FF SPECIAL BOYS EXO/ part 20

Author: AlvianyHwang
CAST:
+ Nam Seo Rin
+ Kim Jong In (KAI)
+ Kim Xiu Min
+ Choi Min Ah
+ Park Chan Yeol
+ Baek Jae Ah
+ Bang Hyo Bung
+ Oh Se Hun
+ Cho Hye Rin
+ Kris Wu
+ park Joo Yi
+ Park Ri Young
+ Park Hyun Ra
+ Park Sung Tae
+ ALL EXO MEMBERS
GENRE: supranatural, life, romance,
NC

How could such an event occur
Its such a mystery
This is the truth
A place without sadness and
happiness
This place, where there are no
diseases
Should I say something about it Ah
Ah Ah (about my scary bad bad
dream)
Even if I say it, would you trust me
Ah Ah Ah (to be honest, I want to
wake up)
People that are worn out come to
me
Give me your worn out soul
I will erase for you every memory
that you want to erase
what you want boy, what you want
girl
Try to believe me, entrust me and
come into me
(bbi ri bba bba by narsha)

*

Riyoung POV

Nafasku tercekat ketika berlari menuju kelas luhan yang berbeda lantai denganku.
Kelas luhan berada di 2 lantai atas kelasku dan aku harus berlari sembari menanjak tangga yg lumayan banyak memiliki anak tangga.
Baru aku ingin berlari melewati koridor kelas luhan, seseorang sudah menarikku untuk memasuki kelas lain yg sudah sepi.
Aku menatap ke arah orang yg menarikku itu.
Ternyata hyobung, yang kutahu teman dari seorin.
“ssst. Kita harus sembunyi sebelum chen menemukan kita!” bisik hyobung menatapku. tertampak jelas ketakutan di raut wajahnya itu.
“kau.. pacar luhan itu kan? dan aku yakin kau sudah tau soal mutan dan siapa mereka.” ucap hyobung lagi, matanya mencoba mengintip keadaan di luar kelas.
aku menatap hyobung dan kembali berdiri. hyobung menatapku.
“a-aku ingin mencari luhan!” jelasku meski perasaan takut lebih mendominasi keadaanku saat ini.
“aku. aku ingin bertemu dengannya. aku harus menebus kesalahanku selama ini padanya.”
hyobung tak melepaskan pandangannya dariku, ku remas tanganku dan menggigit bibirku sendiri.
saat aku ingin berlari keluar kelas tangan hyobung menahanku.
“mereka adalah mutan!”
hyobung menatapku dengan tatapannya yang tak biasa, seperti penuh rasa kehampaan dan ketidak percayaan. rasa yang pernah aku miliki dulu.
“aku. saat ini aku juga ingin bertemu dengan sehun dan berlindung padanya. tapi, mereka adalah mutan. mutan tercipta untuk memusnahkan manusia.”
hyobung menundukkan kepalanya.
“pertama seorin, kedua hyunra. meski xiumin merelakan jiwanya untuk kehidupan seorin. tapi tetap saja, tetap saja….. aku takut. aku takut pada sehun. aku takut pada mutan yang mencoba membunuh manusia seperti kita.”
aku menatap hyobung. dari kepalanya yang tertunduk. tampak buliran bening terjatuh begitu saja dari mata hyobung.
aku memutuskan menerawang kearah langit dari jendela kelas. memejamkan mataku.
aku bisa mendengar sayupsayup teriakan beberapa murid dari kejauhan.
“aku dulu hampir mati.”
hyobung mengangkat kepalanya, dia menatapku. aku tidak menatap kearahnya tapi aku bisa mengetahui ia menangis dari ekor mataku.
“luhan pernah hampir membunuhku saat aku tahu dirinya adalah seorang mutan.”
aku mencoba tersenyum.
“saat itu…. aku tengah hamil karna luhan.”
hyobung membelalakan matanya. namun dia tidak mengatakan apa-apa ataupun sekedar menanyakan maksudku.
“aku saat itu juga sama seperti seorin. mengetahui rahasia luhan dan para mutan. ketika luhan menghapus setiap memori yg aku lihat tentang mutan untuk melindungiku. namun ketika aku kembali tersadar, aku tetap bisa mengingat tentang mutan dan siapa luhan sebenarnya.”
“mutan harus membunuh manusia yang mengetahui keberadaan mereka untuk melindungi kaum mereka sendiri dan tidak menghancurkan misi mereka untuk menjadikan bumi kita ini sebagai tempat tinggal mereka yang baru.
itulah yang harus luhan lakukan padaku. membunuhku dan menyingkirkanku.”
“saat itu, aku memang hampir mati. luhan hanya tinggal memukulku sekali lagi untuk membuatku berhenti bernafas. namun…. luhan menghentikan semuanya. ia tahu ada janin darinya yang tertanam di perutku.
seorang temannya yang memantau penyerangannya terhadapku terus menyuruh luhan untuk menghabisiku.
dan luhan…..”
tak terasa airmata sudah mengalir dari mataku.
“dan luhan untuk pertama kalinya, merendahkan derajatnya. dia berlutut pada mutan itu untuk membiarkanku hidup dan memohon agar tidak menyuruh dirinya sendiri untuk membunuhku.”
hyobung menatapku terhenyak. airmatanya mengering, hanya tersisa isakan kecil dari mulutnya.
“aku…. sejak saat itu. sedingin atau sekejam apapun luhan, aku tetap merasa tenang berada didekatnya.
bukan karena aku mencari keamanan. aku tahu, berada disisi luhan bukan berarti aku bisa aman dan tetap hidup.
tapi, yang aku cari saat ini hanya kenyamanan ku. aku merasa nyaman dan tenang bersamanya.
seperti tak takut apapun.”
aku tersenyum menatap hyobung dengan airmataku yang terasa hangat mengalir.
pegangan hyobung pada tanganku melonggar. aku tersenyum pada hyobung.
“ikuti kata hatimu hyobungya. kau pasti tau dimana kau merasa nyaman dan tenang, seperti tak takut apapun.”
hyobung tetap menatapku, aku tersenyum dan menghapus airmataku.
beranjak untuk keluar kelas, menemui luhan. hyobung menarik rok ku membuat langkahku terhenti.
“aku ikut denganmu. aku ingin mencari seseorang.”

