  5. Like this (y) kalo harus ada yg mati, kenapa gak dua2nya aj sih thor? Biar bahagianya after live! ==” ga papa deh, kalo kata WG sih like this yow! 😀

  6. baru bisa komen sekarang , nangis terhura aku bacanya thor . awalnya aku kira uri jungkook yang bakalan … tapi ternyata malah sena yang … kasian jungkook patah hati jadinya ntar si jungkook biar sama aku aja 😀 *plaak . nice ff thor di tunggu next ff yg pasti bakalan seru juga 😉

  7. Sukses hujan nih thor! Kewreen (?)

    Mau ksh saran aja, klo ga salah (?) Klo mau manggil ke ibu org lain pake ahjumma, trus klo baru kenal pake -ssi. Coba liat di drama atau smcmnya… soalnya rada gak yakin… xc tapi yg jelas bkn eomma hehe

    Maaf baru komen skrg, fighting thor! X)

    • gwaenchana…. Haha
      iya -ssi itu untk orang yang bru kenal tapi kira” sebaya dngan kita, ahjumma untk orang yang lebh tua ya bibi, tapi untk ahjumma yang benar” tdak kita kenal…
      eommoni / nom… Pangglan santun seseorang untk ibu teman nya..
      Liat dream high, monstar dsb coba..
      Hehe

  8. nyesek baca nya thor!! T^T
    aku kira yg bkal meninggal itu si kookie~ tpi,, mlhan si sena nya! ><

    ff mu keren thor! (Y)

  9. Author, sedih banget ceritanya author tau aj kalau aku suka lagu haruman, aku baca ini sambil nangis kenapa harus mati ;(
    kasian Jungkook sama Appa nya kehilangan Sena

  10. aduh baru baca nyesel banget baru baca..
    Tapi mantab deh thor .. Bener” bikin nangis T.T
    Gak kebayang kalo kisah cinta kaya gitu x_x bisa” gak bisa move on ..
    Daebakk !! Deh buat outhor sena ini (y)

  11. hai author. aku reader baru nhi… hehe sdh sring berkunjung disini tpi jarang coment… mianhae thor *bow

    aku suka sma semua ff yg ada disini…

    salah satunya nhi… nangis tau thor *plak.
    .
    .

  12. Huaaa… Sedih banget thor endingnya 😥
    Ga nyangka orang kayak sena bisa berkorban buat orang yang dia sayang. Emang ya thor kalo udah sayang tuh sampe rela deh ngorbanin segalanya demi kebahagiaan orang yang kita sayang huhuhu…
    Ga kebayang deh thor gimana perasaannya jungkook pasti sedih banget T_T salut deh sama pengorbanannya sena (y) jjang
    Ffnya keren banget thor sampe bikin baper :’
    Keep writing and hwaiting ya thor ^^

  13. titik kerennya itu loh. “Plottwist” disaat para reader ngira ff ini bakal berakhir layaknya Ftv2 dimana yg berpenyakit itu yg mati, ternyata ini lain. GJob thor~ -Aerin.

Leave a reply to ghassavi Cancel reply