*
MINAH POV

“chanyeol.”
langkah chanyeol terhenti ketika aku memanggilnya.
ia terus menggandeng tanganku dengan langkah cepat untuk keluar dari gedung sekolah.
semua masih berada di gedung sekolah yang kini berbahaya itu. namun chanyeol dengan mudahnya membawaku keluar dari gedung itu.
chanyeol menatapku. aku tak suka mata sedihnya ketika menatapku.
“kenapa. kenapa kau melindungiku? kenapa kau melindungi seorang manusia yang seharusnya kau musnahkan?”
aku menatap chanyeol. dulu aku sangat tidak suka menatapnya, karena aku harus mendongkakan kepalaku akibat tinggi badannya yang membuatnya semakin mempesona.
dan kini aku sangat ingin menatap matanya lebih lama, aku merindukan tatapan bodohnya.
“bukan sudah jelas? Kau pasti sudah tahu. Babo~”
Ia menjitakku dan mencoba menampakan cengirannya, meski tampak terpaksa.
“apa ini adalah akhir?”
Tanyaku tercekat. Chanyeol menatapku, tatapannya kembali tak bisa kutebak selain kesedihannya.
Chanyeol meraih tanganku, dan dengan gerakan lembut ia mendekapku erat.
“dengarkan aku. Kau harus bersembunyi dan berlari dariku. Dari para mutan. Kau harus bisa.”
Ucap chanyeol, suaranya yg berat tampak serak terdengar.
Aku balas memeluknya lebih erat.
Airmataku kini terjatuh, meski aku masih menghelak jika aku menangis.
“aku… Aku mencintaimu. Jika kau sudah tak bisa mengingat seorang park chanyeol lagi, aku berharap. Keberadaanku masih bisa kau ingat dan membuatku tersenyum. Bukan menangis..”
Aku tahu. Aku tahu, si bodoh chanyeol akan menghilangkan ingatanku soal mutan dan tentang dirinya.
Menghilangkannya untukku.
“siapa yang mau menangis untukmu. Kau terlalu percaya diri.” ucapku sedikit terisak.
Chanyeol tersenyum. Mengacak rambutku dalam pelukannya.
“boleh aku… menciummu?”
pertanyaan chanyeol membuat dadaku berdesir. aku juga bisa mendengar isakan chanyeol meski tak terdengar jelas.
“babo~ babo~ baboya! BABOYA!!!!”
dan untuk pertama kalinya. didepannya aku menangis dengan rengekan kejar seperti anak kecil.

chanyeol bodoh.

*

author POV

seorin meraih pisau dari ruang memasak youngshim, langkahnya tampak ragu untuk melangkah dan melewati koridor sekolah yang sepi dan entah mengapa terdapat bercak darah disetiap kelas.
mutan sudah terangterangan menyerang manusia.
“aaaaaargh!!”
seorin menoleh dan langsung bersembunyi kembali ke ruang memasak.
ia mengintip dari lubang kunci pintu.
tampak seorang guru berlari tunggang langgang dengan kondisinya yang sudah dilumuri darah.
guru itu terjatuh, tak perlu waktu lama untuk seorang wanita berpakaian dan berambut putih untuk membuat tubuh guru malang itu hancur berserakan.
seorin mengalihkan tatapannya. ia menutup mulutnya, perutnya terasa mual melihat pemandangan mengerikan itu.
perasaannya saat ini benar-benar takut.
tak terbayangkan apa yang terjadi pada ketiga temannya saat ini.
dia tak ingin hyobung, minah ataupun hyerin bernasib sama seperti guru itu.
airmata seorin mengalir.
ia benar-benar takut.
pisau digenggamannya terjatuh. ia memeluk tubuhnya sendiri.
“xiu.. Aku takut. Aku takut.. Xiu..”
Isak seorin.
Saat ini ia sangat merindukan xiumin.
Hanya sosok xiumin yang tlah membuatnya menjadi berani untuk menyelamatkan teman-temannya.
Xiumin, yang membuatnya percaya dan sabar menunggu.

Tap tap
Badan seorin bergetar ketika mendengar suara tapakan kaki menuju kearah ruangan memasak tempat seorin berada.
Seorin kembali mengintip dari lubang kunci pintu, jantungnya seketika berhenti melihat wanita serba putih itu berjalan kearah tempatnya berada.
Seorin meraih pisaunya dan gerakan cepat bersembunyi di bawah meja memasak paling belakang.
Ia berjongkok dengan pisau digenggamannya.
Berharap wanita itu tidak masuk kedalam ruangan itu. Ia sangat takut, sangat.

Krek

Pintu ruang memasak terbuka. Seorin menutup mulutnya berharap bunyi nafasnya tidak terdengar juga.
“aku merasa keberadaan seseorang disini.”
Suara wanita itu terdengar.
Seorin sangat takut. Keberadaannya saat ini sudah diketahui wanita itu.
“sepertinya kau suka bermain petak umpat dulu ya sebelum mati? Oke aku akan meladeni permainanmu.”
Ucap wanita itu tampak tenang dan memutuskan kembali melangkah mendekati meja satu persatu.
Seorin mengeratkan genggaman pisaunya, ia tak berani untuk menelan ludahnya, terlalu takut.
Langkah perempuan itu semakin dekat, perempuan itu benar2 memeriksa kolong meja memasak.
“aku sudah hampir menemukanmu kan? Jangan terlalu tegang, semua akan berlalu dengan cepat. Karna kau manusia spesial.”
Ucap perempuan itu sangat tenang.
Seorin memejamkan matanya, keringat dingin sudah mengucur deras dari pelipisnya.
“BA!!!!”
“aaaaaaaaarghhh!!!!”

*

“kau mendengar suara teriakan itu?”
hyobung menghentikan laju berjalannya. riyoung menatap hyobung. “teriakan seperti itu sudah kita dengar beberapa kali.” ucap riyoung. teriakan menyayat yang menyakiti perasaan mereka masing-masing.
muka hyobung memucat.
“bukan, itu bukan teriakan biasa. itu.. itu teriakan seorin..”

*

narsha -nama wanita serba putih- itu mencekik seorin dengan seringai mengerikan dari mukanya.
“ennnghrrrrr.. akh.”
seorin tak bisa bernafas dengan benar, kematian sudah seperti berada didepannya.
“akhirnya, akhirnya aku bisa membunuh manusia terpilih seperti kalian. manusia yang menghambat jalan kami untuk bisa tenang dan tetap bertahan hidup.
dan membalas dendam kematian adikku.”
narsha semakin kencang mencekik seorin. pisau ditangan seorin sudah terjatuh.
airmata seorin kembali terjatuh. mungkin inilah saat dia untuk mati dan menyusul xiumin. meminta maaf pada namja yang telah menjadi sebagian dari hidupnya itu.

“BRAGH!!”
teriakan narsha melengking bersamaan dengan tubuhnya yang terhempas jauh dan menimpa meja memasak.
seorin terkulai lemas, ia memompa dan matimatian menghirup oksigen yang sempat tak ia dapatkan tadi.
seorin terbatuk.
ia merasakan seseorang memeluk tubuhnya dari belakang dan mendekapnya hangat.
seorin tak melihat sosok yang memeluknya saat ini. tapi perasaannya terasa hangat karna pelukan dari orang itu.
“kau tak apa-apa, seorin?”
seorin tercekat mendengar suara yang terasa tak asing dan teramat ia rindukan itu.
seorin menoleh menatap sosok itu.
jantungnya serasa berhenti ketika melihat sosok yang benar-benar ia rindukan selama ini.
sosok manis dan hangat itu kini berhadapan dengannya. tersenyum padanya dan menyentuhnya.
“xiu….. xiumin..”
seorin meraih muka xiumin dan menyentuhnya.
airmatanya terjatuh. ia berharap ini bukanlah ilusi saja. ini adalah nyata dan xiumin benar-benar ada didepannya saat ini.
xiumin meraih tangan seorin di wajahnya saat ini.
“maaf sudah membuatmu menunggu. aku datang untuk membawa mu. membawamu ketempat yang aman, ketempat yang bisa kau sebut itu surga kita berdua.”
suara lembut xiumin seakan berbisik, seorin tersenyum dalam isakan tangisnya. rasa rindunya benar-benar mengalahkan apapun.

narsha beranjak dengan lunglai. tubuhnya sedikit berdarah. tulang kakinya yang terpelintir memutar kembali ia normalkan dengan cepat dan tampak mengerikan.
“kau, mencoba menggelitikku xiumin? tapi sayangnya itu tak terasa.”
narsha merubah tangannya menjadi pedang tajam bewarna putih.
“sepertinya seru jika ku koyak- AAARGH!!”
mata narsha melotot ketika mata pisau sudah tersembul di jantungnya. darah keluar dari mulutnya.
ia menoleh kearah orang yg berani menusuknya.
“kai.. kau..”
kai menatap narsha tampa ekspresi.
dengan gerakan cepat juga kai memotong kepala narsha dan menghancurkannya tak membentuk.
tubuh narsha terkulai tanpa nyawa.
xiumin menoleh enggan pada kai yang tengah menepuk tangannya untuk membersihkan tangan dari kotoran narsha.
“kau. sudah benar-benar berkhianat dari kaum mu sendiri, kai.” ucap xiumin menatap seorin yang tengah terpejam dalam pelukannya.
“jika sudah sedikit berkhianat, kenapa tidak sekalian saja menuntaskannya.” ucap kai tanpa memandang ke arah xiumin.
xiumin tersenyum.
xiumin menaruh tubuh seorin dengan pelan.
menghelus rambut seorin dengan lembut.
“aku suka cara berpikirmu.”
kai menatap xiumin, berharap namja itu menuntaskan ucapannya.
xiumin berdiri dan menghadap ke arah kai.
“dengan begitu aku bisa mendapat lawan yang pas. mutan melawan pengkhianat mutan, seperti mu.”
xiumin tersenyum sinis pada kai.
kai menatap xiumin dengan ekspresi dingin.
“jadi kau bukan salah satu dari mutan yang akan melindungi manusia?”
xiumin tersenyum.
“kau benar-benar mengikuti cara kaum kita untuk menyingkirkan manusia dan merebut tempat seorin tinggal dengan damai ini?”
“menurut mu?”
kai menatap benci xiumin.
“kalau begitu apa arti pengorbananmu untuk seorin selama ini? dia benar-benar percaya padamu.”
“kau menyukai seorin kan?”
kai menghentikan ucapannya. ucapan xiumin telak membuat tenggorokannya tercekat.
hingga kesadaran kai mulai kembali, tak ada gunanya menyembunyikan semuanya disaat seperti ini.
“di mata seorin hanya ada sosok mu. bahkan nama yg sering ia sebut dalam ketakutan atau mimpinya hanya nama mu.
jika aku mengatakan tidak punya perasaan pada seorin, itu terlalu naif.”
“dulu, aku berpikir untuk menyerah pada mu dan berharap kau kembali bereinkarnasi agar bisa tetap bersama dengan seorin.
namun, jika keadaannya seperti ini.
bukan salahku jika aku harus meraih seorin dan membuatnya melupakan mu.”
xiumin terus menatap kai, hingga dia tersenyum. senyum manisnya seperti biasa.
“dari dulu, kita tidak pernah jadi teman kan?”
kai menatap xiumin bingung ketika mendengar ucapannya.
“karena kita sama-sama menyukai seorin, kita jadi tak bisa akrab.”
xiumin tersenyum, menatap kearah seorin.
“sekarang aku sudah tak bisa mengenali diriku sendiri. kadang aku bisa menjadi xiumin yang dulu, namun terkadang aku juga bisa menjadi xiumin yang tak bisa kalian kenal.
perasaan ingin melindungi seorin, serta membunuh seorin datang secara bergantian. kadang semasing perasaan itu sama besarnya hingga aku tak bisa mengontrol diriku sendiri.”
kai terpaku mendengar ucapan xiumin. inikah penderitaan namja itu sekarang?
“dan sekarang. aku ingin minta tolong padamu sebagai teman sekali lagi.”
xiumin menatap kearah kai.
dia menampakan cengiran bodohnya.
“sebelum diriku yang asing itu muncul kembali, tolong kau bunuh aku dan lenyapkan reinkarnasi ku.”
“ah, dan tolong jaga seorin, dan pastikan kaulah yang terus berada disampingnya hingga akhir..”

*

flashback

“kai itu… tak ada keinginan untuk berbaur dan mencari teman apa ya?”
seorin menatap kai yang tengah tertidur pulas di bangku paling belakang kelasnya saat istirahat.
xiumin mendengus menatap seorin dan lalu kai dengan sinis.
“tidak usah memikirkannya! hidupnya memang seperti itu, kau memikirkan dia juga percuma.”
xiumin melanjutkan membaca komiknya.
“kau berkata begitu karna kai cemburu aku menanyakannya ya? haha!” goda seorin membuat mata xiumin memicing.
“mwoya? aku cemburu? tunggu hingga kahi songsaengnim berhenti memberikan kita ribuan tugasnya!”
seorin tertawa dan kembali melanjutkan membaca komiknya juga.
xiumin menatap kearah kai. namja itu tertidur pulas dengan muka sinis tak ingin diganggu.
“tapi jika saat dimana aku tak bisa benar-benar ada disisi2 mu tiba, aku akan percaya padanya untuk menjagamu hingga akhir..”

“ne? apa yang kau ucapkan?”
seorin menatap xiumin bingung.

“aniya. ah! itu yang lainnya sudah datang membawa makanan pesanan kita!”
xiumin menunjuk kearah hyerin, hyobung dan minah yang datang memasuki kelas.
mereka saling tersenyum.

TBC